Bila Saatnya Tiba bag 26 by Sally Diandra. Jalal merasa dirinya sudah tidak diperlukan lagi oleh Jodha, Jalal segera berlalu meninggalkan Jodha setelah Jodha berhasil dipertemukannya dengan Suryaban kekasihnya. Jalal menyusuri jalanan dikota tua Oxford yang saat itu penuh dengan turis yang datang berkunjung kesana karena adanya Oxford Fashion Week, beberapa bule bule perempuan yang berpapasan dengannya di jalan, sesekali memandang kearah Jalal, Jalal membalasnya dengan senyuman mautnya. Hingga akhirnya Jalal sampai distasiun kota Oxford, ketika hendak membeli tiket, diurungkannya niatnya “Apakah Jodha akan menyusulku kemari ?” bathinnya dalam hati bergegas Jalal masuk kedalam salah satu kedai kopi yang ada distasiun tersebut, ½ jam , 1 jam, 2 jam tidak ada tanda tanda kedatangan sosok Jodha distasiun tersebut, Jalal tertawa dalam hati
“Bodohnya aku ini, masih mengharapkan dirinya … jelas jelas dia tidak mencintai aku, kenapa kamu masih mengharapkannya Jalal ? bukankah sekarang dia sudah bertemu dengan kekasihnya yang sangat dicintainya, tidak mungkin dia memikirkan diriku, siapalah aku ini ?” Jalal bergegas menuju ke tempat penjualan tiket kereta api, tiba tiba ponselnya yang berdering “Itu pasti Jodha !” teriak Jalal dalam hati namun begitu dilihatnya nama yang tertera diponselnya ternyata bukan Jodha melainkan Alex, Alex mengabarkan bahwa dia baru saja dapat telfon dari information centre yang ada di Soho, dimana tas Jodha dicopet disana, Alex bilang bahwa tas Jodha sudah ditemukan dan dititipkan disana, katanya semuanya masih lengkap, dokumen Jodha masih ada semua bahkan uang rupiahnya juga masih utuh, yang hilang mungkin hanya uang Poundsterling dan US Dollar yang mungkin dibawa Jodha “Pintar juga itu copetnya” gumam Jalal, lalu Jalal meminta pada Alex untuk mengembalikannya nanti ke hotel kalau dirinya sudah sampai disana.
Akhirnya setelah 4 jam menunggu, Jalalpun menyerah bergegas dia masuk kedalam kereta api yang membawanya menuju ke London, perjalanan yang memakan waktu kurang lebih selama 2 jam dari Oxford ke London itu terasa cukup lama buat lama Jalal, hati Jalal gamang dan tatapan matanya kosong. Sesampai di stasiun Victoria London, Jalal bergegas menuju ke tempat favouritenya di London yang selalu dia kunjungi yaitu Kilburn Ironworks, sebuah pub dan bar yang menyajikan bir asli dari Belgia yang sangat terkenal enaknya yang terletak di Kilburn High Road. Begitu Jalal masuk, pelayan disana langsung mengenali Jalal sebagai pelanggan setianya, setelah minum beberapa gelas, Jalal melihat diujung ruangan ada piano yang menganggur, sambil sedikit sempoyongan Jalal menuju ke piano tersebut, ditekannya beberapa bar bar tust piano hingga menimbulkan suara yang cukup merdu namun begitu Jalal yang memainkan piano tersebut hanya terdengar instrument mellow yang memilukan hati, Jalal teringat pada Jodha sejak awal dia bertemu dengannya setelah Jodha selesai menari, ketika Jodha membentaknya disanggar tari, ketika Jodha dibawa oleh Reesham ke hotel, saat mereka menikah, waktu Jodha menari tak henti hentinya dengan musiknya yang kencang, saat Jodha masuk rumah sakit, juga saat Jodha marah setelah berhasil mengetahui segalanya, semua kenangan tersebut masih membekas dalam ingatan Jalal,
tidak biasanya Jalal jadi rapuh dan lemah seperti ini karena seorang wanita tapi entah kenapa Jodha benar benar melumpuhkan semua urat nadinya, ingin sekali Jalal menghapus bayangan Jodha namun sosok Jodha malah semakin nyata didepan Jalal dan saat itu tak henti hentinya Jalal memainkan piano tersebut hingga malam hari sambil terus menambah bir Belgia kesukaannya. Melihat kondisi Jalal yang sudah mulai mabuk berat, salah satu pelayan bar yang kebetulan kenal dekat dengan Alex, langsung menelfonnya dan memberitahukan kondisi Jalal.
Tak lama kemudian Alex sudah datang ke bar tersebut bersama Rukayah, Rukayah sangat panic melihat kondisi Jalal yang mabuk berat “Jalal, ada apa denganmu … ? kenapa kamu mabuk berat seperti ini ?” Rukayah dan Alex berusaha membopong Jalal “Hahahaha … aku tidak apa apa Rukayah, siapa bilang aku mabuk ? aku sedang menyanyi” ujar Jalal sambil sempoyongan “Jalal, you are drunk !”, “I’m not drunk Alex …. I just drink a little bit, not much”, “Alex, we have to bring him to your apartemen” kata Rukayah setelah mereka sampai diluar pub sambil menuju ke mobil Alex, Jalal langsung berkelit dan melepaskan tangannya dari kedua perempuan tersebut “Eiiitt … aku bisa pulang sendiri ! kalian nggak usah mengantar aku, aku mau pulang ke hotel” kata Jalal dengan gayanya yang mirip drunken master sambil terus jalan sempoyongan “Jalal, kamu ini lagi mabuk … biar kami membantumu” , “Aku mau pulang ke hotel, Rukayah !” bentak Jalal, “Oke … oke fine ! we will take you to the hotel” kata Alex tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di hotel dimana Jalal menginap, ketika sudah memasuki kamar Jalal, Rukayah melihat kamar Jalal sepi “Dimana Jodha, Jalal ?” tanya Rukayah penasaran “Jodha ??? hahahaha …. dimana Jodha ? Jodhaaa kamu dimana ???” Jalal malah meracau tidak karuan memanggil nama Jodha “Jalal, biarkan aku menemanimu malam ini yaa ? kamu ini sedang mabuk, aku takut nanti terjadi sesuatu pada dirimu”, “Pergi kamu Rukayah !!! pergiiii !!!! aku tidak butuh bantuanmu ! pergiiiiii !!! bentak Jalal sambil mengusir Rukayah untuk pergi lalu dia segera naik ke tempat tidur dan langsung tertidur dengan lelapnya “Jalaaaaalllll …” ujar Rukayah lirih sambil mencopot sepatu Sneakers favourite Jalal, “Let him sleep first, Rukayah … we can back here tomorrow, c’mon …” Alex mencoba membujuk Rukayah agar membiarkan Jalal tertidur lagian nggak ada gunanya Rukayah tetap berada disana karena Jalal sudah tertidur pulas.
Keesokan harinya, ketika Jalal bangun dari tidur panjangnya, dilihatnya dirinya masih berpakaian lengkap dengan polo t – shirt dan celana jeansnya, pening dikepalanyapun sedikit terasa, bergegas Jalal meminum air putih yang memang sudah tersedia dikamar hotelnya kemudian Jalal segera mandi dan berendam cukup lama didalam bath up, pikirannya kembali melayang ke Jodha, Jalal ingat kalau semalam dia mabuk berat setelah memikirkan Jodha dan pagi ini Jodha pun tidak nampak dikamarnya “Semuanya sudah berakhir, dia memang tidak mencintaiku” bathin Jalal tak terasa pipinya basah, ada setitik air mata menetes dari kedua bola matanya yang coklat, “Lebih baik aku pulang saja ke Indonesia, tidak ada gunanya aku berlama lama disini, kamu terlalu PD Jalal dengan mengharapkan cintanya” Jalal membodohi dirinya sendiri . Segera Jalal menyelesaikan mandinya kemudian selesai mandi dan mengganti bajunya, dibenahinya barang barang yang dibawanya, dimasukkannya satu per satu kedalam koper hitamnya dan tak lama kemudian terdengar suara pintu kamarnya diketuk “Itu pasti Rukayah ! apa sih maunya ?” gumam Jalal dalam hati, bergegas dibukanya pintu kamarnya dan sesaat dirinya terpana … dilihatnya disana Jodha sedang berdiri didepannya, Jodhapun hanya diam memandangnya namun ketika dilihatnya koper Jalal terbuka “Kamu mau kemana ? bukankah kamu berjanji masih akan mengantarku ke satu tempat yang harus aku kunjungi ?” kata Jodha dalam binar bola matanya yang bulat “Maaaksuddmuuu … ?” Jalal sedikit terbata bata begitu melihat sosok Jodha berdiri didepannya, Jodha segera masuk ke dalam kamar Jalal sambil menggeret koper merahnya kemudian diletakkannya tasnya diatas tempat tidur disisi koper Jalal, Jalal segera membuntutinya sambil menutup pintu kamar, dia masih sedikit bingung dengan sikap Jodha “Bukankah … kamu …” Jodha langsung memotong kata kata Jalal “Bukankah aku masih nyonya Jalalludin Muhammad Akbar ? benar begitu ?” Jalal melongo “Jadi …. “ sesaat Jodha teringat dengan pertemuannya dengan Suryaban kemaren …
“Jodha, kenapa kamu tidak bilang kalau mau kesini ? kamu kan bisa bilang ke aku, nanti aku jemput kamu … pantas saja kemarin aku hubungi ponsel kamu ketika hari ulang tahunmu, ponselmu nggak aktif, skype mu juga” Suryaban terus nyerocos menanyakan kabar Jodha namun Jodha hanya diam saja dan salah tingkah didepan Suryaban, Jodha tidak tahu bagaimana caranya dirinya menerangkan ke Surya tentang perasaannya akhir akhir ini, tanpa bertanya Surya langsung mengajak Jodha berkeliling melihat lihat kampusnya seperti yang sudah dijanjikan Surya, Jodha melihat ruangan ruangan yang digunakan untuk syuting film Harry Potter, seperti ruangan The Great Hall yang terletak di Christ Church College yaitu sebuah ruang makan yang besar yang biasanya digunakan sebagai ruang makan untuk murid murid Hogwarts dalam film Harry Potter, ruang makan ini benar benar ajaib karena memiliki langit-langitnya yang hampir tembus pandang hingga bisa menikmati cuaca di luar, dilengkapi dengan empat meja panjang yang mewakili masing-masing rumah di Hogwarts. Jodha sangat kagum melihatnya tapi hatinya hampa, ada sesuatu yang hilang begitu Jalal meninggalkan dirinya dan perjalanannya kali ini bersama Suryaban dirasakan tidak seseru kemarin ketika jalan jalan bareng Jalal,
setelah Suryaban puas mengajak Jodha berkeliling kampus, saat itu sudah hampir petang ketika mereka sudah sampai diflat Suryaban “Suryaban … ada yang ingin aku bicarakan” , “Katakanlah Jodha, aku sudah menunggunya dari tadi” ujar Suryaban sambil duduk didepan Jodha dan memegang tangannya, tak terasa tiba tiba air mata Jodha menetes ketangan Suryaban, Suryaban segera memegang dagu Jodha dan menengadahkan kepala Jodha, Jodha menatapnya dengan mata yang berkaca kaca “Kamu mencintainya ?” Jodha segera merangkul leher Suryaban dan pecahlah tangis Jodha saat itu juga “Aku … aku … aku … aku sudah menikah Surya …” ujar Jodha sambil terbata bata disisa isak tangisnya “Aku tau” kata Suryaban kalem, Jodha segera melepaskan rangkulannya “Kamu tahu ?” Suryaban segera menggangguk pelan “Aku tau semuanya Jodha meskipun kamu tidak menceritakannya ke aku, aku tau ayahmu telah meninggal, aku tahu kamu menikah dengannya karena dijodohkan oleh kedua orang tuamu” , “Dari mana kamu tau ?” Jodha penasaran “Itu tidak penting, terus terang tadinya aku marah ketika aku mengetahui kamu sudah menikah dengan laki laki lain yang dijodohkan oleh kedua orang tuamu, tapi aku pikir ini bukanlah sepenuhnya salahmu dan aku juga masih berharap bahwa kamu bisa aku menangkan kembali nanti setelah studyku selesai, tapi ketika seharian ini aku melihatmu … kamu bukan Jodhaku yang dulu” , “Maafkan aku Suryaban … aku …” , “Aku tau, kalau akhirnya kamu memilih mencintainya, aku terima” kata Suryaban pelan, “Awalnya aku membencinya tapi lama kelamaan aku merasa aku tidak bisa hidup tanpa dirinya dan dia juga membutuhkan aku” , “Aku bisa melihatnya dimatamu Jodha … aku yakin cinta sejati itu ada, namun jika pada akhirnya harus berpisah, itu hanya karena Tuhan menginginkan kamu bersama seseorang yang lebih baik, aku ikhlas …” Jodha langsung merangkul leher Suryaban kembali “Terima kasih, Suryaban … aku yakin suatu saat nanti kamu pasti akan mendapatkan seseorang yang lebih baik daripada aku, percayalah …” Suryaban mengangguk “Tapi hari sudah malam, lebih baik besok pagi saja kamu ke London” Jodha menggangguk, akhirnya semua beban dipundaknya yang terasa berat sedari tadi hilang seketika itu juga dan pagi ini dia sudah ada didepan Jalal suaminya …
Jalal segera menghampiri Jodha, dicarinya sebuah jawaban yang pasti dari kedua bola mata Jodha, sesaat mereka terdiam cukup lama, Jodha kembali merasakan degupan jantungnya yang begitu kencang yang tidak pernah dirasakannya ketika bersama dengan Suryaban, rasanya seluruh sendinya terasa lemas tak bernyawa ketika ditatap oleh Jalal dengan tatapan tajamnya …. Bila Saatnya Tiba bag 26