Takdir bag 55 by Tahniat

Takdir bag 55 by Tahniat. Mendengar kata ‘What’ dengan nada ketus dari bibir Jodha, Jalal hanya tersenyum saja, tanpa mengalihkan tatapannya. Hanya tuhan yang tahu betapa bahagianya Jalal setelah bertemu Jodha. Dia sudah meduga Jodha akan jual mahal padanya, tapi dia tidak akan marah. Jalal sudah bertekad dalam hati akan melakukan apa saja untuk meluluhkan hati Jodha dan mendapatkan wanita yang di cintainya itu kembali dalam pelukannya.
 
Surya berusaha mengeringkan darah yang masih mengalir deras dari hidungnya. Karena darah terus menerus mengalir, Sukanya berinisiatif mengajak Surya ke dokter untuk periksa. Surya menurut. Tapi sebelum pergi, Surya mengancam Jalal, “awas, jangan menyakiti Jodha. Kalau sampai kau berbuat yang tidak-tidak padanya, aku akan membuatmu menderita.” Jalal melirik Surya sambil mencibirkan bibirnya, “bukankah aku sudah lebih dulu membuatmu menderita? Masih kurang?” Untuk mencegah pertengkaran yang tidak ada gunanya lagi, Jodha memberi isyarat pada Sukanya agar membawa Surya pergi. Sukanya mengangguk.
 
Setelah hanya berdua dengan Jalal, Jodha berdiri dari duduknya, menjauhi Jalal dengan berdiri menyandar di meja kerjanya. Dengan tatapan sengit Jodha bertanya, “untuk apa kau datang kesini? Kalau kau bermaksud mengajakku kembali ke Delhi, aku tidak mau. Aku senang tingal di sini.” Jalal tersenyum dan menjawab dengan ringan, “kalau begitu, kita belirumah dan tinggal disini.” Jodha membalas dengan sengit, “aku suka tinggal disini sendiri, bukan denganmu atau istri keduamu!” Jalal terbelalak kaget, rupanya Jodha berpikir kalau dirinya menikahi Ruqaiya setelah kepergiannya. Muncul niat usil dalam hatinya, “kau masih istriku, Jodha. Kau tak bisa menolak aku!” Jalal melangkah menghampiri Jodha. Tiba-tiba matanya ternampak perut buncit yang di sembunyikan Jodha di balik blazer longgar yang di pakainya. Jalal tersentak sadar. Sejak memeluk Jodha di luar tadi dia memang ingin mengatakan sesuatu. Tapi emosinya pada Surya membuat Jalal lupa. Baru setelah melihat perut Jodha, Jalal tersadar apa yang terlupa olehnya.
 
FF Jodha akbar Destiny2Jalal mempercepat langkahnya dengan mata terpaku menatap perut Jodha. Setelah dekat dengan antusias dia hendak menyentuhkan tanganya ke perut Jodha. Tapi Jodha menarik tubuhnya untuk menghindari sentuhan tangan Jalal. Melihat itu, Jalal sangat kecewa. Dia segera membatalkan niat usilnya. Lalu dengan suara yang jelas dan tegas  berkata, “kau harus tahu Jodha, aku tidak menikahi Ruqaiya. Aku sudah berjanji padamu kalau aku hanya akan melakukan akad nikah kalau kau hadir di sana. Dan kau tidak datang, maka pernikahan pun di batalkan.” Jodha menatap Jalal dengan tatapan tak percaya. Jalal meraih jemari Jodha dan menggenggamnya, “percayalah padaku. Aku mengatakan yang sebenarnya. 5 bulan ini aku mencarimu kemana-mana. Tapi kau lenyap begitu saja. Aku sangat mengkhawatirkanmu, apalagi Moti memberitahuku kalau kau sedang… sendang mengandung anakku.” Wajah Jalal terlihat bahagia saat mengatakan ‘anakku’.
 
Jodha dengans senyum kecut bertanya, “jadi kau mencariku karena khawatir pada anakmu?” Jalal dengan cepat menyahut, “tidak… aku tidak berkata begitu. Aku mencarimu karena aku menginginkanmu. Karena aku mencintaimu. Karena kau istriku. Dan aku tidak bahagia tanpa kau ada di sisiku.” Jodha menatap Jalal dengan rasa tak percaya mendengar apa yang baru di katakannya. Jalal mengangguk menegaskan, “hidupku tidak lengkap tanpamu. Aku sangat merindukanmu. Aku merindukan anak kita.” Jalal menatap perut besar Jodha. Ketika Jalal mencoba kembali untuk menyentuh perut Jodha, Jodha membiarkan dia melakukannya. 
 
Ketika Jalal menyentuhkan tangannya, janin yang ada di dalam perut Jodha mengeliat. Merasakan gerakan calon jabang bayinya, Jalal tertawa bahagia. Matanya berkaca-kaca, “Jodha, dia..dia… bergerak!” Melihat kegembiraan tak terkira di wajah Jalal, segala rasa kesal dalam hati Jodha lenyap seketika. Dengan refleks dia meraih tubuh Jalal dan memeluknya. Jalal membalas pelukan Jodha, meski dengan sedikit waspada, karena takut tubuhnya akan menekan perut Jodha dan melukai bayi dalam kandungannya.
 
Jalal mendengar isak Jodha yang tertahan. Dengan haru biru, Jalal mengelus kepala Jodha yang bersandar di pundaknya. Jodha menyembunyikan wajahnya di leher jalal. Merasakan sentuhan ujung hidung Jodha di lehernya, Jalal merasakan percik-percik asmara meletup-letup dalam hatinya. Dengan pundaknya, Jalal mendorong tubuh Jodha. Setelah Jodha tegak menatapnya, Jalal menangkupkan tangannya di pipi Jodha lalu menunduk untuk mencium Jodha. Pertama keningnya, lalu kelopak matanya, pipinya lalu berhenti di bibir ranumnya yang sempurna. Jalal seperti menemukan oasenya kembali. Tempat di mana dia bisa memuaskan dahaganya….
 
Lima bulan adalah waktu yang sangat panjang dan melelahkan untuk sebuah pencarian. Dan setelah menemukan apa yang di carinya, Jalal ingin segera melampiaskan kerinduannya. Begitu pula Jodha. Tapi apa yang mereka lakukan setelah tiba di kamar berbeda dengan apa yang mereka bayangkan. Masing-masing merasa kikuk dan tak tahu harus berbuat apa. Jodha sangat merindukan sentuhan Jalal, tapi Jalal terlihat ragu-ragu untuk melakukannya karena takut menyakiti anaknya yang ada dalam kandungan Jodha. Untuk menenangkan diri, Jalal mengajak Jodha tidur. Jodha menurut., Keduanya berbaring di ranjang dengan posisi miring, Jodha memunggungi Jalal, dan Jalal memeluk tubuh Jodha dari belakang. Keduanya saling diam, walau hati masing-masing merasa tak tenang dalam kekangan hasrat yang membara yang perlu dilampiaskan. Tak tahu siapa yang memulai lebih dulu… yang jelas begitu malam semakin matang keduanya telah terlibat dalam sebuah adegan percintaan yang penuh gelora dan baru tertidur menjelang pagi tiba.
 
Jalal dan Jodha masih lelap dalam tidurnya ketika ponsel Jodha berdering. Jodha mengeliat malas dan meminta Jalal mengulurkan ponsel yang tergeletak di atas meja. Jalal mengambil ponsel itu dan hendak memberikannya pada Jodha ketika dia melihat nama pemanggil yang tertera di layar monitornya. Jalal tak jadi memberikan ponsel pada Jodha, dia sendiri yang mengangkat panggilan itu. Jodha tak melarang, hanya memandang dengan tatapan protes. Jalal menyapa, “ ya, Surya? Ada apa?” Jalal mendengarkan apa yang di katakan Surya dengan kening berkerut dan berkata 'ok' dengan sangat terpaksa sebelum mememutus panggilannya.
 
Jodha menatap Jalal dengan rasa ingin tahu, “apa katanya?” Jalal bangkit dari tempat tidur dan memakai celananya. Sambil menatap Jodha dengan pandangan jenaka, dia berkata, “dia ada diluar, minta di bukakan pintu.” Mendengar itu Jodha segera bangkit dari tidurnya, mengambil pakaian yang berserak di lantai dan tergopoh-gopoh masuk kamar mandi. Jalal tertawa melihatnya. Dan dengan betelanjang dada, ~sengaja memamerkan bodi gempal dan dada bidangnya~ Jalal membukakan pintu untuk Surya.
 
Meskipun sudah menduga akan apa yang mungkin ditemuinya, tapi Surya mau tak mau terkejut juga saat melihat Jalal menyambutnya dengan bertelanjang dada. Surya dengan tatapan kesal menegur jalal, “aku tau apa yang kau lakukan. Tapi tak perlulah memamerkannya sampai seperti itu. Setidaknya hargailah sedikit istrimu!” Jalal merentangkan tanganya dan tertawa, “aku hanya ingin mengingatkanmu kalau dia adalah milikku…” Surya menyahut dengan nada ketus “tak usah kau ingatkan aku sudah tahu. Dia…” Belum selesai Surya berkata, Jodha sudah keluar dari kamarnya. Melihat Jalal yang berdiri di hadapan Surya dengan bertelanjang dada, wajah Jodha bersemu merah. Dengan tersipu, Jodha bergegas masuk kembali ke kamarnya, dan keluar sambil membawa baju kemeja. Jodha mengulurkan kemeja itu ke tangan Jalal, menyuruh dia agar segera memakainya. Jalal menerima kemeja itu sambil berkata, “.. aku tak masalah begini saja..!” Jodha melotot marah. Melihat itu Jalal tertawa dan segera memakai kemejanya.
 
Surya mengulurkan kantong plastik yang di bawahnya pada Jodha, “aku datang untuk mengantarkan pesanan Sukanya. Dia tidak ingin kalau calon bosnya kelaparan dan istri tercintanya sibuk memasak makanan.” Jodha tersenyum penuh arti, “Sukanya? Atau kekasihnya Sukanya?” Jodha tahu, ini pasti idenya Surya. Selama ini, setiap punya kesempatan, Surya tidak pernah lupa membawa makanan setiap mengunjungi Jodha di apartemenya. Di goda begitu, Surya tertawa renyah pada Jodha, tapi tersenyum masam pada Jalal. Sebelum pergi Surya memberitahu Jodha, kalau hari ini, Jodha tidak perlu datang ke kantornya. Surya yang akan memintakan izin pada bos Jodha. Jodha tertawa, “kau akan meminta izin pada dirimu sendiri? Kau pikir aku tidak tahu kalau Agra Collections milikmu?” Surya tertawa kaget, “jadi kau tahu ya?” Jodha mengangguk pasti. Surya melangkah ke pintu dengan di antar Jodha, “maaf, aku tidak berterus terang padamu. Aku takut kau akan menolak bekerja di sana kalau kau tau itu milikku.” Jodha menghela nafas, “aku sangat berterima kasih padaku, karena ada saat aku membutuhkan mu dan selalu membantuku. Aku tak tahu bagaimana harus membalas budi baikmu.” Jodha mendekati Surya, memegang kedua lenganya, lalu berjinjit untuk mencium pipi Surya. Surya kaget di perlakukan seperti itu oleh Jodha, apalagi di depan jalal. Surya melirik Jalal yang terngagah tak percaya dengan senyum bangga. Untuk semakin membuat Jalal panas, Surya balas mencium kening Jodha setelah mengucapkan sampai jumpa…… Takdir bag 56