Bila Saatnya Tiba bag 27 by Sally Diandra. Jalal segera menghampiri Jodha, dicari sebuah jawaban yang pasti dari kedua bola matanya, mereka terdiam cukup lama dengan pikiran mereka masing masing, sementara Jodha merasa jantungnya kembali berdegup sangat kencang, satu hal yang tidak pernah dirasakannya ketika bersama dengan Suryaban “Kenapa kamu kembali, Jodha ?” ujar Jalal masih dengan tatapan tajamnya yang menusuk ke jantung Jodha “Kamu tidak suka aku kembali ? baiklah …” segera Jodha menghindar dari tubuh Jalal namun secepat kilat Jalal langsung menyambar tangannya “Itu bukan sebuah jawaban” sesaat Jalal mendekati Jodha persis dibelakang tubuhnya, debaran jantung Jodha semakin memburu kemudian Jalal membalikkan tubuh Jodha agar menghadap kearahnya, Jodha menurut dan tidak melawan sambil menundukkan kepalanya kebawah, sesaat Jalal memegang dagu Jodha dan diangkatnya wajah istrinya itu keatas hingga wajah mereka begitu dekat satu sama lain.
“Kenapa kamu tidak jawab pertanyaanku ? apakah terlalu sulit bagimu untuk mengatakan …” sesaat Jalal terdiam, ditatapnya kedua bola mata Jodha yang bulat, dilihatnya ada sebuah kerinduan disana “Untuk mengatakan … bahwa kamu mencintai aku ?” Jodha hanya terdiam, entah mengapa bibirnya terasa kelu, Jalal telah menyihir dirinya menjadi sebuah patung, tak lama kemudian Jalal mendekatkan bibirnya ke bibir Jodha, Jodha hanya diam saja, tidak berontak seperti biasanya, Jalal tau Jodha memang telah mencintainya “Dikecupnya bibir Jodha secara perlahan” namun Jodha merasa bibirnya dingin, tangannya pun dingin dan jantungnya tak berhenti berdetak kencang, Jodha segera memalingkan wajahnya dan bersembunyi didada Jalal yang bidang, aroma wangi tubuh Jalal semakin membuatnya tidak karuan, sementara Jalal tersenyum nakal melihat ulah istrinya yang salah tingkah didepannya, Jalal langsung memeluk tubuh Jodha
“Kenapa ?” , “Aku malu … “ itulah kata yang keluar dari mulut Jodha “Kenapa harus malu ? aku kan suamimu, bolehkah aku tau apa alasanmu kembali kesini ?” tanya Jalal sambil melonggarkan pelukannya ditubuh Jodha, Jodha masih tertunduk “Mana Jodhaku yang dulu ? yang suka sekali marah marah dan membentak suaminya ? hmm …” , “Jalaaalll …” ujar Jodha dengan nada manja “Lalu siapa ini yang ada didepanku ?” Jalal terus menggoda Jodha “Aku Jodhamu Jalal … aku kembali karena …” , “Karena apa ?” Jalal terus dengan gigih mengejar jawaban Jodha “Karena … nyawaku hilang ketika kamu meninggalkan aku kemarin dan hari ini aku telah mendapatkan nyawaku kembali, jangan kamu tinggalkan aku lagi, Jalal … “ Jodha menatap Jalal dengan penuh haru, sesak didalam dadanya sedikit berkurang tapi debaran jantungnya masih terus terasa, Jalal menatap Jodha dengan senyuman mautnya
“Jodhaaaa …” Jalal langsung kembali memeluk Jodha, serasa menemukan benda berharganya yang telah hilang sekian lama, Jodhapun membalas pelukan Jalal, mereka saling berpelukan erat sambil menangis haru, kemudian Jodha melonggarkan pelukannya, diusapnya air mata Jalal dengan kedua tangannya, Jalalpun melakukan hal yang sama “Aku tidak akan lagi meninggalkanmu, Jodha … apa itu artinya kamu mencintai aku ?” kembali Jalal mencari jawaban yang pasti dari bibir mungil Jodha,
“Yaaa … aku mencintaimu …” Jalal langsung tersenyum bahagia mendengarnya, sebuah jawaban yang selalu dinanti nantikannya selama ini sejak dia bertemu dengan Jodha, didekatkan wajah Jodha kearah wajahnya lalu dibelainya lembut rambut hingga ke pipi Jodha, perlahan lahan diciumnya kening Jodha dengan lembut, Jodha terdiam, dinikmatinya setiap sentuhan suaminya disetiap jengkal tubuhnya, dari kening, Jalal mencium kedua pipi Jodha kemudian ketika menuju ke bibir, sesaat Jalal terdiam, dirabanya bibir Jodha yang mungil kemudian perlahan lahan dilumatnya bibir Jodha lembut, sementara Jodha merasa bibirnya semakin dingin namun sensasi bibir Jalal membuatnya merasakan seperti adanya sebuah oase yang diimpikannya selama ini, Jodhapun membalas lumatan Jalal, lama mereka saling mematutkan bibir seakan akan ingin menumpahkan semua kerinduan yang selama ini terpendam, Jalal dan Jodha terbuai dalam gelora asmara.
Tak berapa lama kemudian terdengar suara bel pintu dari dikamar mereka, perlahan mereka melepaskan tautan bibir mereka, Jalal tersenyum, Jodha segera membersihkan mulut Jalal yang penuh dengan lipsticknya, namun Jalal langsung memegang tangan Jodha dan menciumnya “Biarkan saja, Jodha … itu jejak cinta” godak Jalal, “Jalaaaal” Jodha langsung cemberut dan menatap ketus kearahnya “Itu yang aku suka dari kamu, kalau kamu marah, kamu jadi semakin cantik …” goda Jalal lagi , “Kamu itu sukanya mengejek aku, kasihan itu yang datang sudah lama menunggu” Jodha segera melirik kearah pintu, Jalal pun menyerah akhirnya dia beringsut kearah pintu dan dibukanya pintu kamarnya, disana sudah berdiri Rukayah dan Alex
“Selamat pagi, Jalal … kamu sudah sehat ?” Jalal langsung ilfil begitu melihat Rukayah yang datang “Are you okay, Jalal ?” , “I’m fine Alex … even this morning I was very healthy !” , “Siapa yang datang, Jalal ?” Jodha segera menyusul Jalal kepintu kamar, “Wow ! kamu sudah datang ternyata ! semalam kamu kemana, Jodha ?” Rukayah sangat terkejut begitu tau Jodha ada didepannya karena sebenarnya harapannya pagi ini bisa menjadi tempat curhat Jalal, ternyata dugaannya meleset “Semalam Jodha kerumah kerabatnya di Oxford, iya kan Jodha ?” ujar Jalal sambil merangkul bahu Jodha dari belakang, Rukayah tidak suka melihatnya “Bagaimana kalau kita sarapan bersama ? aku sudah lapar” pinta Jodha sambil mengelus elus perutnya, “Okay … kalian mau ikut ?” Rukayah langsung mengangguk.
Akhirnya mereka berempat makan disalah satu restaurant yang menyajikan menu Asia langganan Rukayah setiap kali ke London yang terletak di Oxford Street, dan setelah selesai sarapan, kebetulan karena mereka berada di Oxford Street, Jodha dan Jalal memutuskan untuk shopping segala macam cendera mata sebagai oleh oleh untuk saudara saudara dan teman teman mereka ditanah air. Di Oxford Street konsep window shopping benar-benar berlaku, semua toko dari yang kecil hingga retailer besar seperti Marks & Spencer dan John Lewis memajang display semenarik mungkin. Jalal langsung merangkul bahu Jodha dari belakang sambil menyusuri jalan yang sangat panjang, ramai dan sangat nyaman, sementara Jodha melingkarkan tangannya dipinggang Jalal, mereka ibarat sepasang remaja yang baru dimabuk cinta, Jodha kali ini benar benar ingin menunjukkan ke Rukayah kalau Jalal adalah miliknya dan dia tidak akan memberikannya pada siapapun tidak juga Rukayah.
Sementara Rukayah langsung memasang muka masam melihat kemesraan Jalal dan Jodha yang berjalan didepannya, sedangkan Alex sangat menikmati acara window shoppingnya kali ini karena Jalal menuruti semua keinginan Alex yang mau belanja apa saja yang Alex suka. Dari Oxford Street mereka melanjutkan perjalanan mereka ke Chinatown nya London di dekat Leicester Square, mereka makan siang disana. Dari sana mereka berpisah karena Jalal dan Jodha ingin melanjutkan perjalanan mereka selama ada di London, Jalal mengajak Jodha ke kota Watford untuk mengunjungi Warner Bros, studio tempat pembuatan film Harry Potter, disini semua pernak pernik yang berhubungan dengan Harry Potter tersedia dan lengkap, Jodha sangat terpana melihat semua yang ada disana termasuk butterbeer minuman Harpot yang sangat enak dan terkenal.
Hari sudah sudah hampir senja ketika Jalal mengajak Jodha check out dari hotel lama dan pindah ke hotel Hilton Tower Bridge, sebuah hotel yang mempunyai view langsung ke Tower Bridge, tak berapa lama kemudian mereka mereka sudah memasuki King Atrium Suite, sebuah kamar yang cukup luas, dimana begitu mereka masuk kedalam kamar terlihat sebuah sofa dan meja makan kecil dengan lampunya yang romantis, disisi sebelah kiri terdapat sebuah tempat tidur yang cukup besar. “Jalal, kenapa sih kita harus pindah hotel segala ?” , “Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan ke kamu Jodha”, “Apa itu ?” tanya Jodha penasaran, “Kemarilah … kamu bilang masih ada satu tempat yang harus kamu lihat, nah … inilah tempatnya” Jalal menyuruh Jodha mendekatinya, saat itu Jalal sedang berdiri dibalkon kamar dan disamping mereka terpampang dengan jelas Tower Bridge of London, “Beberapa menit lagi kamu akan melihat perbedaannya” Jodha segera mendekati Jalal, Jalal langsung memeluknya dari belakang, Jodha bisa merasakan pelukan Jalal yang sangat hangat, Jalalpun kembali terbuai dengan hormon testosteronnya yang sudah lama tidak berfungsi, diciuminya rambut, telinga dan leher Jodha yang jenjang, Jodha sedikit menggelinjang menikmati sensasi awal yang diberikan oleh Jalal dan tiba tiba didepan mereka terpampang Tower Bridge of London yang menyala terang dengan lampunya yang berwarna warni, menunjukkan keindahan jembatan yang usainya sudah ratusan tahun “Inilah dia yang harus kamu lihat kalau kamu datang ke London, Jodha” ujar Jalal sambil masih memeluk Jodha dari belakang “Aku suka, untuk itulah kamu mengajak aku pindah kesini ?” Jalal mengangguk sambil mencium lagi telinga Jodha “Dari dulu aku suka dengan London, semua yang ada di London dipertahankan keasliannya, kotanya sangat cantik, membuat aku takjub, i love and falling in love with London” kata Jodha, “And finally you find your love in London too”ujar Jalal, Jodha tersenyum sambil membalikkan badannya menghadap ke Jalal, diperhatikannya dengan seksama wajah suaminya kemudian direbahkannya kepalanya dibahu Jalal sambil melingkarkan tangannya erat ke pinggang Jalal. The Tower Bridge Of London adalah saksi bisu cinta mereka berdua malam itu, malam yang tidak pernah Jodha lupakan seumur hidupnya dimana akhirnya Jodha bisa merasakan sensasi yang sangat luar biasa yang diberikan Jalal untuknya... Bila Saatnya Tiba bag 28 by Sally Diandra.