Takdir bag 28 by Tahniat. Pesawat MAS yang mereka tumpangi mendarat tepat waktu di KLIA. time Zone di KL lebih cepat 2 setengah Jam dari Delhi. Jika di Delhi pukul 1, maka di Kuala Lumpur pukul 3.30. Setelah pendaratan di perlukan hampir 1 jam untuk mengurus semua prosedur imigrasi sebelum akhirnya mereka bisa pergi ke hotel. Dari KLIA ke hotel yang di tuju membutuhkan 1 jam perjalanan. Jalal sedang berbincang-bincang dengan relasinya dari india. Jodha mendengarkannya. Karena terlalu lelah, tanpa sadar Jodha tertidur dengan kepala mmenyandar di bahu Jalal. Jalal menoleh, melihat Jodha tertidur nyenyak, Jalal terpaksa memutus pembicaraan karena takut mengganggu tidur Jodha. Beberapa helai rambut menjulur kewajahnya. Jalal dengan hati-hati menyibakannya. Nafas Jalal yang hangat menerpa wajah Jodha. Jodha membuka matanya, tahu kalau dirinya menyandar di bahu Jalal, Jodha segera menjauhkan tubuhnya sambil meminta maaf. Jalal tersenyum dan menjawab, "tak perlu minta maaf. Lihat, kita sudah sampai." Jalal menunjuk sebuah hotel megah bertuliskan Mandarin Oriental. Tak jauh dari bangunan megah hotel itu tampak puncak menara Petronas Twin Tower menjulang tinggi ke angkasa.
Lewat tengah malam mereka baru bisa check ini. Jodha sudah tidak perduli lagi dengan kamar yang akan mereka masuki. Dia sudah sangat lelah dan ingin segera mmembaringkan tuubuhnya. Di pintu kamar tertulis dengan Tag besar "Honeymoon Suite". Jalal mengosokkan kartunya, pintu terbuka. Jodha segera menerobos masuk kedalam. Tak lama kemudian Bell Boy datang membawakan tas dan barang-barang lainnya. Setelah membantu meletakan barang-barang di kamar, Jalal memberi Bell Boy tersebut sejumlah uang sebagai tip.
Honeymoon suite ini sangat besar sepintas seperti Presidensial suite yang di rombak menjadi Honeymoon suite. Ranjangnya sangat besar, ukuran king size dengan sprei berwana putih dan bedcover berwarna kuning keemasan. Jalal menyuruh Jodha segera istirahat sementara dia meneruskan aktivitasnnya di depan ipad. Jodha mengambil setelan baju tidur dari dalam tasnya, dan mengeluarkan singlet dan piyama dari tas jalal. Jodha masuk kamar mandi untuk menganti bajunya. Setelah selesai ganti baju, dia segera menyelindap di dalam selimut dan dalam hidungan detik tertidur lelap. Melihat Jodha sudah terlelap, Jalal segera menganti baju atasnya dengan singlet, sedangkan bawahnya dia hanya mengenakan celana dalam saja. Setelah itu, dia pun menyelinap masuk kedalam selimut yang di pakai Jodha.
Paginya, cahaya matahari yang menerobos korden jatuh menimpa wajah Jodha, membuatnya terbangun. Jodha mmembuka matanya dan menguap. Melihat kepala Jalal yang menyembul dari balik selimut, Jodha bergegas menarik tubuhnya keluar dari dalam selimut dan berlari masuk kekamar mandi, tentu saja setelah mengambil baju ganti. Pada saat Jodha selesai mandi, Jalal sudah bangun tapi masih malas-malasan di tempat tidur. Jodha sedang merias diri di depan meja rias ketika jalal menghampirinya hanya mengenakan singlet dan celana dalam saja. Jodha dengan jengah memalingkan wajah. Jalal tersenyum melihat reaksi Jodha. Jalal meminta Jodha mengambilkan baju ganti untuknya sementara dia pergi mandi. Jodha segera menata bajunya dan baju Jalal di dalam lemari dan memasukkan tas-tas besar itu di lacinya agar terlihat rapi.
Jalal keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk saja. Jodha tidak berani menoleh kearahnya. Dia menyibukan diri dengan menata berbagai pernak-pernik yang di bawanya diatas meja. Jalal sudah rapi dan siap untuk menghadiri konferensi. Pelayan membawakan sarapan untuk mereka dan menatanya di meja. Setelah sarapan Jalal berpesan pada Jodha agar tinggal di kamar saja da tidak keluar kemana-mana. Untuk makan siang, dia akan meminta pelayan mengantarnya ke kamar. Jodha setuju saja.
Sepeninggal Jalal, Jodha berkemas. Membuka semua pintu lemari dan meneliti isinya. Ada handuk yang berjajar rapi, beberapa set sprei putih dan saputangan-saputangan yang semuanya juga berwarna putih. Segalanya lengkap tersedia di dalam lemari. Tidak ada pelayan hotel yang datang untuk membersihkan kamar, mereka hanya datang kalau di panggil saja. Karena Honeymoon suite bersifat sangat pribadi. Setelah selesai berkemas, Jodha segera membaringkan diri dan tertidur lagi.
Jalal benar-benar tidak pulang seharian. Konferensi itu berlangsung 1 hari saja. Dari pagi hingga petang. Jodha merasa bosan menunggu di kamar, tapi dia tak berani melangar pesan Jalal. Dan lagi dia takut keluar sendiri di tempat yang tidak dia kenal. Menjalang pukul 8, Jalal menelpon Jodha memintanya agar turun ke lobby hotel karena dia sedang menunggunya di sana. Jodha mengiyakan.
Di lobby, Jalal menunggu dengan tidak sabar. Berkali-kali dia melirik jam tanganya 30 menit telah berlalu, tapi sosok Jodha belum terlihat juga. Setiap pintu lift terbuka, Jalal menoleh dan mengamatinya. Memang banyak wanita yang keluar dari sana, tapi bukan Jodhanya. Jalal jadi gelisah. Dia berpikir, "seharusnya aku menjemputnya, tidak menyuruhnya turun sendiri kesini. Bagaimana kalau dia tersesat? Bagaimana kalau terjadi sesuatu?"
Jodha keluar dari lift lobby. Untuk sesaat dia terlihat kebingungan harus pergi kearah mana. Dia menatap sekeliling ruangan mencari Jalal. Kata Jodha dalam hati, "Jalal kau di mana?" Hati Jodha berdebar-debar, ketika seorang pria menghampirinya. Dengan bahasa inggris yang fasih dia bertanya, "sendirian, nona? Mari duduk bersamaku." Jodha menggeleng sambil tersenyum. Matanya masih mencari. Lelaki itu masih berusaha, "ayolah.. jangan malu. Tidak apa-apa... " Lelaki itu dengan paksa berusaha meraih tangan Jodha. Jodha dengan halus menepisnya. Tiba-tiba matanya ternampak Jalal yang duduk di lounge panjang di sudut ruangan. Jodha mempunyai alasan untuk pergi dari hadapan lelaki itu, "maaf, suami saya sedang menunggu." Dengan anggun Jodha menghampiri Jalal dan berdiri di hadapannya. Jalal masih sibuk menatap lift dan melirik jam tanganya. Dia mengabaikan Jodha. Jodha heran melihat tingkanya, tapi dia tak ingin mengganggunya. Baru setelah Jalal berdiri dan hendak beranjak pergi, Jodha memanggilnya, "Jalal, kau mau kemana?" Medengar suara Jodha, Jalal menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Jodha. Jalal terperanjat dengan mata terbelalak, tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Jalal sama sekali tidak mengenali Jodha yang berdiri di depannya. Tubuh rampingya terbalut gaun malam berwarna merah muda yang membuat nya terlihat cerah, segar dan bercahaya. Rambutnya di sanggul modern menampakan leher jenjangnya yang putih bak pualam. Dia mengenakan sepasang anting tindik dari emas putih dengan motif bunga dan daun yang di tengahnya di selipkan batu shapire mungil sebesar biji anggur. Di lehernya tidak ada perhiasan lain selain mangalsutra. Di keningnya ada tika dan di belahan rambutnya terdapat sindor. Meski hanya berbentuk garis kecil merah, dan tidak terlalu kentara. Bibirnya yang berwarna pink membuat orang yang melihatnya bergairah. Jalal menelan ludah. Dalam hatiny aJalal sangat bahagia karena memiliki istri secantik Jodha.
Dia terpesona. Setiap waktu Jodha selalu terlihat cantik, lugu dan imut. Tapi kali ini, dia terlihat seksi dan mengoda. Melihat jalal menatapnya sedemikian rupa, Jodha segera menegurnya, "Jalal..." Jalal tersadar, sebuah kenyataan menerobos kedalam kepalanya. kalu dia saja sampai tersesat seperti itu dalam pesona Jodha, apalagi orang lain? Betul saJa, ketika Jalal menatap sekeliling, beberapa pasang mata sedang mengincar Jodha dengan tatapan penuh gairah. Untuk memberitahu mereka semua kalau Jodha adalah miliknya, Jalal segera memeluk pinggang Jodha dan mengajaknya pergi ke restoran yang beseberangan dengan lobby.
Restoran itu memiliki bar. Setelah makan malam, Jalal mengajak Jodha duduk di bar. Beberapa teman Jalal telah ada di sana menunggunya. Jalal memperkenalkan Jodha pada mereka. Merasa tidak nyaman di kelilingi para pria, Jodha memisahkan diri dari mereka dengan izin Jalal. Jodha duduk di kursi di depan meja bartender. Dia memesan segelas fruit juice. Bartender yang orang bule itu menatap Jodha dengan tatapan tertarik. tatapan licik dan mengandung niat yang tidak baik. Dia mengincar Jodha untuk dirinya sendiri. Karena itu dengan sengaja dia mencampurkan sedikit minuman keras yang di campur obat perangsang dalam minuman Jodha. Tanpa curiga Jodha mmeminumnya. Setelah gelasnya kosong, bartender itu menungkan minuman yang baru untuknya. Jodha meminumnya lagi. Tak lama kemudian, tubuhnya terasa panas, dan pandanganya kabur. Melihat itu, si bartender segera memanggil temannya, menyuruhnya menggantikan tugasnya, sedangkan dia keluar dari belakang meja bar mendekati Jodha. Bartender itu memeluk pinggang Jodha, Jodha mendorongnya. Tapi dia malam mengencangkan pelukannya.
Jalal dan temman-temannya juga sedang minum-minum di meja sebelah. Untungnya Jalal tidak turut serta. Sesekali dia mengawasi Jodha yang duduk sendiri. Saat itu, dengan iseng Jalal menoleh kearah Jodha ketika di lihatnya bartender itu memeluk pinggang Jodha dan akan membawanya pergi. Jalal merasa heran kenapa Jodha tidak memberontak. Seperti terbang, jalal segera berlari kesana dan memukul bartender itu dengan bogem mentahnya sambil berteriak marah, "jangan berani-berani menyentuh, istriku. Kalau tidak aku akan membuatmu menderita." Masih denga marah Jalal menatap Jodha. Jodh aduduk dikursi dengan tatan sayu seperti orang tidak sadarkan diri. jalal baru sadar kalau Jodha mabuk. Dia melihat yang masih terisi separuh. Jalal mengambil gelas itu dan mmencium isinya. Hanya orange juice. Jalal berpikir, "bagaimana dia bisa mabuk hanya dengan karena minum orange juice?" Si bartender tergeletak di lantai menahan sakit. Bartender lain segera menolongnya dan meminta maaf pada Jalal. Jalal tak ingin memperpanjang masalah segera mmembawa Jodha yang mabuk kembali ke kamarnya.
Sampai di depan pintu kamar mereka, Jalal mengeluh, "Jodha kenapa kau selalu terlibat masalah? Tidakkah bisakah kau menjaga dirimu sendiri dengan baik dan benar?" Jalal mendudukan Jodha di sofa dan akan melangkah pergi, tapi Jodha menarik tanganya. Jalal berlutut di depannya sambil menatap Jodha. Jodha balas menatapnya dengan tatapan nanar, tapi senyuman yang tersungging di bibirnya begitu mengoda. Dengan lembut jalal mengecup bibir Jodha. Ketika Jalal melepas kecupannya, Jodha menahannya. Dengan kedua tangannya Jodha menangkup wajah Jalal dan menariknya kembali dekat ke wajahnya lalu dengan penuh gairah menciumnya. Jalal tahu kalau Jodha mabuk, hati kecilnya melarangnya untuk melayani Jodha. Tapi Jalal tidak bisa lagi menahan hasrat dalam tubuhnya yang sudah terpicu oleh perbuatan Jodha. Dengan kegairahan yang sama dia membalas ciuman Jodha....Takdir bag 29