Cinta dalam Sepengal Dusta. Terkadang lebih mudah mengucapkan dusta dari pada mengatakan yang sebenarnya. Lebih mudah menyakiti seseorang dari pada membahagiakannya. Memang menyakitkan kalau seorang pria mengatakan dengan jujur kalau dia membenci kita, tapi lebih menyakitkan lagi kalau ada pria yang menyimpan cinta dalam sepenggal dusta. Pura-pura cinta padahal sebenarnya tidak. Mengatakan cinta hanya untuk membuat wanita terlena lalu mencampakkannya. Itulah yang di lihat Jodha pada Jalal. Jalaluddin Muhammad, anak konglomerat yang kuliah satu jurusan denganya di Fak. Hukum. Bukan salah jalal kalu terlahir dengan wajah tampan dan di gilai wanita. Yang salah adalah karena jalal dengan angkuhnya memanfaatkan ketampanannya itu untuk mempermainkan banyak wanita. Jodha tidak akan perduli kalau gadis yang di permainkan Jalal tidak di kenalnya. Tapi kalau sampi Moti yang adalah sahabatnya dan Ruksar yang merupakan sepupu jauhnya terperdaya oleh Jalal, Jodha jadi geram.
Seperti hari ini, dia melihat Moti sahabatnya bersedih karena memergoki Jalal berjalan dengan gadis lain di depannya. Moti mengadu pada Jodha. Bukanya menghibur, Jodha malah nyerocos panjang lebar menceramai Moti tentang siapa itu Jalal, “Moti..Moti, dari dulu kan aku sudah bilang, kalau Jalal itu cowok brengsek, playboy, pacarnya di mana-mana dan masih banyak segudang predikat jelek yang di sandangnya. Tapi kamu masih nekat menerima cintanya. Sekarang ketika kebiasaan buruknya semakin naik ke permukaan, kau mulai komplain, nggak sukalah, nggak tahanlah, nyesek lah… trus selama ini kamu kemana aja?”
Moti hanya tertunduk diam. Dia sadar kata-kata Jodha ada benarnya. Coba kalau dulu dia mau mendengarkan saran Jodha, mungkin kejadian ini tak akan terjadi. Hatinya tak akan terluka dan merana melihat kekasih menggandeng gadis lain di depan mata.
Jodha prihatin dengan apa yang menimpa sahabatnya. Perlahan di sentuhnya bahu Moti sambil menghibur, “sudahlah Moti, lupakan Jalal. Banyak pria lain yang lebih baik dari dia. Kalau saja kau mau memutuskan dia, pasti banyak yang akan antri untuk menjadi pacarmu.”
Moti mendesah lirih. Di tak tahu harus berkata apa. Dirinya sendiri sebenarnya ingin mengikuti saran Jodha, tapi hatinya tak rela. Karena dia sudah terlanjur amat sangat mencintai Jalal. Melihat Moti melamun, Jodha menegurnya, “Moti..” Jodha jadi tertenyuh melihat Moti sedih. Moti mengangkat wajahnya menatap Jodha. Helaan nafas panjang keluar dari bibir ranumya. Kata Moti, “Jo, kau tidaktahu bagaimana perasaanku pada Jalal. Aku…aku…”
“Kau kenapa?”
“Aku sangat mencintainya. Aku tak tahu apa yangterjadi kalau aku meninggalkannya. Aku tak bisa membayangkannya,” Moti menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Ada isak yang coba di tutupinya. Jodha dengan penuh pengertian berkata, “Moti, aku dapat memahami peraasaanmu. Tapi coba berpikirlah dengan jernih. Jalal bukan lelaki yang tepat untuk kau cintai. Dia playboay sejati yang tidak akan pernah puas mengencani satu perempuan saja. Kekasihnya merata-rata. Setiap kali dia bebuat salah, kau memaafkannya. Itu akan membuatnya tidak lagi menghargaimu sebagai wanita. Satu-satunya jalan, kau harus memberinya pelajaran dan memutuskan hubunganmu dengannya. Kau harus rela meninggalkannya meski itu artinya kau akan menderita. Its time to say enough, Moti!”
Moti terdiam coba merengungi kata-kata Jodha barusan. Setelah lama berpikirndia menghela nafas berat dan berkata, “nggak mungkin, Jo. Aku nggak mungkin memutuskan jalal. Aku mencintainya..aku sangat mencintainya. Aku tidak akan dapat hidup tanpa dirinya.”
“Kau belum mencobanya, “ kata Jodha, “lagi pula apa yang kau takutkan? Laki-laki bukan cuma Jalal saja. Kalau kau mau tahu, ketua senat kita, Ramtanu sering kali mencuri-curi pandang kearahmu setiap kali kita bertemu. Kau saja yang tidak merasa karena hatimu di butakan oleh cinta palsu Jalal. Cobalah mengerti Moti. Jalal bukan tidak layak untuk kau cintai. Kau berhak mendapatkan pria baik yang mencintaimu setulus hati, bukan yang memanipulasi cinta dan ketulusanmu! Percayalah, ada banyak pria yang lebih baik dari Jalal diluar sana. Jadi berhentilah menangisinya!”
Moti dengan lirih berguman, “memang banyak pria di luar sana yang lebih baik dari Jalal, tapi yang kucintai hanya Jalal, Jo. Itu masalahnya!”
Jodha tak tahu harus berkata apa. Moti belum bisa mengambil keputusan seperti yang disarankan Jodha. Di masih sibuk berpikir dan memilah. Mencoba memahami hatinya sendiri dan apa yang di inginkan untuk masa depannya. Mimpinya yang pernah dia jalin bersama jalal begitu indah. Tapi jalan kearah sana berliku, terjal dan berbahaya. Moti akhirnya tiba pada keputusan kalau Jodha mungkin ada benarnya. Inilah saatnya untuk mencoba mengeluarkan Jalal dari hidupnya. Moti dengan nada kurang yakin bertanya, “apakah menurutmu aku mamapu menjalani hidup tanpa Jalal, Jo?” Jodha mengangguk pasti, “kau pasti mampu. Kau harus mampu! Demi masa depanmu sendiri moti.” Moti dengan lidah keluh bertanya, “bagaimana kalau aku merasa kesepian dan butuh teman?” Jodha mengangkat telunjuknya dan nada bercanda dia berkata, “aku akan menemanimu. Kau bisa menggangguku kapan saja kau mau!” Moi tersenyum dipaksakan. Jodha menggenggam tangannya, dan berkata menguatkan, “kau pasti mampu, Moti. Aku yakin itu. Yang kau butuhkan adalah tekad yang bulat dan kekuatan keinginan!” Moti terlihat berpikirn sejenak, lalu dia menganggukan kepala meski dengan berat.
Jodha tersenyum lega. Inilah yang di inginkannya. Moti, sahabatnya bisa move on dan melupakan donjuan kapal selam yang selalu membuat gadis-gadis merana itu. Karena Jodha tahu, korbannya bukan hanya Moti saja. Tapi Ruksar sepupu Jodha pernah juga di pacari Jalal lalu di campakkan begitu saja. Itulah yang membuat Jodha anti pati dan membenci Jalal. Selama Jalal pacaran dengan Moti, tidak pernah sekalipun Jodha menegurnya, walaupun kadang mereka berdua saling bersirobok pandang atau berpapasan. Jodha lebih senang tidak menatapnya dan membuang pandang setiap kali tatapan mereka bertemu. Bagi Jodha, Jalal adalah virus cacar yang patut di singkirkan. Karena seringkali Jodha melihat jalal mencuri-curi pandang kearahnya dengan tatapan yang sulit di artikan… yang membuat Jodha merinding dan pergi menghindar… Cinta dalam Sepengal Dusta bag 2