Bila Saatnya Tiba bag 32 by Sally Diandra. Siang itu atas saran dokter Gulbadan, akhirnya Jodha dimita untuk datang ke rumah sakit bersama dengan Jalal karena begitu siang hari Jalal tidak merasakan mual mual lagi seperti tadi pagi, “Kamu kok diam aja dari tadi ?” Jalal berusaha memecah keheningan diantara mereka berdua karena disepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Jodha hanya diam saja “Aku nggak papa, aku cuma merasa aku ini baik baik saja, aku nggak merasakan tanda tanda kehamilan tapi kenapa aku dibilang hamil ?” , “Itu kan baru praduga, bisa benar bisa juga tidak, makanya kita ke rumah sakit sekarang”, “Tapi aku takut, kira kira nanti diapain ya ?” Jalal langsung tertawa terbahak bahak sementara Jodha langsung cemberut kemudian menahan isak tangisnya sambil membuang pandangannya jauh keluar jendela “Hey … kok jadi menangis ? kenapa ?” tangan kiri Jalal berusaha untuk meraih tangan Jodha sementara tangan kanannya masih memegang stir, namun Jodha segera mengibaskan tangan Jalal tanda tidak mau dipegang, bergegas Jalal langsung menghentikan mobil Jaguar hitamnya perlahan ditepi jalan, namun Jodha tetap tidak bergeming, Jodha malah semakin menahan isak tangisnya, dadanya terasa sesak entah mengapa akhir akhir ini Jodha jadi sensitive apalagi kalau berhubungan sama Jalal, perasaannya langsung mellow nggak karuan. Jalal langsung mendekatinya, diciumnya ujung lengan atas Jodha, kemudian diraihnya tangan Jodha yang sebelah kanan dan diciumnya secara perlahan, namun Jodha tetap membuang muka kearah jendela,
“Kamu kenapa ?” Jodha hanya menggelengkan kepalanya sambil tetap menatap kearah luar jendela, Jalal jadi bingung dengan sikap Jodha karena Jodha jadi sangat sensitive, sedikit sedikit nangis, kalau Jalal ketawa Jodha nangis, kalau Jalal menggoda Jodha juga nangis, kemudian diraihnya kepala Jodha dan dibawanya dalam pelukannya, Jodha langsung membalikkan wajahnya dan menangis sesenggukan didada Jalal, Jalal menciumi kepala Jodha berulang kali kemudian diangkatnya wajah Jodha, disekanya airmata yang membasahi pipi Jodha, perlahan tangis Jodhapun reda “Kamu jahaaat …” Jodha langsung memukul dada Jalal, Jalal jadi tertegun heran “Aku ngapain lagi ? dari tadi kan aku nggak ngapa ngapain ?” , “Itu tadi ketawa, jelek ! kamu ngetawain aku kan ?” Jalal baru menyadari kalau ketawanya barusan membuat Jodha kesal “Ya ampun Jodha … ketawa tadi ? itu kan … oke oke aku minta maaf, tapi sungguh aku ketawa tadi bukan ngetawain kamu, tapi pertanyaanmu itu tadi lucu” ujar Jalal sambil mencium kening Jodha, “Emangnya apa yang salah dengan pertanyaanku ? aku kan nanya nanti aku diapain ? apa salah ?” Jodha langsung memasang tampang innocent yang selalu membuat Jalal gemas ingin segera melumat bibirnya tapi dalam situasi seperti ini bisa bisa bukan ciuman yang dia terima, bisa jadi malah penolakan Jodha yang kasar, Jalal sudah mulai bisa memahami perilaku Jodha yang sering berubah ubah. “Sayang sekarang kan sudah ada USG, jadi yang diperiksa itu perut kamu, bukan … “ , “Aaah Jalaaaal … jelek !” Jalal langsung hendak mendaratkan ciumannya dipipi Jodha tapi Jodha langsung melengos dan menatap kearah depan “Ayooo berangkat ! jangan lupa nanti dokter kandungannya yang perempuan aja” Jalal hanya tersenyum kemudian dijalankannya lagi mobil Jaguar hitamnya.
Sesampainya di kamar periksa dokter, Jalal dan Jodha disambut oleh dokter Salima, seorang dokter kandungan yang cantik dan ramah, begitu mengenalnya Jodha merasa begitu dekat dan nyaman dengan dokter Salima. Ketika Jodha di USG dengan USG empat dimensi, dokter Salima menerangkan bahwa Jodha benar benar hamil dengan menunjukkan pada satu noktah dilayar USG yang menggambarkan kondisi isi rahim Jodha dan usia kandungan Jodha saat ini baru berusia 1 bulan, Jodha yang saat itu masih terbaring langsung terharu sementara Jalal tersenyum senang mendengarnya “Mulai sekarang anda harus memperhatikan apa yang anda konsumsi, nyonya Jodha … karena saat ini bukan anda saja yang menikmati makanan tersebut tapi janin didalam rahimmu juga ikut merasakannya” Jodha langsung mengangguk sambil mengganti posisinya untuk duduk “Dokter, bisakah anda memanggil saya hanya Jodha saja ?” , “Hmm … baiklah Jodha” Jodha dan Salima saling tersenyum lalu Salima bergeser ke meja kerjanya, Jalal segera menghampiri Jodha yang masih terduduk diatas tempat tidur, tanpa bertanya Jalal langsung melancarkan serangannya mencium bibir Jodha lembut, Jodhapun membalasnya lalu keduanya saling tersenyum “Terima kasih, sayang … ini merupakan anugerah terindah untukku” Jodha tersenyum haru kemudian keduanya menyusul dokter Salima untuk mengambil resep. “Dokter, kalau boleh saya tahu, kenapa saya tidak mengalami gejala seperti wanita lainnya ya ?” Jodha kembali membuka pembicaraan begitu mereka sudah sampai didepan Salima “Maksud kamu mual mual morning sick begitu ?” , “Nah itu dia, dok … yang mual mual malah saya, sepagi ini saya bisa muntah puluhan kali, kok bisa ya dok ?” dokter Salima tersenyum “Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda beda ketika masa kehamilan terutama di trisemester awal, ada yang parah sampai sakit, ada yang biasa biasa saja, ada juga yang harus bedrest tapi ada juga yang suaminya mengalami morning sick seperti yang dialami oleh suami kamu, Jodha” , “Jadi saya akan menderita mual mual seperti it uterus, dok setiap pagi ?” dokter Salima tersenyum “Bisa jadi, tuan Jalal … tapi nggak usah khawatir biar saya resepkan obat anti mual jadi begitu mual itu datang, anda bisa meminumnya” selang beberapa saat kemudian merekapun pamit ke dokter Salima ketika sampai dipintu keluar Jodha berbalik menoleh kearah dokter Salima “Dokter Salima, bisakah aku menghubungimu sewaktu waktu kalau aku ingin bertanya tanya soal kehamilanku ini ?” , “Anytime, saya siap setiap saat, Jodha” Jodha sangat terharu kemudian dia langsung memeluk Salima.
Sesampainya dirumah, bu Hamida sangat senang begitu mendapat kabar bahwa Jodha benar benar telah hamil “Selamat Jodhaaaa … ibu sangat senang sekali, ini harus dirayakan” , “Tapi ibu …” Jodha merasa belum siap dengan sebuah perayaan “Kamu tidak boleh mengelak Jodha, sejak kalian menikah, ibu belum memberikan pesta yang meriah untuk kalian, nah inilah saatnya … saudara saudara dan teman teman Jalal harus tau siapa istrinya sekarang sekalian memberitahu soal kandunganmu ini” ujar bu Hamida sambil memengang perut Jodha, “Apa ibu ? Jodha hamil ?” Bhaksi yang baru keluar dari kamarnya bersama Mehtab langsung bergabung bersama mereka “Iya Bhaksi kemarilah … sebentar lagi Mehtab punya teman bermain” , “Selamat ya, Jodha” , “Terima kasih, Bhaksi” , “Kapan kita akan merayakan pestanya ibu ?” mata Jalal langsung berbinar binar terang “Pesta apa, kak ?” , “Pesta resepsi pernikahan Jalal dan Jodha sekaligus pesta hadirnya si kecil ini, kamu setuju kan ?”, “Setuju sekali, ibu ! Jodha kamu harus berdandan secantik mungkin” , “Itu tidak perlu Bhaksi …” Bhaksi segera memotong ucapan Jodha “Tidak Jodha ! kali ini kamu harus menurut sama aku, aku akan mendadani kamu secantik mungkin, kamu akan aku ajak ke salon langgananku, benar kan, bu ?” , “Iya ibu setuju … jangan lupa juga antar Jodha ke butik langganan kita juga, pilihkan baju terbaik untuknya” , “Siap, ibuuu … kita shopping Jodhaaa …” Bhaksi sangat senang begitu dirinya mau shopping lagi sama Jodha, sementara Jodha tersenyum sambil melirik kearah Jalal, Jalal membalas senyumannya.
Malam itu tibalah pesta resepsi pernikahan Jalal dan Jodha, Jalal sengaja mengadakannya diarea aula samping yang bila semua pintu kacanya dibuka maka akan menembus ke area kolam renang, didalam kolam renang ibu Hamida sengaja menaruh berpuluh puluh lilin yang diletakkannya ditengah bunga teratai plastik sehingga kesan romantispun menghiasi area kolam renang tersebut. Jalal yang saat itu mengenakan jas satin warna abu abu dengan warna celana yang sama plus kemeja merah maroon dengan dasi abu abu polos. Sementara itu Jodha sedang dirias didalam kamar Jodha sendiri oleh para capster langganan Bhaksi yang sengaja dipanggil kerumah, tak berapa lama kemudian ibu Meinawati dan kedua putrinya Shivani dan Sukaniya juga datang ke pesta Jalal dan Jodha, setelah basa basi sebentar dengan ibu Hamida mereka langsung dibawa oleh pelayan ke kamar Jodha sesuai dengan perintah Jodha “Jodhaaaa …” , “Ibuuu …” , “Bagaimana kabarmu, nak ? ibu dengar kamu sudah hamil ?” Jodha langsung menganggukkan kepalanya “Selamat yaaa kaaak” Shivani dan Sukaniya berbarengan mengucapkan selamat untuk Jodha, “Akhirnya kamu luluh juga sama bang kumis, padahal dulu lihat kumis si abang aja kak Jodha nggak mau tuuu, hahahaha …” Sukaniya langsung menggoda kakaknya, Jodha pura pura cemberut kearah Sukaniya “Gimanapun juga disitu letak daya tariknya kak Sukaniya, dikumis si abang, bukan begitu kak Jodha ?” Shivani malah tambah menimpali “Ibuu … liat anak anak ibu, semuanya pada jahat keaku” , “Heiii sudah sudah … nanti Jodha nggak selesai selesai diriasnya” ibu Meinawati berusaha merelai putri putrinya.
Sementara itu dibawah diruang pesta, Jalal sudah berharap harap cemas, melihat Jalal gelisah Atifa segera mendekati Jalal “Terima kasih kamu sudah mengundang aku kepestamu” , “Sama sama Atifa, silahkan menikmati pestanya”, “Aku sangat menikmati pestanya tapi mana ini pengantin perempuannya ?” Atifa benar benar penasaran dengan Jodha, tak lama kemudian dari atas tangga Shivani dan Sukaniya sudah turun secara perlahan diikuti oleh ibu Meinawati, Bhaksi dan Jodha, sesaat Jalal terpana oleh kecantikan Jodha yang saat itu mengenakan gaun panjang hingga menutupi kakinya yang berwarna pink dengan dada terbuka yang membentuk setiap lekuk tubuhnya hingga kepinggang kemudian mengembang bergelombang menjuntai menutupi kakinya, sebuah gaun yang simple namun elegan dengan hiasan kalung berlian dilehernya plus tatanan rambut panjangnya yang dibuat seperti sanggul sehingga mampu menonjolkan leher jenjangnya. Jalal langsung menyambutnya begitu Jodha sudah sampai bawah, diulurkan tangannya kearah Jodha, Jodha tersenyum sambil mengulurkan tangannya pula ke Jalal “Kamu kelihatan berbeda malam ini istriku” Jalal langsung menggoda Jodha “Terima kasih suamiku, ini semua demi kamu” tak lama kemudian acarapun dimulai, acara yang dibuat santai namun elegan itu dimulai dari sambutan ibu Hamida hingga pengenalan Jodha sebagai istri Jalal kepada seluruh sanak saudara, kerabat, kolega, dan rekan bisnis, semuanya sangat menyukai dengan kehadiran Jodha sebagai istri Jalal tapi tidak untuk Atifa. Ketika acara dansa dimulai Jalal langsung menarik Jodha untuk melantai bersamanya diiringi dengan irama music klasik dari serombongan orchestra yang khusus disewa untuk pesta tersebut.
Jodha yang tidak terbiasa berdansa dengan iringan music klasik merasa malu sendiri karena berkali kali kakinya menginjak kaki Jalal, Jodha merasa kikuk didepan Jalal “Jalal, aku nggak bisa berdansa” , “Tidak apa apa, Jodha … nikmati saja nanti lama lama kamu juga akan terbiasa, lihat gerakan kakiku ini”, “Iyaaa tapi aku selalu salah langkah terus, lihat aku menginjak kakimu” dari kejauhan Atifa bisa melihat kekikukkan Jodha, hal ini merupakan peluang emas untuk mendekati Jalal “Jalal, bolehkah aku menggantikan posisi Jodha ?” tiba tiba Atifa muncul dibelakang Jalal sambil memegang bahu Jalal, Jalal menoleh dan melihat Atifa berdiri dibelakangnya “Oh Atifa … Jodha kenalkan ini Atifa” Atifa segera mengulurkan tangannya kearah Jodha, Jodhapun membalas uluran tangan Atifa “Boleh kah aku mengajarimu berdansa ?” sesaat Jodha sedikit tertegun kemudian menganggukkan kepalanya, sementara Jalal merasa bingung sedangkan Atifa langsung mengambil kesempatan ini dengan baik, ditaruhnya tangannya dikedua bahu Jalal sambil tersenyum senang …. Bila Saatnya Tiba bag 33 by Sally Diandra