Rendezvous bag 46 by Sally Diandra. “Aaaarrrggggghhhhhh !!!!” teriakan Jodha yang melengking tinggi dari kamarnya yang berada diatas membuat Jalal panik begitu dirinya sampai di rumah “Tuan ... tuan Jalal syukurlah tuan sudah datang, nyonya Jodha sedari tadi marah marah di kamar atas, tuan ... saya dan Tejwan tidak berani mendekat, kami nggak tahu kenapa tiba tiba nyonya Jodha seperti itu, tadi nyonya Jodha minta obat sakit kepala, katanya kepalanya pusing sekali, lalu tiba tiba perangainya jadi berubah, saya tidak pernah melihat nyonya Jodha seperti ini ... ” Shivani langsung nyerocos panjang lebar begitu Jalal memarkirkan mobilnya di depan pintu garasi dan mengekor dibelakang Jalal, Jalal hanya diam saja sambil terus mendengarkan cerita Shivani kemudian Jalal segera berlari ke arah atas menuju ke kamar, ketika dibukanya kamarnya itu, semua barang barang berserakan di atas lantai, dilihatnya Jodha sedang duduk sambil menelungkupkan wajahnya kedalam lutut, rambutnya yang panjang terlihat acak acakkan, Jodha seperti menahan sakit yang amat sangat, Jalal segera mendekat kearah Jodha “Jodhaa ...” Jodha segera mendongakkan kepalanya begitu didengarnya suara Jalal “Jalal ... Jalal ... tolong aku, Jalal” dilihatnya wajah Jodha yang sayu bagaikan sayuran yang kering dengan mata dan hidungnya yang berair “Gejala itu telah datang” bathin Jalal dalam hati
“Jalal, kenapa obat yang diberikan dokter Vinod tidak membuat aku sembuh ? Aku sudah meminumnya bahkan obat sakit kepala juga sudah aku minum tapi kenapa aku masih pusing ? Badanku demam tapi aku kedinginan Jalal, badanku sakit semua, tolong aku Jalal” ujar Jodha sambil merengek kesakitan sambil memeluk Jalal yang saat itu sudah duduk didekatnya, Jalal membalas pelukkan Jodha sambil membelai belai rambutnya seraya berkata “Kamu harus bisa menahan rasa sakit itu Jodha” Jodha langsung melepaskan pelukkannya dan memandang ke arah Jalal sambil membelalakkan matanya “Kamu ini aneh, kenapa aku harus menahannya ? Aku butuh obat, Jalal ! Aku butuh obat ! Aku tidak mampu menahannya !” suara Jodha mulai terdengar meninggi, Jalal hanya bisa memandangi istrinya dengan perasaan sedih “Cepat telfon dokter Vinod ! Aku yakin dia punya obatnya ! Cepat Jalal cepat ! Cepaaaaatttttt !!!” teriak Jodha sambil mendorong dorong bahu Jalal namun Jalal tetap diam saja tidak bergeming “Tidak ada obatnya, Jodha ... karena obatnya adalah kamu harus menahannya, kamu harus bisa melawan rasa sakit itu” ujar Jalal sambil membelai wajah Jodha yang kuyu, mata Jodha masih terbelalak tidak percaya “Kamu aneh ! Kamu tidak ingin aku sembuh ? Kamu ingin aku mati ?” Jalal langsung menutup mulut Jodha
“Jangan sentuh aku !” bentak Jodha sambil turun dari ranjang dengan matanya yang nyalang “Apakah kamu tidak tahu kalau aku sedang menderita ? Aku sakit tapi kenapa kamu menyuruh aku untuk menahannya ? Suami macam apa kamu ? Kamu ingin aku mati kan ? Karena aku membuat surat kontrak itu tanpa sepengetahuan kamu ! Kamu ingin balas dendam kan ke aku ? Aaarrrrggghhhh !!!” Jodha mulai emosi sambil memegang rambutnya dengan kedua tangannya sambil berjalan mondar mandir seperti orang kebingungan “Jodha, jangan salah paham ! Aku tidak bermaksud seperti itu” ujar Jalal sambil mendekat ke arah Jodha “Aaarrrhhhhhggg, aku pusing Jalal ! Aku cuma butuh obat ! Aku butuh obat ! Aku tidak tahan ! Kamu nggak ngerti kan bagaimana sakitnya, sakiiit bangeet, Jalal ! Cepat ! Aku mohon dengan sangat telfon dokter Vinod segera, tuan Jalalludin ! Sekarang ! Cepaaaaatttt” bentak Jodha sambil berjalan ke dinding kamar kemudian membenturkan kepalanya ke dinding tersebut, Jalal segera berlari begitu melihat Jodha menyakiti dirinya sendiri.
“Jodha ! Jangan lakukan itu !” Jalal segera menghentikan tindakan Jodha menyakiti dirinya sendiri “Lepaskan aku, Jalal ! Lepaskan ! Kamu memang suami yang nggak ngerti gimana istrinya sedang sakit ! Lepaskan !” Jodha berusaha meronta namun cengkraman lengan Jalal lebih kuat sehingga Jodha tidak bisa melepaskan dirinya “Aku tidak akan melepaskan kamu, Jodha” namun Jodha terus meronta ronta membuat Jalal agak kesulitan mencengkram Jodha hingga akhirnya mereka terduduk dilantai, Jalal mencoba merengkuh tubuh Jodha dalam pelukkannya, Jodha masih terus berteriak agar Jalal mau melepaskan cengkramannya “Lepaskan aku, Jalal ! Lepaskan aku ! Lepaskan ! Lepaskan ! Kamu suami tidak berguna !” Jalal malah semakin memeluk Jodha erat “Aku tidak akan melepaskan kamu, Jodha ! Dengarkan ! Dengarkan aku ! Dengarkan aku, Jodha !” Jodha yang sedari tadi meronta ronta akhirnya menghentikan gerakkannya ketika dilihatnya Jalal mengguncang tubuhnya dengan matanya yang melotot “Ada yang harus kamu dengarkan, Jodha ... aku harap kamu bisa mengerti, kenapa aku berbuat seperti ini” ujar Jalal setelah dirasakannya Jodha mulai terdiam sambil sesekali menyeka ingusnya
“Kamu harus tahu, Jo ... kenapa kamu jadi seperti ini, ini semua karena perbuatan laki laki yang menculikmu” mata Jodha terbelalak memperhatikan Jalal, dicarinya kesungguhan disana “Laki laki itu telah menyuntikkan heroin kedalam tubuhmu, Jodha ... menurut dokter Vinod, heroin termasuk salah satu jenis narkoba yang mempunyai efek ketergantungan sangat tinggi bila kamu tidak mengkonsumsinya dan saat ini kamu mulai mengalami gejala itu” ujar Jalal sambil membelai rambut Jodha “Aku tidak akan membiarkan kamu jadi kecanduan dengan barang haram itu, sayang” mata Jodha nyalang dan mulai menggigil kembali “Tapi aku nggak tahan, aku sakit, Jalal” ujar Jodha sambil mengusap ingusnya lagi kemudian merebahkan kepalanya di bahu Jalal “Kamu harus bisa menahannya karena kata dokter Vinod, nggak ada obat yang bisa menyembuhkannya, kamu harus bisa melawannya, kamu harus menang, kalahkan rasa sakitmu itu, karena hanya itu obatnya” ujar Jalal sambil membelai rambut Jodha, sementara Jodha mulai menggigil kedinginan
“Lebih baik kamu istirahat saja di tempat tidur, aku akan menemani kamu” ujar Jalal sambil mengajak Jodha untuk berdiri, Jodha menuruti suaminya, sambil menggigil kedinginan dengan matanya yang sayu dan rambut acak acakkan, Jodha kembali ke ranjang, Jalal mengantarnya kesana dan membaringkannya perlahan “Aku diiiingiiiin, Jalal ... tapi badanku demam” ujar Jodha sambil mengusap kembali ingusnya “Aku akan meminta Shivani untuk menyiapkan kompres untuk mengompres dahimu, kamu tunggu dulu ya ... sebentar lagi aku kembali” Jodha hanya bisa mengangguk sambil menggigil kedinginan dan tak lama kemudian Jalal sudah kembali dengan semangkuk air dan handuk kecil, Jalal segera mengkompreskan handuk itu ke dahi Jodha, Jodha terus menggigil kedinginan, Jalal merasa sedih melihat kondisi istrinya yang sayu, Jalal hanya bisa berharap semoga Jodha bisa melalui masa buruknya ini.
Malam harinya, ketik Jalal masih menemani Jodha di kamarnya sambil sesekali mengganti kompresan di dahinya, Jodha masih mengigil tapi kali ini Jodha sudah sedikit tenang meskipun kadang masih mengerang kesakitan “Jalal ... “ Jalal segera menoleh dilihatnya Rukayah sudah berdiri di depan pintu kamarnya dan tiba tiba Shivani menyeruak masuk ke kamar Jalal “Tuan, maaf ... nona Rukayah sudah saya peringati untuk tidak menganggu anda, tapi nona Rukayah tidak mau mendengarkan” ujar Shivani sambil melirik ke arah Rukayah “Sudah tidak apa apa, Shivani, kamu boleh pergi sekarang” ujar Jalal, Shivani hanya bisa membungkukkan badannya kemudian berbalik sambil melirik lagi ke Rukayah yang saat itu juga sedang melirik dan tersenyum sinis padanya, Shivani segera berlalu meninggalkan mereka. Sepeninggal Shivani, Rukayah segera mendekat ke tempat tidur Jalal dan Jodha, dilihatnya Jodha sedang terbaring lemah dengan matanya yang sayu dan menggigil kedinginan “Jodha kenapa, Jalal ? Sakit ?” ujar Rukayah dengan gayanya yang pura pura peduli pada Jodha
“Dia mengalami gejala seperti yang dikatakan oleh dokter Vinod”, “Maksudmu efek dari heroin itu ?” Jalal menganggukkan kepalanya “Aku turut prihatin, Jalal ... semoga saja Jodha segera sembuh” ujar Rukayah sambil memegang bahu dan bediri dibelakang Jalal “Terima kasih, Rukayah” Rukayah kemudian mendekat ke arah Jodha sambil memegang dahinya “Kompresnya sudah dingin, biar aku ganti, kamu lebih baik istirahat saja dulu, Jalal ... aku lihat kamu juga capek, mumpung Jodha sudah agak tenang, kamu bisa meninggalkannya sementara waktu, aku akan menemani Jodha disini” ujar Rukayah sambil berusaha meyakinkan Jalal, Jalal yang awalnya ragu ragu akhirnya menuruti permintaan Rukayah karena bagaimanapun juga sejak siang hingga malam tenaganya cukup terkuras demi menolong Jodha agar kembali tenang seperti sekarang “Baiklah, aku akan istirahat sebentar, kalau ada apa apa aku ada di kamar sebelah, kamu bisa memanggilku” ujar Jalal sambil berdiri, Rukayah hanya mengangguk, kemudian Jalal berlalu meninggalkan mereka.
Sepeninggal Jalal, Rukayah menatap sinis ke arah Jodha yang masih menggigil kedinginan “Untung saja, aku datang tepat pada waktunya, aku sudah memprediksi kalau hari ini Jodha pasti sedang sakaw” bathin Rukayah sambil menatap sinis ke Jodha “Selamat datang ke dunia nirwana, Jodha ... aku datang untuk memberikan kamu sebuah oase yang kamu inginkan” bathin Rukayah sambil tersenyum sinis “Jodha ... Jodha ...” perlahan Rukayah membangunkan Jodha, Jodha segera membuka matanya “Rukayah ? Kamu disini ? Mana Jalal ?” ujar Jodha dengan perasaan gelisah “Tenang ... tenang, Jodha ... Jalal baik baik saja, dia sedang istirahat sekarang di kamar sebelah, gantian aku yang jagain kamu, kamu sakit ya ?” Jodha hanya bisa mengangguk lemah sambil memperhatikan Rukayah “Oh iya, kebetulan aku punya obat, siapa tau obat ini bisa menyembuhkan sakitmu, diminum ya ?” ujar Rukayah sambil menunjukkan sebuah pil ke Jodha, yang sebetulnya itu adalah pil heroin yang dibelinya dari bandar narkoba langganan Syarifudin.
Jodha memperhatikan pil tersebut dengan tatapan nanar “Pil apa itu ? Aku sudah mencoba obat yang diberikan dokter Vinod, tapi tidak ada yang mempan, pusingku masih saja ada” ujar Jodha dengan perasaan cemas dan sayu “Hmm ... oh begitu ya, ya nggak ada salahnya kan di coba, siapa tahu kamu bisa sembuh dengan obatku ini, apakah kamu tidak ingin sembuh ?” Rukayah berusaha membujuk Jodha untuk meminum pil tersebut “Iyaaa, aku memang ingin sembuh, Rukayah ... rasanya tidak enak sekali sakit seperti ini, semua badanku rasanya ngilu, panas dingin dan pusing” ujar Jodha sambil memegang dahinya sendiri, Rukayah menyeringai senang “Oleh karena itu, nggak ada salahnya kan kamu mencoba obatku ini, obat ini aku dapat dari dokter pribadiku, obat ini aman kok, yang jelas bisa meredakan sakit, coba minum” Rukayah kembali menyorongkan obat yang dibawanya itu ke Jodha, Jodha mengambilnya “Aku ambilkan air putihnya ya” ujar Rukayah sambil mengambil segelas air yang sudah tersedia di meja kecil dekat ranjang Jodha lalu menyerahkan gelas itu ke Jodha
“Bagaimana ? Ayo minum ? Biar kamu sehat kembali, ini demi kesehatanmu” sesaat Jodha terdiam sambil memandangi obat itu lalu Jodha terduduk di ranjangnya dan mengambil gelas yang ada ditangan Rukayah “Ayoo minumlah, demi kesehatanmu” Jodha menatap Rukayah sekilas lalu mulai menenggak pil itu dengan air didalam gelas “Baguuuss ...” Rukayah tersenyum “Aku punya beberapa pil penghilang rasa sakit, aku taruh disini ya” Rukayah segera menaruh beberapa pil yang terdapat dalam plastik kecil itu didalam laci meja kecil Jodha “Kalau kamu membutuhkannya, kamu bisa mengambilnya sewaktu waktu, kalau kamu kehabisan, kamu bisa meminta padaku, aku pasti akan memberikannya dengan senang hati” ujar Rukayah sambil menyeringai senang “Sekarang lebih baik kamu tidur, agar besok pagi kamu lebih segar” ujar Rukayah sambil membantu Jodha untuk tertidur kembali, Jodha pun menurut “Oh iya, ada baiknya kalau kamu tidak usah menceritakan tentang obat itu pada Jalal, biarkan ini jadi rahasia kecil kita berdua” Jodha yang saat itu sudah hampir tertidur, perlahan membuka matanya dan menatap Rukayah dengan penuh selidik “Kenapa tidak boleh menceritakannya ke Jalal ?” ujar Jodha
“Karena kamu akan memberikan kejutan yang sangat indah buatnya esok pagi” bisik Rukayah “Maksudmu ?” Jodha masih penasaran “Besok, kamu akan tahu, apa maksud ucapanku ini, sekarang tidurlah” ujar Rukayah, Rukayah sangat yakin bahwa efek heroin yang diminum Jodha tadi akan membuat Jodha merasa sehat, bugar dan euforia yang berlebihan, satu hal yang mungkin tidak Jodha sadari.
Keesokan harinya, Jodha bangun pagi pagi sekali, tiba tiba Jodha merasa tubuhnya sangat ringan, fresh dan pusing kepala yang tidak dirasakan lagi “Aku tidak pusing, badanku tidak demam, badanku sehat, aku sudah sembuh, aku sudah sembuh !” Jodha bersorak kegirangan merasakan tubuhnya terasa enakkan, Jodha melirik ke sebelah tempat tidurnya, kosong “Kemana Jalal ?” Jodha segera membuka selimutnya dan turun dari atas ranjangnya, Jodha berusaha mencari Jalal, dilihatnya kamar sebelah pintunya terbuka sedikit, Jodha yakin kalau Jalal pasti tidur disana.
Perlahan Jodha membuka pintu kamar tersebut, dilihatnya Jalal masih tertidur pulas, Jodha segera menutup pintu tersebut kemudian berjalan berjingkat menuju ke ranjang dan menyeruak masuk ke dalam selimut Jalal, Jodha ingin memberikan kejutan untuk Jalal pagi ini “Benar yang dikatakan Rukayah, aku ingin memberikan kejutan untuk, Jalal ... aku ingin melihat wajahnya yang kaget ketika melihat aku pagi ini” bathin Jodha dalam hati.
Didalam selimut Jodha mulai mengeksplor kaki Jalal seperti yang sering dilakukan Jalal padanya dengan gaya bercinta ala manusia gua, Jalal yang saat itu masih tertidur merasa geli pada kakinya, rasanya ada sesuatu yang menggelitik kakinya, Jalal merasa mendapatkan sensasi yang indah, Jalal tertawa sambil menyeringai senang dan perlahan dibukanya matanya, dilihatnya didepannya ada seseorang yang berada di dalam selimut yang sedang menjilati kakinya, Jalal tertegun dan kaget “Hei ! Siapa itu ?” Jalal berteriak kencang
Orang dibalik selimut itu tiba tiba bergerak ke atas, membuat Jalal semakin panik “Heiiiii ! Keluar ! Siapa kamu ?” teriak Jalal lantang dan tiba tiba orang itu muncul tepat di depan Jalal, Jalal bisa melihat rambutnya menyembul di balik selimut dan kemudian ketika orang itu mendongak kearah Jalal, Jalal kaget ketika dilihatnya ternyata Jodha yang ada dibalik selimut tersebut “Selamat pagi tuan Jalal” Jodha tersenyum senang memperlihatkan barisan giginya yang putih “Jo - dha ? Kamu ?” Jalal terlihat kaget begitu melihat Jodha “Kok ngeliatnya begitu sih ? Kok kayak ngeliat hantu ? Boo !” Jodha semakin menyeringai lebar dan senang melihat wajah kaget suaminya, perlahan Jodha segera mendekati Jalal dan wajahnya persis berada tepat di atas wajah Jalal yang mulai tersenyum melihat kenakalan Jodha.
Kedua bola mata mereka saling berpandang pandangan penuh cinta, Jodha membelai wajah Jalal dengan lembut kemudian mencium kening Jalal, kedua kelopak mata Jalal yang terpejam, kedua pipi Jalal, Jalal sangat menikmati setiap sentuhan Jodha, Jodha melakukan persis seperti yang sering Jalal lakukan padanya, Jodha mulai mengeksplor telinga, leher dan bahu Jalal, membuat Jalal tersenyum kegirangan, pagi ini Jodha benar benar liar, nafsunya menggebu dan memburu, Jalal bisa merasakan sentuhan Jodha penuh dengan gairah, Jalal sangat suka Jodha berbuat seperti itu, libidonya mulai meningkat sehingga tak terelakkan pagi itu mereka berdua menikmati kebersamaan mereka satu sama lain hingga menyatu menuju nirwana yang indah... Rendezvous bag 47 by Sally Diandra.