Bila Saatnya Tiba bag 23 by Sally Diandra. Keesokan harinya, ketika Jodha terbangun, Jalal sudah tidak ada lagi disisinya, Jodha benar benar penasaran karena nggak biasanya Jalal bangun pagi pagi seperti ini, biasanya selalu Jodha duluan yang bangun “Tumben amat dia sudah bangun pagi pagi begini” bergegas Jodha masuk ke kamar mandi, setelah semuanya selesai, Jodha segera keluar kamar mandi dan disana dilihatnya Jalal sudah duduk diatas tempat tidur sambil membawa sebuah meja kecil dimana diatasnya terdapat dua buah mangkok lengkap dengan sumpitnya, dua cangkir teh, beberapa kue wafel dan setangkai mawar merah yang terletak didalam vas ramping. Sesaat Jodha bingung dengan apa yang dibawa Jalal “Apa ini ?” , “Happy birthday, Jodha … selamat ulang tahun” ujar Jalal dengan senyum mengembang “Ulang tahun ? hari ini … ya ampun, aku lupa tapi terima kasih, Jalal” Jalal hanya mengangguk “Kemarilah …” Jodhapun menurut mendekati Jalal dan duduk didepan meja kecil tersebut “Aku tidak tahu harus memberikan kamu kado apa, tapi karena dari kemarin kamu makan makanan western food so I think … kamu pasti kangen dengan makanan Asia jadi aku sengaja tadi beli ini mie ayam China yang katanya paling enak disini, yaaa … paling tidak bisa mengobati kerinduanmu sama makanan Indonesia” Jodha hanya tertawa geli sambil menutup mulutnya “Kenapa kamu tertawa ?” , “Jadi kamu pagi pagi bangun untuk membeli ini semua ?” Jalal langsung mengangguk “This is for your special day !” Jodha sedikit terharu mendengarnya “Sebenarnya aku tidak masalah kalau setiap hari aku makan makanan Western karena saat ini aku memang sedang tinggal disini, itung itung supaya lidahku terbiasa dengan makanan seperti itu, supaya tidak kaget” Jalal hanya tersenyum “Ayoo kita makan, mumpung masih panas …” Jalal segera memberikan mangkuk yang berisi mie ayam China itu ke Jodha, tak lama kemudian mereka asyik menikmati sarapan special ala Jalal “Dari mana kamu tau kalau hari ini adalah ulang tahunku ?” , “Pasportmu, kebetulan semalam aku mengecek passport kita, dari sana aku tahu kalau hari ini ulang tahunmu, tapi sebenarnya aku sudah tahu sejak lama, sejak kita menikah” , “Oooh ya ??” Jodha mengerjap ngerjap bibirnya yang terasa pedas “Pedas ya ? bukannya kamu suka pedas ?” , “Aku suka pedas tapi ini lebih ke pedas merica tapi aku suka … makasih ya, untuk breakfastnya kali ini” , “You’re welcome my lady” ujar Jalal sambil sedikit membungkukkan badannya, Jodha kembali tersenyum geli melihat ulah Jalal dan tak berapa lama kemudian ponsel Jalal berdering “Dari Alex …” Jalal langsung sibuk ngobrol dengan Alex dan tak lama kemudian ditutup ponselnya “Alex bilang apa ?” Jodha penasaran dengan obrolan mereka “Alex hari ini nggak bisa mengantar kita jalan jalan karena dia hanya harus menjemput temannya dibandara” , “Sebenarnya apa pekerjaan Alex ? aku perhatikan dia sepertinya nggak ambil pusing soal pekerjaan” , “Dia seorang penulis lepas, makanya kantornya ada dimana mana, yang penting laptopnya tidak tertinggal … oh ya kalau begitu hari ini kita akan memulai petualangan kita berdua menyusuri kota London, kamu siap ?” Jodha langsung mengangguk.
Pagi itu Jalal mengajak Jodha mengunjungi Kensington palace dengan menggunakan bus double dekker (bis tingkat), Kensington palace adalah istana mendiang Lady Di, bentuknya tak kalah megah dan indah dengan istana Buckingham milik pangeran Charles, disana Jodha bisa melihat semua sisi istana dari kamarnya Lady Di sampai tempat bergosip di istana “Ketika dia meninggal, aku sempat menangis …” Jodha membuka pembicaraan ketika mereka sedang duduk duduk ditaman Kensington palace “Sampai segitunya ?” , “Yaa … aku menangis karena ketika dia sudah menemukan cinta sejatinya, dia harus meninggalkan dunia ini” , “Tapi akhirnya merekapun meninggal bersama sama bukan ?” Jodha mengangguk “Aku sempat membaca buku dan menonton interviewnya di televisi ketika dia sudah bercerai dengan pangeran Charles, sebenarnya kasihan dia … dia sudah berusaha untuk mencintai laki laki yang dijodohkan oleh orang tuanya tapi cintanya tak terbalas sampai sampai dia mencoba bunuh diri sebanyak 5 kali belum lagi penyakit bulimia yang dideritanya” , “Aku tidak akan bertindak bodoh sepeti Lady Di meskipun cintaku tak terbalas” , “Maksudmu … ???” Jodha penasaran dengan ucapan Jalal “Hmm … tidak apa apa” ujar Jalal sambil tersenyum nakal, “Tapi konon kabarnya mereka dibunuh ya ? karena Lady Di mau masuk Islam”, “Entahlah, aku sendiri tidak tahu, itu sudah merupakan konspirasi tingkat tinggi, Jodha … kita hanya bisa menontonnya saja, iya kan ? sekarang gimana kalau kita jalan lagi ?”, “Oke, nanti kita bisa kan mampir toko ayahnya Dodi Al Fayed ?” Jalal segera mengangguk.
Setelah puas jalan jalan di Kensington Palace dengan semua souvenir dan ice creamnya yang enak, Jodha mencicipi makanan khas London yaitu fish and chips, kemudian kembali mereka menggunakan bus double dekker menuju ke Madame Tussaud (museum patung lilin). Di museum ini Jodha bisa melihat semua isi London khususnya Royal Family juga semua bintang film dan tokoh dunia yang dibuat dalam bentuk patung lilin, nggak ketinggalan juga rumah reotnya Sherlock Holmes salah satu novel detektif kesukaan Jodha. Setelah selesai berfoto foto dengan tokoh kesukaan mereka, Jalal langsung mengajak Jodha ke Tower Bridge atau yang dikenal dengan London Bridge dan Tower of London yang dulunya bekas penjara, dari ketinggian bangunan ini Jodha bisa memotret kota London yang dibelah oleh sungai Thames dan bangunan ini disebut istimewa karena jembatannya bisa diangkat secara hidrolik jika ada kapal besar yang akan melewatinya. “Kalau nanti kamu masih punya waktu, kamu harus melihat indahnya London Bridge pada malam hari, semua lampu lampunya akan menyala terang benderang, kamu harus lihat Jodha …” ujar Jalal sambil memandang London Bridge.
Dari pinggir sungai yang ada di depan Tower of London, Jodha dan Jalal naik boat gratis City Cruise menyusuri sungai hingga berhenti tepat di pinggir sungai depan stasiun tube Westminster (stasiun kereta api bawah tanah), dari sini mereka naik tube (kereta api) menuju ketube station Knightsbridge kemudian berjalan ke Harrods Store (toko ayah Dodi Al Fayed) yang katanya menjual apa saja, tokonya memang sangat besar dan semua barang sepertinya ada disini mulai dari baju, parfum, coklat, bakery, hingga elektronik. Jalal membelikan Jodha sebuah boneka Teddy Bear yang lucu untuk Jodha sebagai kado ulang tahun, Jodha merasa seperti anak kecil yang sedang mendapatkan kado dari ayahnya dihari ulang tahunnya, setelah itu mereka menyempatkan diri berfoto di depan meja altar mengenang mendiang Lady Diana dan Dody Alfayet. Ketika mereka keluar dari Harrods Store tiba tiba kembali ponsel Jalal berbunyi, setelah ngobrol beberapa saat dengan seseorang disebrang sana, Jalal lalu menutup ponselnya. “Alex menunggu kita di Oxford Street, lebih baik kita jalan kaki saja, dekat dari sini…” Jodha mengangguk kemudian mengikuti langkah Jalal.
Kurang dari 15 menit Jalal dan Jodha sudah sampai di Oxford Street, jalan di sepanjang Oxford Street, berjejer berbagai macam toko yang menjual berbagai barang mulai dari baju, sepatu, jaket, elektronik, souvenir hingga fastfood. Jodha dan Jalal terus berjalan beriringan hingga sampai di kawasan Soho yang sangatlah ramai terisi oleh hiruk pikuk ribuan manusia. Bagi sebagian orang bule ngobrol santai sambil minum bir menjadi pilihan buat mereka seusai bekerja apalagi saat itu hari sudah mulai sore. Mereka memenuhi kafe-kafe di kawasan Soho dengan busana beraneka ragam mulai gaya punk hingga gaun-gaun yang anggun. Dilihatnya pula ada sepasang kekasih yang saling berciuman bahkan selama 30 detik di tengah jalan di Soho yang sudah menjadi pemandangan yang biasa disana, sesaat Jodha sedikit mengernyitkan dahinya ketika melintasi sepasang kekasih yang sedang mabuk asmara tersebut, Jalal yang sempat melihat kerutan didahi Jodha hanya tersenyum kecil “Kamu harus terbiasa dengan hal hal seperti itu disini, Jodha” goda Jalal sambil berbisik ditelinga Jodha, Jodha langsung membelalakkan matanya yang bulat kearah Jalal, Jalal tersenyum melihatnya. “Soho memang pusat hiburan yang membebaskan masyarakatnya di London, Jodha … lengkap dengan deretan bar, restoran, pub, dan teater” jelas Jalal.
Ketika hendak menuju ke café Starbucks tempat yang dijanjikan Jalal dan Alex yang terletak sekitar beberapa puluh meter didepan mereka, tiba tiba saja Jodha dipepet oleh seorang tunawisma yang berbaju hitam dari atas sampai bawah yang terus meminta minta kearah Jodha, karena iba Jodhapun langsung membuka tasnya untuk mengambil uang recehan tapi belum sempat diambilnya recehan tersebut, tiba tiba tas Jodha langsung ditarik oleh sang pengemis sambil berlari menjauh dari Jodha, Jodha panik begitu tau tasnya dijambret oleh pencopet tersebut yang pura pura menjadi pengemis. Bergegas Jodha segera mengejar pencopet tersebut
“Coppeeeettttt !!!!! toolooonggg coooppeeet !!!!” Jodha tidak sadar dimana dia berada saat ini, orang orang yang dilaluinya pun hanya terbengong bengong melihat ulahnya, sementara itu Jalal yang begitu menyadari Jodha tidak berada disampingnya lagi, sedetik kemudian otaknya langsung berhasil merangkum puzzle atraksi yang terjadi sangat cepat tadi, suara wanita yang melengking histeris tadi pasti Jodha, Jalal segera menyusul berlari mengejar Jodha, sekilas Jalal melihat sekelebatan tubuh Jodha diantara kerumunan orang orang yang masih asyik berlalu lalang. Sementara Jodha terus memburu orang yang telah menjambret tasnya, hingga dirinya berhasil menangkap orang tersebut, maka tak ayal tarik menarik diantara mereka pun terjadi
“Kembalikan tas ku ! give it to me !” tepat pada saat itu Jalal sudah datang membantunya, langsung dihajarnya orang itu dengan hentakan bogem Jalal, namun orang itu secepat kilat langsung berkelit dan sesaat kemudian terjadi baku hantam antara Jalal dan pencopet tadi, namun tak lama kemudian si pencopet mengeluarkan pisau lipatnya dan diacung acungkannya ke Jalal, dengan sigap Jalal berusaha memlintir tangan si pencopet tersebut, sesaat Jalal berhasil memlintir lengan si pencopet namun besatan pisau lipat si pencopet terlebih dulu mengenai lengan Jalal hingga membuat lengan kaosnya robek, namun si pencopet kembali bisa berkelit seperti belut dan langsung berlari tunggang langgang meninggalkan Jalal dengan tas Jodha yang masih dibawanya.
“Jalalaaallll !!! kamu tidak apa apa ???” ketika Jodha hendak mendekati Jalal yang sedang meringis kesakitan Jodha mendengar suara seorang perempuan yang memanggil nama Jalal dan ketika dilihatnya didepannya itu adalah café Starbucks dan Alex sedang menghampiri Jalal bersama seorang perempuan, “Siapa dia ???” bathin Jodha dalam hati .... Bila Saatnya Tiba bag 24 by Sally Diandra.