Rendezvous bag 20 by Sally Diandra. Setelah tiga hari berada di Surabaya, akhirnya Jalal pulang ke Jakarta, namun kerinduannya ke Jodha ditahannya sementara waktu karena ada sebuah informasi yang sangat penting yang baru didapatnya ketika dirinya berada di Surabaya “Bro, baca ni berita !” Aziz salah satu teman seprofesinya tiba tiba menyodorkan tabletnya ke Jalal menunjukkan berita di laman online yang baru dibacanya “Sinamas menawar saham Asia Resources Mineral” kedua bola mata Jalal langsung berbinar terang begitu membaca judul headlinenya “Gila ! Berapa harga terakhir yang ditawar hari ini ?” Aziz segera mengecek ke laman London Stock Exchange sebuah bursa efek di Inggris “Harga terakhir mereka dikisaran 379 rupiah”, “It’s perfect !” Jalal langsung menjentikkan jarinya “Maksudmu ada peluang kesana, bro ?” Jalal menganggukkan kepalanya “Saatnya kita memancing Aziz” Jalal menyeringai senang. Begitu sampai di Jakarta, Jalal langsung hanyut kedalam pekerjaannya, untuk sementara waktu Jodha bisa bernafas lega karena sejak pulang dari Surabaya, Jalal tidak mampir kerumahnya sendiri untuk sekedar bersay hello dengan Jodha dan Jodha tidak ingin tahu kenapa Jalal berbuat seperti itu karena bagaimanapun juga Jalal bukan miliknya jadi tidaklah pantas baginya untuk ikut campur dengan urusan Jalal. Hingga hari Jum’at pun datang, hari itu bukanlah hari yang mudah bagi Jodha, sementara dia tekun mengawasi pekerjaan para tukang yang sedang berlangsung, benaknya tidak berhenti untuk memikirkan pertemuan ayahnya dengan Jalal pagi ini jam 10 pagi dikantor Jalal, entah apa yang akan Jalal sarankan ke ayahnya, perut Jodha serasa diaduk aduk sambil berandai andai dengan pertemuan mereka.
Jodha sangat berharap akan terjadi sebuah kesepakatan antara ayahnya dan Jalal karena bagaimanapun juga Jodha ingin agar orangtuanya merasa aman dan nyaman selama sisa hidup mereka atau karena sebenarnya Jodha ingin menjalin hubungan yang khusus dan lebih intens dengan Jalal, walaupun pada akhirnya nanti Jodha sadar hubungan itu akan berakhir. Saraf Jodha benar benar tegang ketika dirinya tiba dirumah, ayahnya langsung menyambut kedatangannya dengan senyum lebar diwajahnya “Jodha, kamu tahu ayah telah menyerahkan seluruh urusan finansial ayah ke tangan tuan Jalal” tanpa ditanya pak Bharmal langsung menghambur kearah Jodha yang baru saja masuk kedalam rumahnya “Maksud ayah ?” Jodha tidak mengerti dengan ucapan pak Bharmal “Ayah telah mengambil dana pensiun ayah sebagian yang bisa ayah ambil secara tunai di Bank dan ayah serahkan sepenuhnya pada tuan Jalal untuk dikelola dan ayah yakin keberuntungan sebentar lagi akan ada dipihak kita, Jodha ! Seperti yang dia bilang biarkan uang yang bekerja untuk kita bukan kita yang bekerja untuk uang !” pak Bharmal nampak bersemangat dan berseri seri menceritakan hal ini pada keluarganya, sementara Jodha merasa dadanya seperti tertusuk oleh onak berduri, ingin rasanya dirinya juga percaya seperti ayahnya tapi Jodha merasa ada kekhawatiran yang mungkin akan terjadi sebaliknya “Ayah yakin Jodha, teman bossmu itu bisa ayah andalkan ! Otaknya sangat cerdas, dia bisa menerangkan dengan gamblang pada orang awam seperti ayah ini, ayah yakin intuisinya benar, dia akan berhasil !”
“Apa yang dia sarankan untuk ayah, untuk apa uang dana pensiun yang ayah ambil secara tunai itu ?” Jodha sangat penasaran dengan rencana Jalal terhadap ayahnya “No no ! Ayah tidak boleh memberitahu, ini rahasia kecil antara ayah, tuan Jalal dan Tuhan ! Ayah telah menandatangani kontrak itu !” Jodha semakin terhenyak mendengar cerita ayahnya “Tapi yakin saja, Jodha ! Sebentar lagi semuanya akan berakhir dengan letupan yang dahsyat ! Kamu tidak usah khawatir, sayang” pak Bharmal terus menerus memuji Jalal didepan keluarganya, ibu Meinawati hanya bisa diam mendengarkan karena dirinya memang tidak tahu apa yang dibicarakan oleh suaminya. Dadu telah dilempar, Jodha hanya bisa melihat siapa yang kali ini akan memenangkan permainan ini.
Semenjak pertemuan dengan ayah Jodha, entah mengapa tiba tiba saja Jalal seperti menghindar dari Jodha dan tiba tiba terjadilah sebuah kekosongan yang aneh, setiap hari Jodha berada dirumah Jalal, mengikuti dan mengawasi perkembangan rumah pribadi laki laki itu tapi tidak pernah berjumpa dengannya, instruksi instruksi selanjutnya tentang perkembangan rumah hanya Jalal titipkan pada selembar catatan kecil yang ditempelnya dilemari es didapur atau melalui sebuah sms, Jalal tidak pernah menelfonnya lagi, tiba tiba saja Jodha merindukan kehadiran Jalal disisinya, keusilan yang sering dilakukannya ketika dia menggoda Jodha.
Ketika hari Senin tiba, waktu yang diminta oleh ibu Hamida untuk menjadi penterjamahnya, hari itu Jalal tidak mengantar Jodha ke kantor ibunya malah mengirimkan seorang sopir ke rumah Jodha “Mau bertemu dengan siapa ?” ibu Meinawati nampak tertegun dengan penampilan seorang pria bertubuh tinggi besar dengan pakaian serba hitam “Saya mau menjemput nona Jodha, tuan Jalal yang mengirimkan saya kemari untuk mengantar nona Jodha ke kantor nyonya Hamida majikan saya” ibu Meinawati tidak mengerti maksud si sopir “Tunggu sebentar” bu Meinawati bergegas menuju ke kamar Jodha saat itu Jodha sedang merias dirinya “Pagi ini kamu ada acara keluar lagi dengan bossmu atau dengan tuan Jalal, Jodha ?” Jodha tertegun didepan meja riasnya “Maksud ibu ?”, “Itu ada seorang sopir didepan yang mau menjemputmu, katanya dia itu suruhan tuan Jalal mau mengantarmu kemana itu tadi yaa” Jodha teringat itu pasti sopir yang mau mengantarnya ke kantor nyonya Hamida “Iya ibu, itu sopir yang mau mengantarku ke kantor nyonya Hamida, kebetulan ada tamu dari Jepang hari ini dan aku diminta untuk menjadi penterjemahnya” bu Meinawati mengerutkan keningnya “Penterjemah ? Apa kamu bisa ? Ya ibu tahu kamu bisa bahasa Jepang tapi apa bisa kamu jadi penterjemah ?” Jodha hanya tersenyum “Doakan aku ya, bu ... semoga semuanya lancar hari ini, aku berangkat dulu ya” Jodha segera mencium tangan dan kedua pipi ibunya “Kamu nggak sarapan dulu ?” Jodha menggeleng “Aku sudah minum susu tadi, aku takut terlambat, daah ibu” Jodha segera berlari keluar dan segera masuk kedalam mobil setelah berpamitan dengan ayahnya.
“Akhir akhir ini aku tidak mengerti dengan pekerjaan Jodha, Yah” ibu Meinawati merasa curiga dengan pekerjaan yang digeluti Jodha “Memangnya kenapa, bu ?” pak Bharmal malah nampak santai, tidak begitu peduli dengan pekerjaan Jodha “Yaa sebenarnya dia itu bekerja sebagai apa ? Kita kan nggak pernah tahu dimana dia bekerja, dia juga nggak pernah menceritakan pada kita apa pekerjaannya, kadang juga pulangnya sampai malam, dan seperti sekarang ini tiba tiba dia mau jadi penterjemah” pak Bharmal hanya tersenyum sambil merangkul bahu istrinya dari belakang “Anak kita Jodha sudah besar, bu ... dia sudah dewasa, usianya saja sudah 28 tahun, ayah yakin dia pasti bekerja pada jalan yang benar, yang halal, percaya saja sama Jodha, Jodha tidak bakal macam macam”
Sesampainya dikantor ibu Hamida, Elang Nusantara Group, Jodha menuju ke meja resepsionis “Selamat pagi, saya Jodha, dimana saya bisa bertemu dengan nyonya Hamida ?”, “Ooh anda nona Jodha, nyonya Hamida sudah menunggu anda diruangannya, silahkan ke lantai 17, begitu sampai disana anda akan segera bertemu dengan sekrtarisnya,, namanya Marsha” setelah mengucapkan terima kasih pada resepsionis, Jodha bergegas menuju ke lift dan memencet nomer 17, sesampainya dilantai 17 Jodha segera disambut oleh sekretaris nyonya Hamida yang bernama Marsha “Selamat pagi, anda pasti nona Jodha” Marsha segera mengulurkan tangannya ke Jodha, Jodha menyambutnya hangat “Ayoo ... nyonya Hamida sudah menunggu anda diruangannya, mari” Marsha segera mengantar Jodha menemui nyonya Hamida yang pagi itu sudah ditemani oleh putra sulungnya Adam Khan, setelah berbasa basi sebentar tak berapa lama kemudian para investor Jepang itupun mulai berdatangan, perut Jodha terasa seperti diaduk aduk, Jodha tegang, sepanjang hidupnya Jodha belum pernah melakukan hal ini menjadi seorang translator langsung dari native speaker.
Untung saja Mr. Takashi dan Mr. Konichiro dan rekan rekannya yang lain termasuk orang yang ramah dan tidak tegang ataupun kaku seperti kebanyakan orang Jepang lainnya, percakapan diantara merekapun berjalan lancar, nyonya Hamida puas karena berhasil mendapat kata sepakat dengan Mr. Takashi dan Mr. Konichiro dalam memerger usahanya dengan investor Jepang ini, pertemuan bisnis mereka ini berlanjut hingga ke makan siang bersama, Jodhapun terlibat didalamnya “Terima kasih, Jodha ... kamu memang berbakat, aku suka” nyonya Hamida memuji hasil kerja Jodha “Sama sama nyonya, dengan senang hati saya bisa membantu” Jodha berusaha merendah “Untuk urusan finansialnya nanti kamu bisa berhubungan dengan Marsha, Marsha urus semuanya” Marsha segera mengangguk, selesai makan siang Jodha segera kembali ke rumah Jalal untuk bekerja kembali seperti biasa tapi lagi lagi Jalal tidak menampakkan batang hidungnya didepan Jodha. Waktupun terus berlalu, beberapa ruangan telah selesai disetting, termasuk ruang permainan yang mendapat penambahan mini bar didalamnya sehingga tidak usah jauh jauh ke dapur kalau hanya untuk minum, meja biliardpun telah diusung masuk kedalam ruang permainan, plus beberapa rak yang tersimpan disana juga telah diisi oleh dengan berbagai macam permainan papan.
Keesokan harinya, Jodha melihat truk truk pengangkut barang dari toko furniture datang, beberapa sofa dan kursi kursi tamu mulai diturunkan, sesuai dengan catatan kecil yang ditinggalkan Jalal, sofa orange berada diruang permainan, sofa merah hati berada di ruang keluarga, kemudian sofa hijau lumut didepan kolam renang, sofa biru dongker ditaruh di ruang home teathre yang nuansanya memang diciptakan Raavi serba biru sesuai dengan desainnya blue ocean, kemudian empat kursi kursi tamu berwarna perpaduan antara emas, kuning, putih dan coklat, semua sofa itu dibeli Jalal sesuai dengan pilihan warna Jodha, Jodha merasa aneh tapi mencoba untuk tidak peduli karena yang punya rumahpun sampai saat ini tidak menampakkan sosoknya. Jodha mulai sibuk menata semua ruangan Jalal dibantu para tukang yang sudah selesai merenovasi rumah Jalal, termasuk ruang kerja Jalal yang berada disebelah kamarnya, sementara kamar Jalal sendiri masih seperti sediakala belum banyak berubah dan Jalal pun belum menginstruksikan penyettingannya, dua kamar lainnya dilantai atas juga masih kosong termasuk ruang serba guna diantaranya juga masih kosong.
Enam minggu telah berlalu, rumah Jalal telah siap untuk ditempati oleh siempunya rumah dan setiap malam ayahnya selalu tidak pernah bergeser dari depan televisi untuk melototi laporan finansial yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta, sementara Jodha diam diam beberapa kali sempat take foto kembali untuk mengisi portofolio rancangan miss Reesham Khan, sebenarnya beberapa kali Jodha mendapat tawaran untuk casting sebuah peran dalam sebuah iklan melalui Bella atau Kevin tapi Jodha merasa dirinya belum siap akan semua itu. Sementara itu kabar dari nyonya Maham Anga akhirnya datang juga “Jodha, aku suka dengan gaya tulisanmu dalam terjemahan ini, aku rasa kamu bisa membantuku sementara waktu” Jodha sangat senang sekali begitu nyonya Maham Anga memuji hasil terjemahannya “Jadi saya bekerja untuk nyonya ?”, “Tidak tidak tidak, maksudku kamu bisa magang sementara waktu ditempatku agar kamu bisa belajar bagaimana menterjemahkan sebuah buku, setelah itu kamu bisa bekerja sendiri, bagaimana ?” Jodha menerima tawaran dari nyonya Maham Anga “Tapi pekerjaannya bisa saya kerjakan dirumah kan nyonya ?” nyonya Maham Anga mengangguk mantap “Kamu kesini hanya untuk mengambil berkas yang akan diterjemahkan lalu mengembalikannya keesokan harinya atau 2 hari berikutnya, aku ingin lihat seberapa banyak kamu bisa menterjemahkannya” kesepakatanpun dimulai, setiap hari sebelum kerumah Jalal, Jodha selalu mampir kerumah nyonya Maham Anga dan mengerjakannya dirumah Jalal sambil mengawasi tukang lalu mengembalikannya dua hari kemudian, begitu terus selama enam minggu selama tidak bertemu dengan Jalal.
Hingga akhirnya berita yang ditunggu tunggu ayahnya muncul ditelevisi menjadi berita utama, pak Bharmal langsung besorak girang ketika mendengar kabar bahwa “Asia Resource Minerals emiten saham di Bursa Saham London akhirnya diakuisisi oleh Grup Sinarmas dengan penawaran akuisisi seluruh saham Asia Resource seharga 1100 rupiah per saham, tawaran harga itu 175 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga penutupan saham Asia Resource Minerals kemarin” pak Bharmal langsung bertepuk tangan kegirangan dan menghampiri Jodha yang melihatnya dengan keheranan “Jodha, dia berhasil ! Dia berhasil Jodha !” pak Bharmal langsung mengajak Jodha berdansa mengitari ruangan, Jodha hanya mengikuti gerakan ayahnya yang kegirangan, sementara bu Meinawati dan Sukaniya hanya keheranan melihat tingkah pak Bharmal, melihat istrinya beridiri disana pak Bharmal segera melepaskan tangannya di Jodha dan memeluk istrinya erat “Ibu, kita berhasil ! tuan Jalal benar ! Aku memang tidak salah mempercayainya, dia memang cerdas bu !” pak Bharmal terus menerus berteriak kegirangan.
“Tenang, tenang ayah, kami disini bingung apa maksud ayah ?” bu Meinawati benar benar bingung “Iya ayah kami tidak mengerti, berhasil apa ?” Jodha juga ikut menimpali, setelah tenang dan bisa mengatur nafasnya dengan baik, pak Bharmal mulai membuka rahasia kecilnya bersama Jalal “Kalian tahu kan kalau ayah kemaren mengambil dana pensiun ayah yang bisa diambil, ayah menghabiskan seluruh dana pensiun ayah itu untuk membeli saham Asia Resource Minerals seperti saran tuan Jalal” Jodha menahas nafas “Dan baru saja ditelevisi dikabarkan bahwa perusahaan pertambangan itu diakuisisi oleh perusahaan lain dan nilai akuisisinya per saham 1100 rupiah sedangkan kemaren ayah membelinya 400 rupiah, itu artinya ayah mendapat keuntungan 700 rupiah per lembar saham !” ibu Meinawati menutup mulutnya tidak percaya “Lalu berapa dana pensiun ayah yang ayah keluarkan kemarin ?” pak Bharmal menatap Jodha dengan mata yang berbinar binar “30 juta sayang dan itu artinya kita akan mendapatkan 21 miliar !” Jodha dan Sukaniya terperangah tidak percaya sementara bu Meinawati langsung lemas dan pingsan mendengarnya. Rendezvous bag 21 by Sally Diandra.