Rendevouz bag 33 by Sally Diandra. Berita pernikahan Jodha dan Jalal ada disemua tabloid, koran dan majalah karena selain Jodha yang saat ini terkenal dengan berita miringnya yang terkait dalam kasus diskotik Cassanova, nama Jalal dan keluarga besar Humayun juga merupakan makanan empuk para kuli tinta yang selalu ingin mengorek berita tentang mereka. Sementara itu sehari setelah pesta pernikahan Jalal dan Jodha, pagi itu di ruang kerja kantor Atifa, Atifa kedatangan tamu agungnya sepasang suami istri yang tidak lain adalah tuan Abu Mali dan istrinya mantan bomsex ternama mantan boss Jodha, Madam Benazir “Selamat pagi tuan Abu Mali, Madam Benazir ... silahkan” mereka berdua masuk keruang kantor Atifa dengan sikap arogan dan sok bossynya “Bagaimana kabarnya Atifa, apa semua sudah beres ? Selama ini semua rencana kita berjalan lancar kan ?” Atifa tersenyum mendengar pertanyaan tuan Abu Mali “Lancar, pak ... sangat lancar tapi sebenarnya kalau boleh saya memberikan pendapat, kontrak kerja didunia hiburan dengan syarat tidak boleh menikah atau hamil itu adalah hal yang wajar tapi mengapa anda begitu menggaris bawahi syarat yang satu ini ?” tuan Abu Mali tersenyum sinis “Buat kamu mungkin wajar, Atifa ... tapi buat mereka mungkin tidak, terutama keluarga besar itu”, “Tapi sebenarnya, kalau aku perhatikan dari prestasinya selama ini, Jodha termasuk model yang sangat cerdas, tanpa anda meminta, aku pasti akan memilih dia untuk new ambasador kami”, “Tapi dia begitu sombong !” Madam Benazir memotong ucapan Atifa “Aku setuju dengan pendapatmu sayang, gadis itu memang begitu sombong !” Abu Mali teringat ketika dulu secara tiba tiba Jodha mengirimkan sebuah sms ke pada dirinya yang mengatakan “Maaf, tuan Abu Mali, saya tidak bisa memenuhi undangan anda, terima kasih, Jodha”
“Apakah hanya karena dia menolak undangan anda, membuat anda begitu marah, tuan Abu Mali ?” tuan Abu Mali terkekeh mendengar pertanyaan Atifa “Kamu memang pintar, Atifa ... sebenarnya aku memang tidak begitu marah pada gadis itu”, “Darling ... dia sudah bukan gadis lagi sekarang, dia sudah menikah” Madam Benazir memotong ucapan suaminya “Oh iya, sayang aku lupa, nah ... sebenarnya yang jadi masalahku disini adalah setelah perempuan itu menikah dengan anak laki laki keluarga Humayun, ibu mertuanya itu nyonya Hamida adalah salah satu rivalku yang berat, Atifa ... dia selalu menyorobot semua tender tenderku, belum lagi anaknya Jalal, yang selalu jeli melihat peluang yang bisa diambil oleh rivalku yang lain, semua klien Jalal itu rivalku, Atifa !” nada suara tuan Abu Mali mulai meninggi
“Tapi Jalal memang pintar dan cerdas, darling ... jangan lupa itu, sedangkan Jojo istrinya, sombongnya setengah mati setelah naik kelas sekarang”, “Kamu dengar sendiri kan Atifa ? istriku sendiri saja ternyata juga punya masalah dengan perempuan itu” Atifa hanya tersenyum masam “Tapi dalam hal ini, saya tidak ingin terlibat, tuan Abu Mali” tuan Abu Mali tertawa kecil “Jangan khawatir, Atifa ,,, tugasmu hanya sampai disini saja, selebihnya akan dilakukan oleh seseorang yang juga sangat membenci dia, tapi suatu saat nanti kalau aku butuh dirimu, kamu masih bisa kan membantuku ?” Atifa mengangguk pelan, tiba tiba ponsel tuan Abu Mali berdering, tuan Abu Mali segera melihat ke ponselnya dan nama Rukayah tertera disana “Orang yang aku sebut tadi sudah tiba, sebentar aku angkat telfon dulu ya, hallo Rukayah sayang, apa kabar ?”, “Paman Abu Mali, aku baru tiba, saat ini aku sudah di bandara, bagaimana ? Apakah semuanya beres ?” suara Rukayah terdengar nyaring diujung sana “Beres, beres semua, semuanya sesuai planning kita”, “Bagus ! Sekarang biarkan mereka merasakan kebahagiaan bulan madu mereka, paman ... kalau begitu nanti aku telfon lagi”, “Oke, sayang ... selamat datang kembali ke tanah air” terdengar suara telfon terputus, tuan Abu Mali menyeringai senang sambil membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya
Sementara itu setelah memulangkan kedua orang tua Jodha kerumahnya sendiri, Jodha dan Jalal akhirnya pulang kerumah mereka sendiri. Saat itu hari sudah beranjak malam sekitar jam 8 malam ketika Jodha dan Jalal sampai digua Jalal, selesai Jalal memarkirkan mobilnya digarasi saat itu Jodha hendak masuk langsung ke dalam namun Jalal segera menyambar tangannya “Jangan lewat belakang, harus ada ritual kedatangan nyonya Jalalludin Muhammad Akbar lewat pintu depan, sayang” ujar Jalal sambil menggandeng lengan Jodha keluar dari garasi kemudian menguncinya
“Ritual apa sih ?” pandangan Jodha seakan menyelidik kearah Jalal, Jalal hanya tersenyum nakal “Kamu sudah mengunci pintu gerbang ?” Jodha mengangguk kemudian mereka berjalan menaiki tangga menuju ke pintu depan rumah Jalal, Jalal segera membuka kunci rumahnya dan tiba tiba tanpa Jodha sadari, Jalal langsung mengangkatnya dan membopongnya dibahunya yang kekar persis seperti kuli yang mengangkut karung beras “Jalal ! Apa apaan ini ?” Jodha berusaha meronta dalam gendongan Jalal, sementara Jalal tiba tiba memukul pantat Jodha dan berkata “Aku kan sudah bilang kalau manusia gua akan membawa istrinya ke guanya !” ujar Jalal sambil mengunci pintu rumahnya dan berjalan menuju ke kamar mereka
“Oke, okee tapi kok nggak pake acara romantis romantisan sih ? Masa caranya begini gendongnya ?” Jodha terus berusaha memberontak sambil menggerak gerakkan kakinya yang sudah dikunci oleh Jalal dengan tangannya “Mana ada manusia gua yang gendong romantis ? Manusia gua kan selalu gendong hasil buruannya seperti ini, kalau yang gendong romantis itu pangeran, sayang” ujar Jalal sambil terus berjalan menaiki tangga menuju ke kamar mereka yang sudah disetting Jodha menjadi kamar untuk mereka berdua “Iyaa tapi kan nggak asyik banget kalau posisiku seperti ini ?” tepat pada saat itu Jalal sudah berada tepat didepan kamar mereka, masih dengan posisi memanggul Jodha dibahunya, Jalal memasuki kamar mereka, Jodha bisa mencium aroma lavender semerbak dikamar baru itu yang bernuansa putih dengan meja rias yang cukup besar selebar dinding kamar yang terdapat disebelah kiri.
Sesampainya didekat ranjang putih mereka, Jalal menghempaskan Jodha keranjang perlahan dan menyusulnya naik, menindih tubuh Jodha, tidak memberi kesempatan pada Jodha untuk berbicara atau marah karena ulahnya, wajah Jalal begitu jelas dan dekat diatas Jodha, mata mereka saling berbicara dalam diam. Jodha menatap Jalal dengan wajah cemberut, Jalal mencium kening Jodha lembut, sebagai permintaan maafnya, kemudian turun ke kedua mata Jodha yang terpejam, hidung, kedua pipi dan menyapukan lidahnya dibibir Jodha yang sedikit menganga, bibir Jodha bergetar karena peka tapi Jodha tidak merespon, Jodha memang menunggu apa yang ingin dilakukan Jalal terhadap dirinya lagi.
Perlahan kemudian Jalal mencium bibir Jodha lembut seolah olah Jalal mempermainkan bibir Jodha antara iya dan tidak, Jodha tertawa kecil ketika Jalal membuatnya penasaran dengan permainan bibirnya namun kemudian Jalal menciumi Jodha dengan hasratnya yang menggebu gebu, membuat Jodha merespon sama bergairahnya, Jodha sudah tidak mampu menahan diri, hormon femininnya yang ditahannya selama ini ternyata sangat menginginkan laki laki yang sudah menjadi suaminya ini, tubuhnya yang sintal dan padat selaras dengan pria ini, Jodha sudah tidak sabar ingin menikmati tubuh Jalal, laki laki yang sangat dicintainya yang kali ini telah menjadi teman hidupnya disisa hidupnya mendatang.
Jodha ingin sekali menikmati malam pertama yang seperti diceritakan oleh Moti dan Salima, bahwa itu adalah malam surga dunia, Jodha akan merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa yang hanya dikhususkan pada suami yang sah dinikahinya, tiba tiba ciuman Jalal melambat kemudian dilepaskannya bibir Jalal di bibir Jodha dan berpindah menciumi rambut Jodha dan bergeser kebelakang telinganya, Jodha menggelinjang sambil mengerang kegelian tapi Jalal tidak melepaskannya, Jalal terus mengeksplor telinga dan leher Jodha sambil bergerak kebawah mencari retsleting gaun denim Jodha kemudian membukanya perlahan, Jodha bisa merasakan retsletingnya terbuka hingga kepinggang, Jalal membuka bahu Jodha sedikit yang mulai terbuka dan masih mengeksplor daerah tersebut, Jodha jadi teringat ucapan Moti “Mungkin akan terasa sakit untuk pertama kalinya, Jo ... tapi lama kelamaan kamu bisa menikmatinya bahkan menjadi sebuah kebutuhan” saat itu Jodha tertawa “Kebutuhan, Mo ?”, “Yaa sebuah kebutuhan bathiniah, kamu akan merasa kurang bila tidak melakukannya” Jodha tertawa geli mengingat ucapan Moti, pada kesempatan yang lain Salima juga pernah berkata “Laki laki itu suka sekali berfantasi yang aneh aneh, Jo ... kita sebagai istri harus bisa mengimbangi apa kemauan suami kita, agar hubungan suami istri tetap harmonis” Jodha kembali tertawa geli mengingat ucapan Salima
Jalal yang mendengar Jodha tertawa langsung menghentikan kegiatannya mengeksplor leher dan bahu Jodha “Kenapa ?” wajahnya didekatkan lagi ke wajah Jodha, Jodha hanya menggeleng “Nggak papa, aku hanya teringat kata kata Moti dan Salima” Jalal tersenyum nakal “Apa yang mereka katakan ?” Jodha mengendikan bahunya yang terbuka sebelah “Rahasia perempuan sayang” ujar Jodha sambil mengelus wajah Jalal yang persis ada diatasnya
“Baiklah ...” tiba tiba Jalal menjauh dari wajah Jodha dan duduk di sisi ranjang kemudian melepas tali sendal Jodha yang melilit dikakinya sambil berkata “Sekarang kaki dulu ...” Jodha menahan nafas ketika Jalal melepas kedua tali sendalnya dan mulai membelai kakinya yang mulus “Ternyata bulu halus dikakimu cukup lebat juga sama seperti yang ditangan”, “Memang kenapa ?” Jalal menyeringai senang “Aku suka” ujar Jalal sambil terus membelai jemari dan telapak kaki Jodha, sementara jantung Jodha berdegup sangat kencang, jemari kakinya mulai menekuk karena Jodha paling nggak bisa bila disentuh dibagian kaki, Jodha selalu tidak tahan, Jalal yang melihatnya tertawa geli sambil terus membelai tumit kaki serta jemari kaki Jodha dengan penuh kelembutan dan mulai mengangkatnya keatas tepat ke bibir Jalal dan menjilatnya perlahan, Jodha tersentak dan segera menarik kakinya kemudian bangun dan terduduk tepat didepan Jalal
“Hentikan !” teriak Jodha panik, Jalal terkekeh melihat kepanikan Jodha “Kamu kenapa ? Aku kan sudah bilang, kalau aku ingin menikmati setiap jengkal tubuhmu, jadi aku akan menikmatinya dari bawah, sayang ... dari kakimu, rileks, santai, aku nggak bakalan menggigit” Jodha meringis panik “Tapi aku geli, sayang”, “Kamu sedang bercinta dengan manusia gua, nyonya Jalalludin Muhammad Akbar ... nikmatilah, kamu akan tahu bagaimana bila manusia gua bercinta dengan istrinya” Jalal kembali pada aktifitasnya semula mulai mengeksplor kembali kedua kaki Jodha kemudian bergerak keatas, membuat Jodha yang terbaring pasrah hanya bisa menerima perlakuan Jalal terhadap dirinya, saat ini Jodha adalah milik Jalal sepenuhnya, Jalal bisa melakukan apa saja pada dirinya.
Semakin lama tubuh Jodha semakin menegang serasa ingin meledak oleh sensasi ketika Jalal mulai menyatukan diri bersama dirinya dengan dorongan yang penuh menggebu yang tiba tiba saja mengenyahkan semua ketegangan yang hinggap selama ini dan membawanya melayang ke nirwana yang indah bersama Jalal si manusia gua.
“Terima kasih, sayang atas malam yang indah ini” ujar Jalal sambil terbaring terlentang dengan tangan kanannya merangkul tubuh Jodha setelah mereka selesai bercinta, sementara Jodha merebahkan kepalanya didada Jalal yang bidang terpapar terbuka didepannya, hanya sehelai selimut yang membalut tubuh mereka berdua “Aku juga mau bilang terima kasih atas sensasi baru yang kamu berikan, manusia gua” ujar Jodha sambil menatap wajah Jalal sambil menengadahkan wajahnya keatas, Jalal tersenyum nakal “Apakah aku sudah benar benar menjadi manusia gua sekarang ? The cave man ?” Jodha tersenyum sambil membelai wajah suaminya lembut
“Manusia gua sejati tapi apakah memang seperti itu cara bercinta manusia gua ? Apakah kamu melakukan observasi terlebih dulu pada kegiatan reproduksi mereka ?” Jalal tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Jodha, sementara Jodha merasa keheranan “Apanya yang lucu ? Nggak ada yang salahkan dengan pertanyaanku ini ?”, “Dibuku manapun atau diliteratur manapun rasanya aku belum menemukannya, sayang ... yang tadi hanya insting, apa kamu lupa dengan insting suamimu ini ?” Jodha memukul dada Jalal dengan keras, Jalal pura pura kesakitan dengan mengaduh keras, Jodha panik kemudian bangun dari tidurnya dan menatap suaminya dengan wajah panik
“Sayang ... kenapa ? Sakit ya ? Sorry ya, sayang ... maaf, sakit ya” Jalal tersenyum nakal menggoda Jodha “Nggak papa, nggak sakit kok, mau kamu pukul, mau kamu cubit, mau kamu cakar, aku masih bisa tahan” ujar Jalal sambil membelai rambut Jodha yang tergerai panjang “Kamu tahu kamu sangat cantik malam ini”, “Jadi selama ini aku nggak cantik ? Kamu memang suka sekali menggoda aku !” Jodha memotong ucapan Jalal sambil merajuk
“Siapa bilang ? Kamu selalu cantik disetiap saat, sejak pertama kali aku bertemu denganmu, kamu selalu bisa memicu hormon maskulinku untuk melahap dirimu” Jodha mengernyitkan dahinya “Melahap ? Emang aku makanan ?” Jodha kembali merajuk, Jalal tertawa nakal kemudian bangun dan terduduk diranjang, membuat sebagian tubuh Jodha jadi terlihat, Jodha segera menggeret selimutnya untuk menutupi tubuhnya
“Kenapa malu ? Aku sudah melihat semuanya, kenapa harus malu ?”, “Aku ngerasa risih aja kalau didepan kamu, aku masih merasa belum terbiasa saja” Jalal mendekat kearahnya hingga kini wajah Jalal kembali ada diatas wajah Jodha “Kalau begitu, bagaimana kalau kita lakukan lagi ? supaya kamu bisa merasa terbiasa nyonya Jalal” ujar Jalal sambil mendaratkan kembali ciumannya ke bibir Jodha “Oooh Tuhan, kalau begini caranya aku tidak boleh lupa untuk minum pil KB itu, kalau lupa bisa bisa berabe nanti” bathin Jodha dalam hati. Rendevouz bag 34by Sally Diandra