Dejavu episode 20 by Sally Diandra

Dejavu episode  20 by Sally Diandra

Empat tahun kemudian ,,,,
Setelah selama 2 tahun menjadi co-as di sebuah rumah sakit umum di Jakarta, Jodha kemudian mengambil PTT di pedalaman Kalimantan selama 2 tahun, begitu memasuki tahun 3 Jodha mengajukan pindah ke daerah pinggiran Jakarta atas permintaan ayahnya karena kedua adiknya Sukaniya dan Shivani melanjutkan kuliahnya di ibukota. Ayah Jodha sengaja membeli sebuah rumah untuk mereka tinggali bertiga plus seorang pembantu yang bisa membantu semua keperluan mereka di rumah tersebut. Saat itu Sukaniya sudah berada di tahun terakhir kuliahnya di fakultas ekonomi, Sukaniya termasuk mahasiswa yang cukup serius untuk urusan belajar, sementara adik bungsu Jodha, Shivani baru masuk kuliah semester kedua di fakultas hubungan internasional, Shivani termasuk anak yang periang dan manja, ayah Jodha meminta agar Jodha bertanggung jawab penuh pada Shivani, terutama soal pergaulannya dengan laki laki ,,,,
Malam itu, Shivani sedang berjalan mondar mandir kesana kemari, Shivani sudah siap dengan gaun pestanya, malam ini Shivani akan menghadiri pesta ulang tahun teman kampusnya yang bernama Zhannas dan sebentar lagi teman temannya datang untuk menjemputnya, sementara Jodha, kakaknya belum pulang dari tugasnya di rumah sakit


 “Non Shivani, itu teman teman Non sudah datang didepan” Shivani semakin cemas begitu Shamshad mengabarkan kalau teman temannya sudah datang menjemputnya “Lalu kak Jodha ? Apa sudah datang ?” Shamshad langsung menggelengkan kepala “Aduuuuh ,,, kak Jodha kenapa pulangnya lama sekali sih ?” Shivani segera menuju ke teras depan menyambut ketiga teman temannya yaitu Maan Bai, Anarkali dan Reesham

 “Ayooo Shivani ,,, kita sudah hampir telat nih, ayooo kita berangkat !” Maan Bai segera berdiri begitu Shivani menghampiri mereka “Iyaaa, tunggu sebentar yaa, kita tunggu kakakku dulu, aku bisa kena damprat kalau nggak ijin sama dia”, “Emangnya your sister kemindang siiih ?” ujar Reesham, salah satu teman Shivani yang agak setengah mateng, belum juga Shivani menjawab pertanyaan Reesham, tak lama kemudian mobil CRV putih Jodha mulai memasuki rumah mereka

 “Nah, itu kakakku datang !” ketiga teman Shivani langsung berdiri untuk menyambut Jodha yang saat itu sudah mulai turun dari mobilnya “Selamat malam, kak Jodha” ketiga sahabat Shivani kompak menyambut Jodha dengan senyum mereka yang mengembang “Selamat malam, waaah sudah cantik cantik seperti ini, mau kemana ?”, “Kak Jodha, aku mau pamit mau ke pesta ulang tahun teman, pestanya Zhanas, temanku juga” dahi Jodha langsung mengernyit sambil menatap adiknya dari atas sampai bawah “Shivani, kenapa kamu baru bilang sekarang ?” ujar Jodha sambil memasuki rumahnya, Shivani nampak terkejut dengan perubahan sikap Jodha

 “Kak Jodha, please kaaak ,,,, aku memang lupa bilang ke kakak kalau aku dapet undangan pesta, Zhanas sudah kasih undangan itu seminggu yang lalu, kak tapi aku lupa” Jodha diam saja tidak bergeming dengan ucapan adik bungsunya ini “Shamshad, aku minta tolong masakin air panas ya, aku mau mandi pake air panas” Shamshad langsung menganggukkan kepalanya dan segera berlalu ke dapur, sementara Jodha terus menuju kamarnya di lantai atas

“Kak Jodha, aku mohon, kak ,,, boleh ya, kak ? Teman temanku sudah datang menjemput dan lagi ini kan hari jumat, besok libur, kak ,,, pleeeaseee ya kak” Shivani terus mengiba meminta ijin pada Jodha sambil mengekor di belakang Jodha menuju ke kamar Jodha “Jangan boleh, kak ,,, dia itu selalu saja pake alasan pesta ulang tahun” tiba tiba Sukaniya keluar dari kamarnya dan ikut gabung ke kamar Jodha “Kak Sukaniya ! Ini bener pesta ulang tahun ! Kak Jodha jangan percaya sama dia, kak Sukaniya emang suka gitu, boleh ya kak ? Pleaseeee kak” Shivani terus mengiba ke Jodha yang saat itu sedang duduk didepan meja riasnya sambil mengikat rambutnya yang panjang ke atas dan mulai membersihkan muka

 “Memangnya ulang tahunnya dimana ?” Jodha mulai buka suara kembali ketika dilihatnya adiknya mulai hopeless “Ultahnya di hotel Sahid, kak ,,, diballroomnya”, “Trus bubar jam berapa ? Ati ati lho kak Jodha, dulu dia pernah bilang pulang 11 malem ternyata sampai rumah jam 2 pagi” Sukaniya ikut menimpali pembicaraan mereka “Kak Sukaniya gimana sih ? Waktu itu kan karena ban mobilnya Maan Bai kempes, jadi kita malem malem ganti ban dulu, makanya sampai jam 2 pagi” Shivani semakin kesal ketika Sukaniya terus mengintervensi Jodha “Alaaaa kamu alasan saja ! Bilang saja kalau ,,,”, “Aku nggak bohong kak Sukaniya !” suara Shivani terdengar meninggi  

 “Sudah sudah ,,,, hentikan, kalian berdua ini selalu saja bertengkar, baiklah ,,, Shivani, kali ini jangan pulang pagi atau mungkin lebih baik nanti kakak jemput kamu disana, bagaimana ?” Shivani langsung menganggukkan kepalanya sambil menyeringai senang “Begitu lebih baik, kalau begitu aku pergi dulu ya, kak” Jodha mengangguk namun sedetik kemudian “Tunggu !” Shivani berbalik kembali menghadap kakak s ulungnya ini “Ganti lipstickmu ! Warna ini terlalu tua untuk gadis seusia kamu” Jodha segera menghapus lipstick Shivani yang berwarna merah merona “Iyaa ! Betul itu jangan kayak tante tante !” Shivani memonyongkan bibirnya mengejek Sukaniya, Sukaniya balas mengejek Shivani, sementara  Jodha mulai mengoleskan lipsticknya sendiri yang berwarna lebih soft ke bibir adik bungsunya ini, mau tak mau Shivani menuruti anjuran kakaknya

 “Nah begini lebih baik, lebih terlihat cerah, iya kan Sukaniya ?” Sukaniya menganggukkan kepalanya sambil mengacungkan dua jempol “Nah, kalau gini baru adikku tercinta, Shivani” Sukaniya kembali mengejek Shivani yang mulai bete sama ocehan kakaknya “Sekarang pergilah dan jangan matikan ponsel !” Shivani mengangguk lalu mencium kedua pipi Jodha “Aku pergi dulu, kak ! Dah kak Sukaniya !” ujar Shivani langsung ngeloyor pergi “Eh monyet ! Cium pipiku dong !” teriak Sukaniya ketika Shivani langsung keluar kamar Jodha “Gak sudi !” Shivani bergegas turun ke lantai bawah dan segera menuju ke teras depan, tak lama kemudian mereka berempat melesat menuju ke Hotel Sahid dimana ulang tahun Zhanas berlangsung.

 Di ballroom hotel Sahid, Shivani dan teman temannya sangat menikmati acara ulang tahun Zhanas, suasana pesta yang begitu meriah penuh dengan balon dan bunga bunga dimana mana membuat pesta semakin meriah, setelah selesai menikmati dance di lantai dansa, Shivani segera menuju ke meja prasmanan dan mengambil segelas minuman cocktail, ketika sedang menikmati minuman sambil melihat lihat ke sekeliling ruangan, tiba tiba ke dua bola mata Shivani mengajaknya untuk melihat sesosok pria tampan diujung ruangan yang sedang ngobrol santai dengan temannya yang masih kelihatan lebih muda darinya, dari gayanya berinteraksi dengan tatanan rambutnya yang gondrong sebahu dengan kumis yang berjejer rapi diatas bibirnya, menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang ada pada dirinya, Shivani langsung tertarik ingin tahu lebih jauh tentang pria tersebut “Busyeet ! Itu cowok cakep banget ! Udah cakep, gondrong lagi rambutnya, dewasa, iiih cowokku banget !” bathin Shivani dalam hati, tepat pada saat itu Zhannas si tuan rumah juga mendekati meja prasmanan untuk mengambil minuman.

 “Zhannas !” Shivani langsung memanggil Zhannas yang saat itu sedang mengambil beberapa kudapan ringan “Hei ,,, Shivani, ada apa ? Kok nggak ikut nimbrung sama temen temen yang lain pada ngedance ? Turun yuuuk” Shivani menggelengkan kepalanya “Aku tadi udah ngedance kok bareng mereka, aku mau istirahat dulu, eh tapi ...” sesaat Shivani merasa bimbang untuk menanyakan tentang salah satu tamu undangan Zhannas yang menyita perhatiannya itu “Zhannas, aku boleh nanya ?” Shivani nampak malu malu dan canggung di depan Zhannas “Mau nanya apa ?”, “Kamu ,,, kamu kenal nggak sama laki laki yang duduk diujung sana ?” Zhannas langsung menoleh ke arah yang dituju oleh Shivani dengan dagunya

 “Yang mana ?” Zhannas malah bingung karena di ujung sana ada beberapa tamu undangan juga keluarga yang sedang menikmati pesta sambil duduk duduk santai “Itu yang dua cowok, yang satunya yang rambutnya gondrong sebahu, satunya lagi biasa, arah jam 2, gimana udah lihat” Zhannas akhirnya tahu yang di tuju oleh Shivani “Oooh yang itu ... Itu kakak sepupuku, mereka dokter muda semua lhooo” kedua bola mata Shivani langsung berbinar terang “Oh ya ?” Zhannas mengangguk “Kamu mau kenalan sama mereka ?” sesaat Shivani bimbang dan malu “Udah, ayoook aku kenalin kamu sama mereka” Zhannas langsung menggeret tangan Shivani menyebrangi ballroom menuju ke tempat yang dimaksud oleh Shivani

 “Selamat malam, kak !” kedua pria yang dimaksud Shivani segera menghentikan pembicaraan mereka dan mendongak ke arah Zhannas dan Shivani, Shivani semakin canggung dibuatnya ketika mata elang laki laki itu menembus menatap dirinya, jantung Shivani serasa meleleh melihat tatapannya “Heiii ,,, Zhannas, ada apa ?”, “Ada yang mau kenalan sama kalian berdua !” Shivani langsung mencubit perut Zhannas “Aduuuuh ,,, !” kedua pria tampan didepan mereka tertawa geli sambil berdiri, sementara Shivani jadi semakin salah tingkah “Nah, Shivani ,,, kenalkan mereka berdua ini kakak sepupuku yang paling ganteng ganteng, ini kak Jalal dan ini kak Mirza” kedua laki laki itu hanya tersenyum sambil memperhatikan Shivani yang canggung di depan mereka

 “Kenalkan aku Jalal” si pria gondrong mulai menyebutkan namanya sambil mengulurkan tangannya ke arah Shivani, Shivani menyambutnya dengan malu malu sambil menyebut namanya sendiri dengan tangan yang gemetar “Kalau aku Mirza” Shivani juga menyambut uluran tengan pria satunya “Nah, kamu sudah kenalkan, kalau gitu aku tinggal dulu yaaa, aku mau nyapa tamu tamu yang lain ,,,, kak, titip temenku ini yaa !” Zhannas langsung ngeloyor pergi begitu saja membuat perasaan Shivani jadi semakin nggak karu karuan tidak menentu di depan Jalal dan Mirza “Ayooo duduk disini, Shivani” Jalal segera memberikan salah satu kursi diantara mereka berdua “Terima kasih ,,,” Shivani jadi canggung dan merasa tolol di depan dua laki laki di sebelahnya ini

 “Kamu satu kampus dengan Zhannas ?” Jalal mencoba memecah kebisuan diantara mereka “Iya kami satu kampus, satu fak dan satu kelas” Jalal dan Mirza menganggukkan kepalanya “Kamu kesini sendiri atauuu ....” Shivani langsung memotong ucapan Mirza “Sama temen ! Iyaaa sama temen, mereka lagi ngedance”, “Kok nggak ikutan ngedance ?” pertanyaan Jalal selalu membuat jantung Shivani berdebar debar “Tadi sudah, tapi capek trus istirahat sebentar trus dikenalin ama Zhannas tadi” Shivani mengutuk dirinya sendiri kenapa bisa bergitu tolol dan culun di depan dua pria tampan ini “Aduuuuh gimana yaaa ??? Mereka berdua ilfil nggak yaaa sama aku, aku kok jadi bego banget kayak gini ! Ayooo Shivani jangan jadi kambing congek !” rutuk Shivani dalam hati      

 “Kata Zhannas, kalian berdua dokter ya ?” Jalal dan Mirza saling berpandang pandangan “Yang sudah dokter itu kakakku, kak Jalal ,,, kalau aku baru calon dokter, aku baru co-as” Shivani hanya mengangguk angguk mendengar penjelasan Mirza “Kakakku juga dokter !” ujar Shivani lantang dengan tujuan supaya ada bahan pembicaraan yang sesuai dengan posisi mereka berdua “Oh ya ? Siapa namanya ?” kali ini Mirza yang lebih intens bertanya ke Shivani sementara Jalal hanya diam memperhatikan mereka berdua dan sesekali menyapu pandangannya ke seluruh ruangan “Nama kakakku dokter Jodha !” sejenak Jalal dan Mirza saling berpandang pandangan tidak percaya begitu mendengar nama Jodha di sebut kembali setelah sekian lama menghilang

 “Pantas saja rasanya aku familiar dengan wajahnya, wajahnya sepintas memang mirip sekali dengan Jodha, rupanya dia adik Jodha yang bungsu” bathin Jalal dalam hati “Siapa nama adik adik kamu ini ?”, “Yang ini Sukaniya, kalau yang ini Shivani” Jalal teringat ketika dulu Jodha mengenalkan kedua adiknya melalui foto dan video yang diambil oleh temannya di Balikpapan “Empat tahun sudah berlalu, apa kabarmu Jodha ?” bathin Jalal sambil memperhatikan Shivani yang senyam senyum terus sedari tadi 

 “Kakakmu tugas dimana sekarang ?” Mirza tahu kalau sebenarnya Jalal ingin menanyakan hal ini ke Shivani “Kakakku tugas disini saja, katanya sih di puskesmas pinggiran kota”, “Sudah lama ?” Shivani merasa heran ketika Mirza bertanya terus tentang Jodha “Yaaa baru enam bulan ini, kenapa kak Mirza tanya terus tentang kakakku ? Kak Mirza kenal ?” Mirza hanya tersenyum seraya berkata “Hmm ,,, nggak juga, aku cuma pengin tahu saja, bolehkan ?” Shivani tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, tak lama kemudian mereka bertiga terlibat pembicaraan yang cukup menyenangkan, bahkan teman teman Shivani juga ikut nimbrung ngobrol dengan Jalal dan Mirza, hingga tak terasa saat itu sudah jam 12 malam, tiba tiba ponsel Shivani

 “Waduh ! Matek ! Ini sudah jam 12 ya ?” ujar Shivani panik “Memang kenapa kalau jam 12, Shivani ?” Mirza ikut penasaran dengan kepanikan Shivani, rupanya diam diam Mirza mulai suka dengan Shivani, gadis yang lucu, periang dan selalu bisa membuatnya tertawa “Aku harus pulang jam 12 ! Aku tadi sudah janji sama kakakku untuk pulang jam 12, aduh ! Bisa kena amukan nih !”, “Sudah kamu angkat dulu telfonnya” sela Maan Bai dan teman teman Shivani yang lain

 “Shivani, ini sudah jam berapa ? Jam 12 kan ! Kenapa kamu nggak keluar juga ? Kakak sudah nunggu di lobby, turun sekarang ya !” suara Jodha mulai merepet di ujung sana “Iyaa, iya kak ,,, aku turun” Shivani segera menutup telfonnya “Guys ! Aku pulang dulu ya, kakakku udah jemput aku”, “Kakakmu kesini ?” kedua bola mata Mirza bersinar terang sambil melirik ke arah Jalal, namun Jalal segera menggelengkan kepalanya seperti tahu apa yang sedang dipikirkan adiknya ini “Iya, kak Jodha sudah ada di lobby, di bawah, nunggu aku, aku pulang dulu ya”, “Kita juga pulang, yuuuk !” ujar ketiga teman Shivani, akhirnya Shivani dan ketiga temannya pulang terlebih dulu meninggalkan pesta

 Sesampainya di lobby, Jodha dan Sukaniya sedang menunggu di salah satu sofa yang terdapat di ujung ruangan, Jalal dan Mirza segera mengikuti Shivani dan teman temannya turun ke lobby melewati tangga yang menghubungkan ballroom dengan lobby, sementara Shivani dan teman temannya menggunakan lift, Jalal dan Mirza sudah sampai terlebih dulu di lobby bawah, dari tempatnya berdiri Jalal bisa langsung melihat sosok yang sangat dirindukannya selama bertahun tahun ini, saat itu Jodha yang mengenakan celana jeans dan kaos kasual dengan balutan syal di lehernya plus rambutnya yang dikucir kuda juga sepatu sneaker yang membalut kakinya terlihat nampak lebih dewasa, matang dan cerdas “Kamu adalah penghancur nirwanaku, Jodha ,,, kamu harus membayarnya untuk itu !” bathin Jalal dalam hati sambil terus memperhatikan Jodha dari kejauhan “Kak, kenapa kita nggak kesana saja, kamu menunggu saat saat seperti ini kan ?” Mirza merasa heran melihat sikap Jalal “Jangan sekarang, Mirza ,,, waktunya belum tepat, kita tidak perlu terburu buru, ada saatnya nanti, tenang saja” ujar Jalal sambil menyusun sebuah rencana dalam benaknya.          

NEXT