Bila Saatnya Tiba bag 30 by Sally Diandra. Siang itu Jodha menghampiri Syarif yang sedang berduaan dengan seorang perempuan yang sepertinya sebaya dengan Jodha “Selamat siang Syarif …” Syarif langsung terperangah begitu melihat Jodha ada didepannya, bergegas Syarif berdiri dan menghampiri Jodha kemudian menggeretnya ke luar cafe “Kamu mau apa kesini, Jodha ?”, “Aku mau beli buku, memangnya mau apa, kamu sendiri ngapain disini dan siapa perempuan itu ?” Jodha sangat kesal dengan Syarifudin suami Bhaksi, sementara Syarifudin jadi salah tingkah didepan Jodha, “Apa aku perlu bilang ke perempuan itu kalau kamu sudah menikah ? apa sih kurangnya Bhaksi ? dia sudah memberikan anak yang cantik buat kamu, kalau kamu bukan ayahnya Mehtab … sudah aku labrak perempuan itu !” suara Jodha semakin meninggi membuat beberapa orang disekitar mereka sekilas menatap kearah mereka “Jodha sabar, aku bisa menerangkan sama kamu, dia itu bukan siapa siapa, kami nggak punya hubungan khusus”, “Kalau kamu nggak punya hubungan khusus lalu kenapa pake cium cium segala seperti itu ?” Syarifudin semakin salah tingkah didepan Jodha “Cium cium yang mana, Jodha ?” , “Kamu pikir aku buta ? aku bisa melihat dengan mata dan kepalaku sendiri atau gimana kalau aku tanya saja sama perempuan itu, apakah tadi kamu mencium dia atau tidak ?” Jodha sudah mau bergegas masuk kembali kedalam café tapi Syarifudin segera mencegatnya
“Jodha please …” Syarifudin menggelengkan kepalanya meminta Jodha untuk tidak masuk kedalam café “Aku minta maaf, Jodha … aku khilaf, aku janji aku tidak akan melakukan hal ini lagi tapi tolong jangan libatkan dia, dia tidak tahu apa apa” , “Ooh jadi kamu nggak bilang ke dia kalau kamu sudah menikah ?” Jodha semakin kesal dengan tingkah Syarifudin namun Syarifudin memohon maaf pada Jodha “Oke kali ini aku maafkan tapi suatu saat nanti kalau aku melihat kamu lagi seperti ini, aku tidak tahu apa nanti yang bakal terjadi” ujar Jodha sambil berlalu memasuki toko buku “Bukannya itu suami Bhaksi adik Jalal, Jodha ?” Jodha hanya mengangguk ketika Moti bertanya tentang Syarif, sementara itu Syarif segera berlalu dengan gadis tersebut, Jodha memperhatikan mereka dari kejauhan hingga keduanya menghilang dari pandangan Jodha “Aku kadang habis pikir sama laki laki yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya” Jodha menggerutu sendiri sambil memilih milih buku didepannya, konsentrasinya buyar, “Maksudmu laki laki macam suami Bhaksi itu ?” , “Iya Moti, kamu lihat sendiri kan bagaimana Bhaksi mencintai dia, apalagi kalau lihat anaknya, si Mehtab itu kan lucu … aku kasihan sama Bhaksi kalau ternyata ini bukan yang pertama kalinya Syarif seperti itu, kamu bisa ngebayangin kan Mo … gimana sakitnya” Moti hanya mengangguk anggukkan kepalanya “Mo, sudah sore, aku nggak jadi beli buku, kita ke sanggar aja yuuuk …” tak berapa lama kemudian Jodha dan Moti sudah melaju dengan mobil New Beetlenya menuju ke sanggar tari Jodha.
Setelah latihan koreo sampai sore baru sekitar jam 6 petang Jodha sampai dirumah, dilihatnya mobil Jaguar Jalal belum terparkir disana padahal biasanya jam segini Jalal sudah pulang, sementara mobil Syarif sudah nangkring digarasi, ketika Jodha meraba mesinnya terasa mesinnya masih panas, “Baru pulang dia rupanya” bergegas Jodha masuk kedalam rumah dan langsung menuju kamarnya, setelah selesai mandi tak lama kemudian Jodha tertidur karena kelelahan. Sekitar jam 9 malam Jodha terbangun dari tidurnya tapi tak dlihatnya Jalal didalam kamar, “Kemana dia ? jam segini belum pulang ?” dilihatnya ponselnya siapa tau ada sms atau telfon dari Jalal tapi ternyata hasilnya nihil “Tidak biasanya Jalal seperti ini, kemana dia ?” bathin Jodha dalam hati, belum sempat Jodha memencet nomer Jalal diponselnya, terdengar suara mobil Jaguar Jalal masuk kedalam garasi. Jodha segera beringsut kearah jendela dan duduk dipinggiran jendela sambil memandang keluar, tak berapa lama kemudian Jalal memasuki kamar “Belum tidur ?” Jodha hanya diam saja sambil terus memandang kearah jendela, Jalal mendekatinya dan berjongkok disebelahnya sambil menciumi tubuhnya tapi Jodha diam saja, Jalal bangun dan duduk disebelah Jodha sambil terus memandangi istrinya, saat itu Jodha duduk sambil memeluk lututnya, Jalal menaruh dagunya diatas lutut Jodha “Kenapa ?” Jodha hanya melirik kearah Jalal dengan tatapan ketusnya kemudian kembali memandang keluar jendela “Baiklah, aku mandi dulu …” ujar Jalal sambil berdiri dan mencium rambut Jodha, ketika Jalal berlalu dari hadapannya Jodha mencium bau wangi yang lain dari pada yang lain, itu bukan bau parfum Jalal, Jodha hafal sekali dengan bau parfum Jalal.
Jodha langsung teringat dengan kejadian tadi siang ketika dia memergoki Syarifudin, “Apakah Jalal juga bertemu dengan perempuan lain hari ini ?” pikiran Jodha langsung mengira yang tidak tidak “Aah itu hanya perasaanku saja, semoga saja tidak” bathin Jodha lagi, Jodha berusaha percaya pada Jalal, Jodha langsung beringsut ke arah balkon kamar, udara dingin malam itu sedikit menusuk kedalam tulangnya tak berapa lama kemudian Jalal sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut gondrongnya yang sedikit basah, dilihatnya Jodha ada diluar kamar diatas balkon, Jalal langsung menyusulnya kesana, melihat Jodha yang kedinginan sambil menggosok gosokkan tangannya ke lengan, Jalal segera memeluknya dari belakang, Jodha bisa merasakan hangatnya pelukan Jalal “Parfum siapa itu ?” tiba tiba Jodha bertanya dengan ketus “Parfum yang mana ?”, “Yang tadi ada dibajumu, aku bisa mengenali baunya bukan dari parfummu tapi ada parfum lain” ujar Jodha sambil mengibaskan lengan Jalal, tiba tiba dirinya kesal sama Jalal karena tiba tiba terlintas banyangan Syarif tadi siang yang menjelma menjadi Jalal, Jalal langsung menyambar lengan Jodha “Aku mau cerita sama kamu, dengarkan dulu, jangan marah …” , “Jadi benar tadi kamu bersama seorang perempuan ?” Jodha langsung bertanya ketus sambil membelalakkan matanya “Jangan marah seperti itu, ini tidak seperti yang kamu bayangkan, iyaa … aku memang bertemu dengan seorang perempuan” ,
“Nah, tuh kan !” Jalal segera mengggeret lengan Jodha agar Jodha mendekat tapi Jodha nggak mau, malah dkibaskannya tangan Jalal dan masuk kedalam kamar, Jalal tertawa kecil melihat ulah Jodha lalu diikutinya Jodha masuk kedalam kamar, saat itu Jodha sedang duduk disofa sambil mengganti chanel televisi berulang kali, “Jodha dengarkan dulu” , “Aku nggak mau bicara sama kamu, bicara saja sama kelima jariku ini” Jodha langsung menyodorkan kelima jarinya, Jalal tertawa nakal kemudian dilekatkannya kelima jarinya sendiri ke jari Jodha sambil bicara dengan jari jari Jodha “Baiklah biar jari jari kita yang akan bicara, kamu tau jari yang lentik tadi memang ada tamu datang kekantor tuanku, dia itu seorang perempuan” ujar Jalal dengan suara berat lalu Jalal merubah intonasi suaranya menjadi melengking tinggi seperti suara perempuan “Siapa itu yang datang kekantor tuanmu, kenapa kamu nggak ngomong dari tadi ?” Jalal merubah lagi intonasi suaranya menjadi berat seperti laki laki, “Ini aku mau ngomong, tapi nyonyamu itu kok malah marah marah dengan tuanku ? bagaimana tuanku bisa bercerita” ketika Jalal mau merubah lagi intonasi suaranya, tiba tiba Jodha tertawa geli mendengar ulah suaminya sambil menurunkan tangannya lalu menutupi mulutnya dengan tangan yang lentiknya, Jalal tersenyum melihatnya “Kenapa tertawa ?” Jodha memandang Jalal sambil tersenyum “Boleh aku cerita sekarang ?” Jodha langsung mengangguk, kemudian Jalal mulai menceritakan siapa perempuan yang datang ke kantornya tadi siang yang tidak lain adalah Atifa, Jodha mendengarkan dengan seksama
“Lalu sekarang dia tinggal dimana ?” , “Aku sarankan agar dia menyewa sebuah apartemen daripada dia harus tidur dihotel, itulah mengapa aku pulang sampai larut malam, karena aku membantu dia mencari apartemen yang sesuai dengan seleranya” , “Maksudmu ?” Jodha tambah penasaran, “Yaa … kalau dia mau dari tadi sore sebenarnya dia sudah dapat apartemen tapi kembali kurang ini kurang itu … hhhh heran aku” , “Capek yaaa ?” Jalal mengangguk seperti anak kecil “Sudah makan ?”, “Sudah, tadi …” Jodha langsung memotong ucapan Jalal “Sama Atifa ?” belum sempat Jalal menjawab, Jodha langsung beringsut ketempat tidur dan membaringkan tubuhnya disana sambil menutup mukanya dengan guling, Jalal langsung membuntutinya “Kok marah lagi siih ? marahnya udah dong … yaa tadi aku makan dikantor ama Atifa, kami cuma makan dikantor, nggak kemana mana” ujar Jalal sambil membelai rambut Jodha “Kamu belum makan ya ? kalau gitu gimana kalau kita makan bareng ? hmm …” Jalal mencoba membujuk Jodha yang mulai merajuk, perlahan dibukanya guling yang menutupi wajah Jodha, Jodha malah semakin membenamkan wajahnya dibantal, ketika Jalal mencoba mencium pipinya, Jalal mendengar Jodha menangis lirih, Jalal langsung membalik tubuh Jodha dengan paksa “Kamu kenapa ?” Jodha langsung memeluk Jalal sambil menangis “Kamu jahaaat … kenapa kamu nggak mau makan malam sama aku ? malah makan malam sama dia, aku kan nunggu kamu untuk makan malam” Jalal tertawa kecil melihat tingkah Jodha yang ke kanak kanakkan sambil mencium rambut Jodha dan melepas pelukannya “Oke oke … kalau gitu gimana kalau kita makan bersama, hmmm …” ujar Jalal sambil menyeka pipi Jodha yang basah, seperti seorang anak kecil Jodha menurut saja ketika dibimbing Jalal sambil dirangkul menuju ruang makan, dengan sabar Jalal yang melayani Jodha makan malam saat itu, tak berapa lama kemudian mereka makan malam berdua dalam satu piring.
Keesokan harinya, ketika matahari belum memancarkan sinarnya tiba tiba Jalal terbangun dari tidurnya, ketika hendak menuju ke kamar mandi, badannya terasa limbung, pusing dan perutnya sangat mual, bergegas Jalal langsung menuju ke kamar mandi tepat pada saat itu Jodha juga terbangun, melihat suaminya muntah muntah dikamar mandi, Jodha segera menyusulnya masuk ke kamar mandi “Ada apa sayang ?” Jalal tidak menjawab dia hanya memegangi perutnya yang terasa mual minta ampun sambil sesekali memuntahkan isi didalam perutnya ... Bila Saatnya Tiba bag 31 by Sally Diandra