Rendezvous bag 50 by Sally Diandra (Tamat). “Jodha, apa kabar ? Semuanya sudah membaik ? Maafkan aku, kalau aku nggak bisa menjenguk kamu karena suami melarangnya” Jodha sekilas melirik ke arah Jalal begitu mendapat laporan dari Salima pagi itu ketika mereka sampai di kantor Salima “Oooh jadi begitu ya ? Jalal ?” Jalal hanya tersenyum sambil mengendikkan bahunya dan merasa serba salah “Hmm ... yaa bagaimana lagi, aku memang harus melakukan hal itu ...” belum juga Jalal menyelesaikan ucapannya, Jodha sudah memotong “Tapi aku bisa mengerti kok, suamiku ini memang harus melakukan hal itu, kalau nggak aku mungkin nggak akan sembuh sembuh juga seperti sekarang, iya kan ?” Jodha menyeringai senang sambil meremas tangan Jalal yang duduk di sampingnya di sofa Salima “Kamu sangat beruntung, Jo ... punya suami macem Jalal” Jalal dan Jodha saling berpandang pandangan satu sama lain dengan tatapan penuh cinta “Iiihhh ... kalian selalu bikin aku ngiri” Jodha dan Jalal tertawa kecil begitu mendengar ucapan Salima “Lalu ada berita apa lagi selama aku absen ?” kedua bola mata Jodha berbinar terang “Banyak, mungkin ada beberapa berita yang sudah kamu dengar, ada juga yang belum” Salima berdiri dan berjalan menuju ke meja kerjanya kemudian mengambil beberapa berkas di atas meja dan kembali duduk di sofa di depan Jalal dan Jodha
“Mungkin kamu sudah dengar tentang Syarifudin, orang yang menculik kamu, yang pernah bertemu dengan kita di Italia dulu, kamu ingat ?” Jodha menganggukkan kepalanya antusias “Dia telah mendapat ganjarannya di penjara tinggal menunggu hukuman apa yang akan dijatuhkan padanya, kabarnya sih eksekusi mati” Jodha dan Jalal terperanjat “Tapi belum jelas juga sih, masih simpang siur kabarnya karena ada beberapa saksi kunci yang mengatakan kalau dia itu bandar narkoba juga” Jodha kaget sambil menutup mulutnya, Jalal merangkul bahu Jodha dari belakang seraya berkata “Aku sangat bersyukur bisa menyelamatkan Jodha waktu itu, kalau tidak entahlah apa jadinya nanti” Jodha menatap Jalal haru sambil merebahkan kepalanya di bahu Jalal “Dan kamu tahu, Jo ... yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Rukayah ada dibalik semua ini ! Aku benar benar tidak habis pikir” suara Jalal terdengar marah dan kesal “Kamu betul, Jalal ... Rukayah dan Syarifudin ternyata saudara sepupu, mereka mengadakan konspirasi untuk memisahkan kalian berdua” Jodha mendengarkan cerita Salima dengan seksama “Semua ini terbongkar ketika Rukayah di interogasi, rupanya dia mengalami depresi berat maka keluarlah semua cerita persengkokolan mereka berdua” Jodha melirik ke arah Jalal “Aku dengar dia mengalami gangguan kejiwaan, apakah itu betul ?” Jalal menganggukkan kepalanya “Dia pantas menerima ganjarannya, Jo ... orang orang seperti dia tidak perlu dikasihani” ujar Jalal sambil memandang kearah Jodha
“Aku setuju dengan ucapanmu, Jalal !” Salima mengangguk mantap “Lalu bagaimana dengan tuan Abu Mali ?” Jodha tiba tiba teringat satu orang lagi yang berusaha melibatkannya dalam suatu masalah “Tuan Abu Mali ? Ada apa dengan tuan Abu Mali, Jo ?” Jalal malah merasa heran dengan pertanyaan Jodha “Sayang, aku pernah bilang kan dulu kalau ternyata surat kontrakku dengan Lamour’ itu ada kaitannya dengan tuan Abu Mali, dia ini meminta aku untuk mengambil berkas berkas tender atau apalah milik ibumu, dengan imbalan dia tidak akan mengatakan tentang surat kontrakku itu ke kamu atau ke keluarga kita” Jalal sangat kesal begitu mendengar cerita Jodha “Aku heran, apa sih maunya orang orang ini ? Rasanya selama ini kami tidak pernah mengurusi kehidupan mereka, kenapa mereka jadi repot mengurusi urusan kami ?” mata Jalal melotot marah karena kesal “Itu semua karena kamu dan keluargamu adalah orang terpandang, Jalal ... dan mungkin karena mereka tahu kamu menikahi Jodha, yang dari kalangan biasa maka mereka bisa memanfaatkan Jodha” Jalal tersenyum sinis sambil melirik ke Jodha “Tapi mereka belum tahu siapa Jodha sesungguhnya, mereka tidak mungkin bisa menggunakan istriku ini” ujar Jalal sambil merangkul Jodha, Jodha hanya tersenyum
“Tapi kalian nggak usah khawatir karena ternyata tuan Abu Mali telah mendapatkan hukumannya sendiri tanpa kita ikut campur tangan, kabarnya beberapa hari yang lalu dia tertangkap tangan ketika sedang menyuap salah satu pejabat negara untuk proyek pemerintah yang dibidiknya” Jalal tertawa kecil “Akhirnya kebaikan selalu menang melawan kejahatan” ujar Jalal mantap “Dan kalian tahu siapa istri tuan Abu Mali ?” Jalal dan Jodha menggelengkan kepalanya “Tidak lain adalah Madame Benazir” Jodha terperangah “Jadi Madame Benazir itu istri tuan Abu Mali ? Lalu bagaimana kabarnya, Salima ?” Salima mengendikkan bahunya “Aku sendiri nggak tahu, mungkin bisa jadi dia lari ke luar negeri” Jalal tertawa kecil “Tapi bagaimanapun juga aku dan Jodha harus berterima kasih pada Madame Benazir” Salima mengernyitkan dahinya “Kenapa kalian harus berterima kasih padanya ?” Jodha tersenyum seraya berkata “Karena Madam Benazirlah yang mempertemukan kami berdua, Salima ... kamu ingatkan kalau dulu aku cuma seorang asisten pribadi Madame Benazir” Salima tersenyum dan teringat bagaimana penampilan Jodha yang lugu ketika dirinya bertemu pertama kali dengan Jodha di kantor Madame Benazir
“Iya aku ingat, Jo ... dulu kamu begitu lugu, tidak seperti sekarang” Jodha melirik ke Jalal yang saat itu juga sedang memandangnya dengan senyuman nakalnya “Tapi justru penampilannya yang seperti itu yang membuat aku jadi tergila gila padanya, Salima” Jodha menjulurkan lidahnya ke arah Jalal dengan muka jeleknya, Salima dan Jalal tertawa terbahak bahak hingga tak menyadari ketika telfon di meja kerja Salima berbunyi “Aduuh aduuuh aku nggak tahan, sebentar aku terima telfon dulu” Salima segera mengangkat telfon mejanya sementara Jalal dan Jodha masih saling mengejek dengan muka jelek mereka masing masing “Guys !” ucapan Salima menghentikan gurauan mereka berdua “Ada apa, Salima ?” ujar Jodha di sela sela tawanya bersama Jalal “Kita kedatangan tamu, kedatangan mereka memang sudah aku tungu, karena mereka ada kaitannya dengan kamu, Jodha” Jodha dan Jalal segera menghentikan tawanya “Oh iya, siapa ?” Salima tersenyum sambil menuju ke pintu ruang kantornya kemudian membukanya perlahan “Silahkan masuk ,,, Jodha, nyonya Atifa ingin bertemu denganmu” sesaat Jodha tertegun sambil berdiri, Jalal pun ikut berdiri “Apa kabar, Jodha ? Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan kamu kembali” Atifa segera menghampiri Jodha dan mengulurkan tangannya ke arah Jodha diikuti oleh beberapa anak buahnya “Nyonya Atifa, apa kabar, kabar saya baik baik saja” ujar Jodha sambil menyambut uluran tangan Atifa “Oh iya, kenalkan ini suami saya, tuan Jalal” Jodha mengenalkan Jalal pada Atifa “Saya tahu, tuan Jalalludin Muhammad Akbar, siapa yang tidak kenal dengan beliau, seorang ahli finansial ternama di negri kita” ujar Atifa sambil menjabat tangan Jalal dengan kedua bola matanya yang berbinar terang “Anda sangat berlebih lebihan, nyonya Atifa” Jalal merendah
“Tidak, saya tidak berlebih lebihan tuan Jalal, karena itu memang kenyataannya, bahkan setelah kami tahu kalau Jodha adalah istri anda, kami sangat senang senang sekali, untuk itulah kami kesini” nyonya Atifa langsung to the point “Silahkan duduk dulu nyonya Atifa, supaya lebih enak ngobrolnya” Salima meminta tamu tamunya itu untuk duduk “Terima kasih, nyonya Salima” Atifa segera menghempaskan pantatnya di sofa Salima yang empuk “Sebelumnya, kami mau mengatakan pada Jodha, kalau Lamour’ tidak akan membatalkan kontrak kami dengan Jodha” Jodha, Jalal dan Salima terperangah “Tapi kami kan sudah mengajukan surat pembatalan itu, nyonya Atifa ?” Salima mencoba menengahi hal ini “Iya betul, saya sudah meminta pada Salima, untuk membatalkan kontrak Jodha dengan Lamour’ dan berapapun kompensasi yang harus kami tanggung akan kami bayar” Jalal juga ikut menimpali pembicaraan mereka, sementara Atifa hanya tersenyum sambil memandang mereka satu per satu “Kalian tidak perlu membatalkan kontrak karena pihak Lamour’ tetap akan menggunakan Jodha sebagai ambasador produk kami” Jodha, Jalal dan Salima semakin tidak mengerti “Lalu bagaimana dengan kontrak Jodha yang tidak boleh hamil ?” Atifa kembali tersenyum ketika Jalal melontarkan hal ini
“Untuk itulah aku datang hari ini, kami ingin mengajak Jodha untuk membuat atau merevisi kontrak baru, para petinggi Lamour’ tidak ingin menghentikan kontrak Lamour’ dengan Jodha, oleh karena itu kontrak yang telah berjalan kemarin kami anggap batal” ujar Atifa “Dengan kata lain bahwa Jodha bisa hamil begitu ?” Atifa langsung mengangguk membenarkan perkataan Jalal “Betul, tuan Jalal ... kami dari pihak Lamour’ akan mengikuti semua perkembangan Jodha, karena kami juga mempunyai beberapa produk yang bisa digunakan untuk ibu hamil dan menyusui jadi rasanya tidak masalah kalau suatu saat nanti kalau akhirnya Jodha hamil” Jodha dan Salima menyeringai senang “Apakah itu benar ?” Jodha sangat senang mendengarnya, Atifa mengangguk mantap “Kami sudah menyiapkan surat kontrak baru, silahkan bisa kamu baca” anak buah Atifa segera membagikan surat kontrak baru dan salinannya pada mereka, Jodha, Jalal dan Salima membacanya dengan seksama dan tak lama kemudian Memorandum of Understanding alias MoU telah sah ditanda tangani oleh kedua boleh pihak.
Tiga bulan kemudian ...
“Sayang, kamu dimana ?” suara Jalal terdengar di ujung sana “Aku masih ada pemotretan sampai malam, kamu sudah di rumah ?” terdengar Jalal menghela nafas dalam “Aku dalam perjalanan pulang ke rumah, sampai jam berapa kamu pulang ke rumah ? Aku ...” belum juga Jalal selesai menyelesaikan ucapannya, Jodha sudah memotong “Sayang, aku harus take foto dulu ya” Jodha hendak menutup telfon tapi Jalal masih memanggil manggil Jodha “Jo ! Jodha ... malam ini aku jemput ya !” suara Jalal terdengar berteriak di ujung sana “Nggak usah, sayang ... aku sudah ditemani Zakira dan Tejwan, okay ... ? Sudah ya, aku harus take sayang, daaah” Jodha segera menutup ponselnya. Sementara itu sepanjang perjalanan, Jalal merasa bad mood, karena entah mengapa Jalal merasa kalau Jodha mulai mengabaikannya kembali, Jodha mulai hanyut dengan pekerjaannya dan melupakan tanggung jawabnya sebagai istri dan malam itu Jalal pulang ke rumahnya dengan muka cemberut, saat itu baru jam 8 malam ketika Jalal sampai di rumah “Tuan Jalal, mau makan malam sekarang ?” suara Shivani yang riang tidak di gubris oleh Jalal, Jalal hanya melihat sekilas kemudian langsung melesat ke lantai atas “Apa aku salah nanya seperti itu ? Kok kayaknya tuan Jalal malah nggak suka dengan pertanyaanku ? Apa aku telah berbuat salah ya ?” bathin Shivani dalam hati sambil terheran heran dan benar saja sampai malam tiba Jalal tidak turun untuk makan malam dan Jodha pun belum juga pulang.
Malam hari tepat pukul 12 malam, ketika Jalal sedang tertidur pulas, tiba tiba pipinya terasa dingin, awalnya Jalal tidak menggubris tapi kembali pipinya terasa dingin lagi dan aroma wangi yang sangat di kenalnya tercium pada indera penciumannya, ketika Jalal membuka matanya, kamarnya gelap gulita namun tak lama kemudian terang benderang dan semua orang berteriak “Selamat ulang tahun Jalal !” Jalal terperangah sambil mengusap usap matanya mengumpulkan nyawanya menjadi satu, dilihatnya disampingnya ada Jodha yang sedang tersenyum senang, kemudian kedua orang tuanya, Adham kakak kandungnya dan istri, Bhaksi Bano bareng suaminya, juga Zhennnas adik kandungnya dengan suami, tak lupa Mirza Hakim adik bungsu Jalal serta teman teman terdekat seperti Sujamal, Salima, Moti dan suaminya, Zakira, Tejwan dan Shivani juga teman teman yang lain semuanya berkumpul mengelilingi ranjangnya di dalam kamar sambil mengucapkan selamat ulang tahun untuk Jalal lengkap dengan kue ulang tahun yang di bawa oleh Zhennas
“Selamat ulang tahun, sayang” ujar Jodha, Jalal yang masih berada diatas ranjang hanya tersenyum sambil menggeleng gelengkan kepalanya seraya berkata “Jadi tadi yang berasa dingin di pipi itu ....” Jalal tidak meneruskan kalimatnya karena semua keluarganya tertawa melihat kepolosan wajahnya “Selamat ulang tahun, sayang” nyonya Hamida mendekat kearah Jalal dan mencium keningnya, diikuti oleh keluarga yang lain “Jadi seharian ini kamu bikin aku bete, gara gara ini ?” Jodha langsung menganggukkan kepalanya sambil menyeringai senang “Iya dooong, supaya surpriseeee” ujar Jodha lantang sambil merenggangkan kedua tangannya ke samping, namun tiba tiba Jodha merasa pusing yang tak tertahankan dan tubuhnya langsung jatuh tersungkur di atas ranjang dan pingsan seketika itu juga, semua yang hadir di sana langsung panik.
Beberapa jam kemudian, dokter yang memeriksa Jodha sudah selesai memeriksa, Jalal merasa cemas dengan keadaan Jodha “Bagaimana, dok ? Apakah istri saya tidak apa apa ?” kekhawatiran Jalal nampak jelas di raut wajahnya, nyonya Hamida mencoba memberikan semangat untuk Jalal dengan mengusap usap lengan anaknya itu, sementara Moti dan Salima menemani Jodha yang masih terbaring pingsan di ranjang, sedangkan dokter Humayun hanya diam sambil memperhatikan mereka “Jodha tidak apa apa, Jalal” dokter Gulbadan dokter keluarga mereka malah menyeringai senang “Aku dengar hari ini adalah hari ulang tahunmu, kalau begitu selamat ulang tahun ya, Jalal ... dan hari ini kamu telah mendapatkan kado istimewa dari istrimu” nyonya Hamida langsung bisa membaca maksud yang tersirat dari ucapan dokter Gulbadan “Maksudnya ? Apa, dok ? Aku nggak ngerti” Jalal malah bingung melihat semua orang tersenyum senang “Artinya sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah, Jalal ... istrimu sedang hamil sekarang !” Jalal terperangah mendengar ucapan ibunya “Yang benar, bu ? Bener itu, dok ?” dokter Gulbadan mengangguk mantap, Jalal langsung memeluk ibunya, Jalal tidak percaya kalau akhirnya Jodha bisa hamil, mengandung buah hati yang telah lama di inginkannya selama ini, sebuah kado istimewa yang tidak ternilai harganya. TAMAT