Rendezvous bag 14 by Sally Diandra. Pagi itu setelah Oshin kembali ke ibunya, Jalal menyuruh Jodha pulang, untuk pamit pada kedua orang tuanya karena Jalal mengubah jadwal keberangkatan ke Puncak, Jodhapun segera pulang kerumahnya dan berpamitan pada ayah ibunya, kalau kantor tempatnya bekerja mengadakan gathering untuk karyawan di Puncak, Jodha selama ini memang berbohong pada orang tuanya dengan mengatakan kalau dirinya bekerja disebuah perusahaan konstruksi, Jodha tidak sedikitpun menyinggung soal insidennya bersama Jalal pada kedua orangtuanya itu, Jodha tidak mau kalau ayahnya malah berfikiran yang macam macam dengan pekerjaan yang sebenarnya dia jalani saat ini. Setelah selesai bebenah, sejenak Jodha berfikir “Masa iya sih aku harus pakai baju berenang didepan dia ? Ah nggak aah ... aku nggak mau pake baju berenang didepan dia, apalagi didepan keluarganya, huuuuu .... tidak tidak tidak” Jodha akhirnya memutuskan untuk tidak membawa baju berenangnya dan setelah semuanya beres, bergegas Jodha meninggalkan rumahnya menuju ke rumah Jalal, namun baru saja hendak mengeluarkan motornya, tiba tiba ponselnya berdering “Hallo Jodha” suara Jalal terdengar diujung sana “Ya, ada apa ?” kali ini suara Jodha terdengar cemas “Lebih baik kamu tidak usah kerumahku tapi langsung ke butik Reesham Khan saja, kita ketemu disana, kamu pakai taxi saja, aku tunggu kamu disana” sesaat Jodha bingung “Butik Reesham Khan yang di mana ?”, “Nanti aku sms alamatnya, aku tunggu disana ya”, “Baiklah” suara telfonpun terputus. Setelah mendapat sms dari Jalal tentang alamat butik Reesham Khan, Jodha bergegas mencari sebuah taxi.
Akhirnya, pilihannya jatuh pada sebuah gaun A line warna hijau tosca yang panjangnya selutut, dengan perpaduan kain brokat lengan pendek plus kain satin paris sebagai bawahannya dengan penambahan aksesoris bunga dibagian samping perut, sedangkan pilihan keduanya adalah sebuah gaun putih panjang selutut dari bahan sifon dengan kerah V yang menyilang ditengah dadanya lalu membentuk sebuah pita disamping perut, dua pilihan gaun yang simple namun elegan yang membuat Jodha semakin terlihat cantik ketika mengenakannya. Setelah urusan baju selesai, saat itu jam 2 siang, Jalal mengajak mereka berdua untuk makan siang terlebih dulu diruang kerja Reesham Khan dan 1 jam kemudian Reesham Khan mengajak Jodha untuk turun kebawah dan menggandengnya menyusuri butiknya dilantai bawah kemudian menyusuri lorong yang menghubungkan dengan ruang sebelah yang ternyata sebuah salon miliknya juga. “Heiii ...ye disini juga rupanya” ketika Jodha masuk ke salon Reesham Khan, rupanya Salima sudah berada disana sambil mencreambath rambutnya “Iyaa lah, bo’ ! Biasa hobby rutin setiap sabtu, hei Jodha kamu disini juga ?” sesaat Reesham Khan berbisik ke telinga Salima, Salima tertegun sambil memandangi Jodha, Jodha hanya terpaku diam didepan mereka tak lama kemudian Reesham Khan berlalu meninggalkannya menuju ke salah satu kapster andalannya “Ayoo, Jodha duduk disini, nggak usah sungkan” Jodha segera menuruti perintah Salima.
“Sudah berapa lama kamu kerja sama Jalal ?” pertanyaan Salima membuat Jodha terhenyak sesaat namun Jodha segera sadar, ini pasti yang tadi dibisikkan oleh Reesham Khan ke Salima “Aku baru ... 3 minggu lebih kerja sama dia” Salima mengangguk anggukkan kepalanya sambil terus menikmati pijatan dikepalanya “Jodha, nanti kamu akan ditangani oleh Lavanya, dia nanti yang akan make over kamu, okay ? I cabut dulu yeee ... yuuuk cyiiin” Reesham Khan melenggang meninggalkan mereka berdua dengan genitnya dan tanpa menunggu waktu lama, Lavanya segera mengajak Jodha untuk mencuci rambutnya terlebih dahulu, setelah itu membersihkan mukanya kemudian mulai memoleskan sapuan make upnya ke wajah Jodha sementara kapster lainnya mulai mengeringkan rambut Jodha. “Jodha, kalau aku boleh tahu, dimana kalian bertemu ? Maksudku dimana kamu dan Jalal bertemu ?” Salima mencoba membuka pembicaraan dengan Jodha selama kapster mereka sibuk dengan tugasnya masing masing “Aku bertemu disebuah pesta yang digarap oleh EO Madam Benazir, kenapa ?” Jodha merasa tidak enak dengan mantan Jalal yang satu ini “Aaah tidak apa apa, lalu kenapa sekarang kamu malah bekerja dengannya ?” Salima mencoba menelisik sejauh mana kedekatan hubungan antara Jalal dan Jodha “Ceritanya panjang, nyonya ...”, “Salima, panggil aku Salima saja” Jodha merasa canggung didepan Salima “Kamu tau, Jodha ... Jalal itu orangnya pemilih, dia itu tidak bisa begitu dekat dengan seseorang tapi begitu dia sudah menentukan pilihannya, dia adalah teman yang sangat baik dan sangat membantu” Salima mencoba membuka sedikit kepribadian Jalal didepan Jodha.
“Jadi beruntunglah kamu kalau dia telah memilihmu sebagai temannya dan lagi dia itu tidak segan segan akan mengutarakan pendapatnya kalau dia tidak suka, dia itu perfeksionis dan detail banget” senyum Jodha mengembang mengiyakan pendapat Salima “Iyaa, aku sudah tahu itu, selama 3 minggu aku bekerja dengannya aku bisa membaca karakternya” Jodha bisa melihat Salima tertawa kecil dari pantulan kaca rias didepan mereka “Kamu tahu Jalal itu tipe laki laki yang rela mendatangi kamu ribuan kilometer jauhnya hanya untuk mengucapkan selamat malam, ibaratnya kalau dia jatuh cinta dia akan seperti itu tapi kalau hatinya disakiti, menelfon dengan pulsa gratispun tidak akan dia lakukan, itulah Jalal” sedikit demi sedikit Salima mencoba memberikan masukan ke Jodha bagaimana memperlakukan Jalal “Jodha, apakah kamu juga mencintainya ?” Jodha terhenyak tidak tahu harus berkata apa pada Salima “Aa aaku ... aku tidak mencintainya Salima, hubungan kami hanya hubungan pekerjaan saja, tidak lebih” Salima tersenyum “Kamu tidak usah membohongi hati kecilmu sendiri Jodha ... aku yakin kamu pasti mencintainya dan asal kamu tau saja ... Jalal juga mencintai kamu” Jodha sontak kaget tidak percaya “Bagaimana kamu bisa tahu ?” Salima hanya tersenyum memandang kearah Jodha “Aku bisa membaca lewat matanya ketika dia memperhatikan kamu pas acara ulang tahun pernikahan kedua orangtuanya” Jodha merasa tidak bisa berkutik didepan Salima “Kalau aku boleh tahu, kenapa kalian putus ? Maaf pertanyaanku ...” Jodha merasa benar benar tidak enak dengan Salima.
“Tidak apa apa, aku bisa mengerti” Salima memotong ucapan Jodha “Sebenarnya Jalal tidak begitu mencintai aku, akulah yang sangat mencintainya, dia itu hanya iba padaku karena Jalal sangat dekat dengan Rahim, tapi aku yakin pancaran mata diwajahnya ketika memandangmu itu sungguh sangat berbeda ketika dia menatapku, aku yakin dia mencintai kamu, Jodha” Jodha semakin gamang, dirinya tidak percaya dengan ucapan Salima tapi melihat semua yang Jalal lakukan hari ini, rasanya memang ada sesuatu yang ingin Jalal tunjukkan padanya tapi Jodha takut untuk mengambil kesimpulan, Jodha tidak ingin berharap terlalu jauh dengan hubungan ini “Oh iya, ini kartu namaku, aku senang berteman denganmu, kalau kamu ingin ngobrol banyak denganku, aku sangat senang membantumu” ujar Salima yang saat itu mulai dipedicure dan menicure jemari tangan dan kakinya sementara rambutnya mulai disteam.
Sekitar pukul 5 sore akhirnya Jodha sudah selesai dimake over, Reesham Kham memilihkan contact lens untuk Jodha sebagai pengganti kacamata minusnya, rambutnya yang hitam lebat panjang hingga sepinggang itu dirapikan sedikit dan diurai dengan sedikit tergulung ikal diujung rambutnya. Sore itu Jodha mengenakan gaun hijau tosca dengan make up yang tidak begitu mencolok plus high heels perak yang sudah diset oleh Reesham Khan dengan bajunya, penampilan Jodha benar benar jauh berbeda. “See ... aku bilang apa ? Kamu itu memang cantik, tinggal diberi polesan sedikit semuanya jadi berubah sempurna” ujar Reesham Khan sambil memperlihatkan penampilan Jodha didepan kaca rias, Jodha hanya tersipu malu “Sekarang kamu keluar karena pangeranmu sudah menunggu cap cus cyiin !” Jodha tersipu malu mendengar ucapan Reesham Khan “Good luck ! Jodha” Salima mencoba memberi semangat “Terima kasih, aku pergi dulu yaa” Jodha segera berlalu meninggalkan Salima yang masih sibuk dengan perawatan tubuhnya, perlahan Jodha melangkah menyusuri lorong yang tadi dilaluinya menuju ke butik Reesham Khan, sementara Reesham Khan sudah berjalan mendahuluinya, begitu memasuki butik Reesham dari kejauhan Jodha bisa melihat Jalal yang sedang berdiri menatapnya dengan sorotan matanya yang tajam “Aku yakin pancaran mata diwajahnya ketika memandangmu itu sungguh sangat berbeda ketika dia menatapku, aku yakin dia mencintai kamu” kata kata Salima masih membekas dalam benaknya “Dia itu tipe laki laki yang rela mendatangi kamu ribuan kilometer jauhnya hanya untuk mengucapkan selamat malam” kembali ucapan Salima terngiang ditelinganya.
“Apa iyaa dia mencintai aku ? Seperti yang dikatakan Salima ? Tidak tidak ... tidak Jodha ! Kamu harus tahu batasanmu ! Siapa dia siapa kamu ! Jangan mimpi kamu !” hati kecil Jodha kembali menjerit memberikan peringatan padanya. NEXT