Bila Saatnya Tiba bag 16 by Sally Diandra. Jodha masih terus asyik menari ketika Bhaksi datang menghampirinya “Jodha ! “ Jodha segera menghentikan tariannya lalu dimatikan mini componya, nafasnya terengah engah dan memburu, peluh semakin deras mengalir disekujur tubuh dan wajahnya, dilihatnya Bhaksi ada didepannya saat ini “Aku suka gaya menarimu” ujar Bhaksi sambil memberikan sebotol air putih “Terima kasih” Jodha langsung menyambar botol air putih dari Bhaksi dan meminumnya hingga habis lalu disekanya keringat yang membasahi wajahnya dengan handuk kecilnya yang teronggok dikursi malas depan kolam renang “Kamu menari dari usia berapa, Jodha ?” , “Sejak usia 5 tahun, aku sudah suka menari, tarian adalah kehidupanku … Bhaksi …” sesaat ucapan Jodha tertahan ketika dilihatnya disebrang sana didalam rumah diruang makan, Jalal masih terus memperhatikannya dari jauh, sementara bu Hamida duduk disebelahnya sambil membaca koran, Jodha baru menyadari kalo music yang diputarnya tadi pasti sangat mengganggu bu Hamida “Bhaksi … apa tadi volume musikku terlalu kencang ?” Jodha sedikit gelisah menunggu jawaban Bhaksi, Bhaksi langsung tertawa keras, Bhaksi memang adik yang menyenangkan, dia selalu kelihatan riang dimanapun dia berada, walaupun sedikit manja dan kolokan tapi kadang ada masanya dimana Bhaksi terlihat serius “Kamu tau Jodha, volume musikmu bukan hanya kencang tapi kencaaaaang sekali, tadinya aku kesal dengan volume musikmu tapi begitu aku melihat gerakan tarianmu, aku jadi suka, aku sangat terhibur dengan tarianmu, apalagi anak dalam perutku ini juga ikut menari, dia menendang nendang terus ketika kamu menari” senyum Jodha semakin mengembang , “Kalau ibu …” , “Tenang ibu orangnya fleksible, beliau selalu bisa memahami apa yang kita anak anaknya lakukan” , “Beliau tidak marah dengan suara musikku yang bising tadi ?” Bhaksi langsung menggelengkan kepala sambil tersenyum “Kamu bertengkar dengan Jalal ?” sesaat ucapan Bhaksi membuat Jodha terhenyak, “Darimana Bhaksi tau ? apa Jalal cerita soal peristiwa semalam ?” , “Mengapa kamu bertanya seperti itu ?” Jodha malah balik bertanya “Aku hanya menebak saja, apalagi dengan musikmu yang begitu memekakkan telinga, aku rasa itu bukan kamu, apa dugaanku benar ?” Jodha hanya tersenyum melihat Bhaksi, “Ahaa … aku punya solusi buat kamu untuk melupakan masalah ini sementara waktu” , “Apa itu ?” , “Shopping time ! gimana ? kebetulan aku pengin window shopping gitu, liat liat pernak pernik bayi, lagian juga bĂȘte dirumah terus, gimana ?” sesaat Jodha menghela nafas, “Oke, aku hanya mengantarmu saja …” , “Oh, No ! my sister ! kamu ini istrinya Tuan Jalalludin Muhammad Akbar, kamu nggak sadar ? kamu itu memiliki segalanya karena suamimu itu seorang pengusaha kaya jadi buat apa seorang istri pengusaha kaya jalan jalan di mall hanya untuk melihat lihat saja ? kamu juga harus shopping, iyaa shopping …” Bhaksi berusaha meyakinkan Jodha, “Tapi … walaupun aku istri seorang pengusaha kaya, aku nggak punya uang lebih untuk belanja, Bhaksi”, Bhaksi langsung mengernyitkan dahinya “Apa kakakku tidak memberikan uangnya padamu ?” , “Yaa … dia memang memberikannya tapi aku tidak membutuhkan semua, jadi dia simpan … ahaaa … aku ingat Bhaksi !” Jodha langsung tersenyum riang “Apa itu Jodha ?” , “Jalal pernah memberi aku sebuah ATM, kartu kredit, buku tabungan, semuanya belum pernah aku sentuh sama sekali, Bhaksi … karena aku merasa belum memerlukannya” , “Dan sekarang bisa kamu gunakan, Jodha” Bhaksi tersenyum riang “Kalau begitu kita harus siap siap, Bhaksi” , “Oke ! this is the shopping time !” ujar Bhaksi sambil memeluk Jodha “Tapi aku mohon jangan sampai Jalal tau tentang hal ini, oke ! kita berangkat setelah dia berangkat ke kantor” , “I will keep my promise” bergegas Jodha dan Bhaksi masuk kedalam rumah dan menuju kamar mereka masing masing. Beberapa jam kemudian setelah selesai mandi dan berdandan, Jodha segera menuju ke kamar Jalal, dilihatnya kamar Jalal sudah kosong lalu dibukanya laci disamping tempat tidur Jalal dan diambilnya ATM dan kartu kredit yang pernah Jalal berikan padanya, Jodha menyeringai senang “Welcome to shopping time Mr, Jallad !” Jodha segera meninggalkan kamar Jalal dan langsung menuju ke ruang makan dibawah, setelah berpamitan dengan ibu Hamida, Jodha dan Bhaksi langsung meluncur menggunakan mobil Bhaksi bersama salah seorang sopir mereka, ditengah perjalanan Jodha meminjam ponsel Bhaksi lalu langsung ditelfonnya ponsel adiknya Sukaniya “Ini saatnya belanja dan memberikan pelajaran ke Jallad !” Jodha menyuruh kedua adiknya Sukaniya dan Shivani untuk bertemu di mall yang akan Jodha datangi nanti bersama dengan Bhaksi, sepanjang perjalanan Jodha tersenyum senang. Sesampainya di mall yang dituju, Jodha dan Bhaksi segera masuk kedalam mall dan mulai hunting beberapa perlengkapan wanita yang mereka inginkan mulai baju, sepatu, tas, accessories dan tak lama kemudian kedua adik Jodha, Sukaniya dan Shivani juga datang kesana dan mereka menghabiskan satu hari itu penuh dengan canda, tawa dan menghabiskan kartu kredit yang diberikan Jalal. Jodha benar benar merasa sangat bahagia sekali hari ini karena hari ini dia bisa membagi kebahagiaan untuk keluarganya terutama untuk kedua adiknya. Ibu dan Moti sahabatnya, Jodha sengaja membelikan barang barang berkelas untuk Ibu dan Moti “Kapan lagi kalau tidak sekarang, saat ini adalah saat yang tepat untuk memberikan hadiah yang paling berharga untuk mereka dengan menghabiskan uang Jallad” Jodha tersenyum senang.
Keesokan harinya ketika Jalal sedang bersiap berangkat ke kantor “Boleh aku bicara sebentar ?” pinta Jodha ketika melongok dari balik pintu kamar Jalal “Masuklah … “ , “Ada yang ingin aku bicarakan” kata Jodha sambil memperhatikan Jalal yang sedang merapikan dasinya yang belum rapi, Jodha langsung mendekati Jalal dan diambil alihnya dasi yang belum rapi itu, Jalal cuma diam dan pasrah melihat istrinya yang mulai perhatian padanya, dengan sigap sambil sesekali melirik kearah Jalal, Jodha mulai merapikan dasi Jalal sementara Jalal terus memandang kearah Jodha “Nah, sudah selesai” ujar Jodha sambil memandang kearah Jalal, “Terima kasih istriku … oh iya tadi kamu mau bilang apa ? apa yang ingin kamu bicarakan ?” , “Aku pikir … sudah saatnya aku beli motor baru tapi aku tidak akan menjual motor lamaku karena aku memiliki banyak kenangan dimotor itu, sementara motor itu sekarang ini mulai sering mogok” Jodha menunjukkan muka memelas ke Jalal “Kita modif saja …” , “Maksudmu ?” tanya Jodha penasaran, “Kamu masih menyukainya kan ? tapi akhir akhir ini sering mogok kalau begitu bagaimana kalau kita modif motormu itu dengan mesin yang baru, sparepart yang baru, jadi kita sulap motormu, gimana ?” Jalal mencoba membujuk Jodha, “Iyaa siih tapi teman teman kampusku banyak yang mengejek aku karena aku ini ketinggalan jaman, jadi aku pikir ada baiknya kalau aku beli motor baru” , “Oooh ….” Jalal mulai mengernyitkan dahi sambil mencoba berfikir “Lalu kapan kamu akan menggunakan mobil barumu itu ? aku yakin teman temanmu pasti akan tercengang begitu melihat mobil Beetle mu itu” , “ Aku belum bisa bawa mobil, aku takut … kalau kamu nggak mau beliin aku motor baru, ya sudah lah … biar aku pake motor tuaku itu” ujar Jodha mulai merajuk sambil berlalu hendak meninggalkan Jalal namun Jalal langsung menyambar lengannya “Oke … oke, nanti aku belikan kamu motor baru, aku janji” Jalal mencoba membujuk Jodha “Janji ?” Jalal langsung menganggukkan kepalanya mantap “Oh iyaa, terima kasih suamiku …” ujar Jodha senang “Oh iya, ada satu lagi” , “Apa ?” Jalal semakin penasaran, “Aku rasa walaupun kamu sudah memberikannya padaku, tapi aku tetap harus memberitahu kamu, ini … kemarin aku shopping bareng Bhaksi pake kartu kredit dan ini perinciannya” Jodha langsung memberikan nota nota belanja itu ke Jalal dan segera berlalu dari hadapannya, sesaat Jodha tersenyum geli membayangkan bagaimana reaksi Jalal nanti setelah melihat total jumlah belanjanya kemarin dan tak lama kemudian dari dalam kamar Jalal, “Jodhaaaa !!!!!” Jodha tersenyum senang ketika mendengar Jalal berteriak dari dalam kamarnya dan tak lama kemudian Jalal menyeruak masuk begitu saja ke kamar Jodha “Jodha ! apa apaan ini …” bentak Jalal, “Lho ? apa aku salah ? kartu kredit itu punyaku kan ? jadi aku bebas menggunakannya untuk membeli barang barang yang aku perlukan, iya kan ?” , “Yaa, tapi tidak segini jumlahnya Jodha !” , “Aku membelinya tidak cuma untuk diriku sendiri, Jalal … aku belanja untuk ibuku, ibumu, kedua adikku juga anak Bhaksi … jadi kamu tidak perlu memberinya hadiah karena aku sudah membelikan hadiah untuk bayi Bhaksi” jelas Jodha tanpa rasa bersalah sedikit pun sementara Jalal cuma bisa menahan amarahnya yang hampir meledak bagaikan bom atom Hiroshima Nagasaki. ...Bila Saatnya Tiba bag 17