Takdir bag 45 by Tahniat. Esok paginya, setelah mandi dan berdandan rapi Jalal mengajak Jodha ke restoran hotel untuk sarapan. Mereka sarapan dengan hening. Tidak banyak bicara, kalaupun ada kata-kata yang keluar itu sifatnya formal. Mereka saling lirik, saling pandang tapi jika pihak yang lain tidak tahu. Jika secara kebetulan tatapan mereka bertemu, keduanya secara bersamaan akan melengos atau mengalihkan pandangan ke tempat lain.
Setelah sarapan Jalal beranjak dari tempat duduknya tanpa berkata apa-apa. Jodha juga tidak bertanya ataupun mencegah. Tapi setelah cukup lama, jalal tidak kembali, Jodha menjadi khawatir. Untung datang Akshay yang memberitahu Jodha kalau Jalal sudah berangkat ke pertemuan dan meminta dirinya menjadi pengawal Jodha sepanjang hari selama dia berada di luar kamar. Akshay memberitahu Jodha kalau hari ini akan datang polisi yang akan menanyainya seputar kasus usaha penculikan yang gagal itu. Jodha menyuruh Akshay duduk dan sarapan dengannya. Akshay menolak dengan hormat, dan akan berdiri saja. Jodha memberi pilihan, Akshay duduk atau pergi dari hadapannya. Akhirnya dengan sangat terpaksa Akshay duduk semeja dengan Jodha. Menungguinya makan.
Setelah selesai sarapan Jodha bertanya, “jam berapa polisi-polisi itu akan datang?” Akshay menjawab, “seharusnya saat ini mereka sudah dalam perjalanan kemari.” Tak lama kemudian ponsel Akshay berdering, dari percakapannya, Jodha tahu kalau polisi itu sudah datang dan menunggunya di kantor manager. Akshay segera mengajak Jodha pergi ke kantor manager. Inspektur Vijay di temani oleh temannya menyambut kedatangan Jodha dengan ramah. Tanpa membuang waktu lagi, interviewpun di lakukan. Jodha menjelaskan semua yang di ketahuinya secara mendetail. Ketika inspektur menunjukan daftar residivis dan fotonya, Jodha menemukan foto kedua pria yang akan menculiknya itu ada dalam daftar tersebut. Kedua polisi-polisi itu mengangguk-angguk puas. Wawancara pun selesai. Sebelum pergi, Inspektur Vijay berpesan pada Akshay agar meminta Jalal menemuinya di kantor polisi untuk urusan yang sama. Akshay mengangguk. Setelah polisi pergi, Akshay mengantar Jodha kembali ke kamarnya di iringi oleh 2 satpam. Jodha tentu saja heran dan bertanya, “kenapa mereka mengikuti kita?” Akshay tersenyum dan menjawab, “Mr berpesan agar menempatkan penjaga di depan pintu kamar anda. Ketika anda berada di kamar. Dan jika anda berniat keluar jalan-jalan di sekitar hotel, saya pribadi yang akan dengan senang hati mengantar.” Jodha mengeleng-ngeleng kepala tak percaya, “sebenarnya itu tidak perlu. Aku bisa menjaga diri dan lebih berhati-hati.” Akshay menyahut, “tapi ini perintah, saya tidak berani membantahnya. Kalau mister sampai marah, kami.. terutama saya pasti akan di pecatnya.” Jodha dengan penasaran bertanya, “apakah Mr Jalal sering memecat orang?” Akshay menggeleng, “tidak pernah. Tapi beliau sangat tegas dan selalu teguh memegang perkataannya. Saya tidak mau mengambil resiko… mohon anda mengerti.” Jodha mengangguk paham. Akshay mengantar Jodha sampai ke depan pintu kamar. Setelah Jodha masuk ke kamar, Akshay berpesan pada satpam agar berjaga dan tetap waspada, dan kalau ada apa-apa meminta mereka menelponnya.
Hari berganti, sudah hampir 7 hari Jalal dan Jodha terdampar di Simla. Pertemuan yang diadakan Jalal dengan para petani Apel telah menemukan kesepakatan, tapi penjahat sebenar yang menjadi dalang penculikan Jodha belum tertangkap. Karena itu meski Rahul menyuruh Jalal kembali ke Agra karena banyak urusan penting yang membutuhkan persetujuannya, Jalal tidak bergeming dari kata-katanya. Dia hanya akan kembali setelah penjahat sebenarnya tertangkap.
Sementara itu, hubungan Jodha dan Jalal masih dingin. Mereka sering melakukan aktivitas bersama-sama. Hanya saja tidak saling menyapa kalau tidak perlu benar. Mereka bisa duduk di sofa yang sama dan tidur di ranjang yang sama, tapi untuk saling berbicara, seperti ada yang menahan mereka. Jalal seringkali terlihat ingin mengajak Jodha bicara, tapi tiba-tiba membatalkannya. Jodha pun begitu . Keangkuhan membuat keduanya tidak saling meminta maaf dan hanya saling menunggu saja.
Di hari ke 8 di Simla, inspektur Vijay memanggil Jalal dan Jodha agar datang ke kantor polisi untuk melihat dalang penculikan yang sebenarnya. Alangkah terkejutnya Jodha dan Jalal saat mengetahui kalau Adham Khan adalah dalang di balik usaha penculikan itu. Jodha ingat di hari usaha penculikan itu terjadi, dia berbincang-bincang akrab dengan Adham.
Adham terkurung di balik terali besi ketika Jalal dan Jodha menemuinya. Melihat Adham, Jalal dengan kecewa bertanya, “aku menganggapku seperti saudara. Aku mempercayaimu mengurus hotel dan perkebunan. Tapi apa yang kau lakukan? Kau berusaha menculik istriku. Istriku, Adham khan! Apakah kau sudah gila? Inikah balasanmu atas kebaikanku selama ini?”
Adham menyahut dengan geram, “kau baik padaku? Kebaikan apa yang kau berikan? Aku bekerja padamu, membanting tulang dan memeras otak untuk kemakmuranmu. Tapi apa yang kau berikan pada kami? Kau tidak memberikan sesuatu secara percuma padaku. Kau malah telah merenggut sesuatu yang paling berharga dalam hidupku. Karena dirimu, ibuku meninggal secara mengenaskan setelah melihat putrinya gantung diri.. setelah kau menolak menikahinya. Manusia seperti apa kau? Kau tidak tahu membalas budi, ibuku yang membesarkanmu. Tapi kau menyakitinya demi harga diri dan kehormatanmu. Aku belajar darimu bagaimana caranya menjadi kejam. Aku ingin balas dendam padamu. Aku tahu kau mencintai wanita itu. Aku akan menyakiti orang-orang yang kau cintai untuk membuatmu menderita. Agar kau tahu, bagaimana rasanya kehilangan orang yang kau cintai. Ibu dan Javeda adalah hidupku. Karena dirimu mereka terenggut dariku. Aku akan membalasmu Jalal,… akan terus berusaha membalasmu. Jika kali ini aku gagal, suatu saat aku pasti berhasi! Jadi Berhati-hatilah!”
Jalal dengan wajah merah menahan marah mengancam, “..aku akan pastikan kalau kau akan mendekam di penjara selamanya..!” lalu sambil mengandeng tangan Jodha, Jalal keluar dari penjara dan kembali ke hotel.
Sampai di hotel Jalal menyuruh Jodha berkemas, karena mereka akan kembali ke Delhi hari itu juga. Melalui ponselnya, Jalal memanggil Akshay agar datang ke kamarnya. Jalal menyuruh Akshay mengambil alih semua tanggung jawab yang semula berada di tangan Adham khan. Dengan kata lain, Jalal mengangkat Akshay menjadi kepala manager hotel. Jalal juga meminta agar selalu memberinya kabar seputar kasus Adham Khan. Dan berpesan agar melakukan apapun juga untuk memastikan agar Adham mendekam di penjara untuk waktu yang lama. Jalal juga meminta Akshay agar menyiapkan mobilnya karena dia ingin Akshay yang mengantar mereka ke bandara. Setelah Akshay pergi, Jalal membantu Jodha berkemas. Selesai berkemas, mereka segera bergegas perg ke bandara Simla di antar oleh Akshay untuk mengejar pernerbangan terakhir dari Simla ke Delhi.
Hari sudah malam ketika mereka sampai di Bandara Indira Gandhi. Dengan taksi, Jalal dan Jodha akhirnya sampai di rumah. Moti menyambut Jodha dengan senang hati. Jodha memeluk Moti dengan penuh rindu. Melihat itu, Jalal tercengah dan memutar bola matanya tak percaya. Tapi Jodha tak mengacuhkannya. Dengan di bantu Moti, Jodha membawa semua bagasi masuk kedalam rumah. Jalal pun ikut membantu meski itu hanya dengan menyeret travel bag polonya sampai di ruang tengah. Setelah itu dia masuk kedalam kamarnya.
Setelah semua pakaian kotor di serahkan ke moti, dan barang-barang yang di bawanya dari Simla tertata rapi, Jodha segera naik ke kamarnya dan pergi mandi. Mereka sudah makan malam di dalam pesawat. Karena letih, setelah mandi, Jodha langsung tidur nyenyak.
Pagi harinya, bersama Moti, Jodha pergi ke kuil. Kembali dari kuil, Jalal sudah pergi dalam audi putihnya. Jodha tidak sempat bertemu muka dengan Jalal sejak tadi malam. Jodha duduk di sofa sambil mencari solusi untuk mencairkan hubungannya yang dingin dengan Jalal. Jodha terpikir untuk menyapanya lebih dulu saat dia pulang nanti, tapi hati kecilnya melarang, “bukan kau yang memulai. Dia yang harus meminta maaf duluan. Kau tidak bersalah.” Namun dalam pikirannya, dia merasa kalau dirinya punya andil yang sama besarnya. Karena itu, dia juga wajib untuk meminta maaf lebih dulu. Jodha mencoba mengabaikan pertentangan antara pikiran dan hatinya dengan memutuskan untuk mengunjungi Ranvir di rumah sakit.
Sebelum pergi kesana, Jodha menelpon Rekha. Rekha meminta Jodha segera pergi kerumah sakit karena dirinya juga saat ini berada di sana. Rekha mengatakan kalau ada hal penting yang ingin dia bicarakan dengan Jodha. Jodha sudah was-was mendengarnya.
Sampai dirumah sakit, dengan wajah bahagia, Rekha menyambut Jodha dan memeluknya. Melihat wajah bahagia Rekha, Jodha bertanya dengan heran, “ada apa denganmu? Kau terlihat bahagia?” Rekha menarik tangan Jodha dan mengajaknya pergi ke sebuah kamar perawatan berdinding kaca. Rekha dan Jodha berdiri di depan kaca melihat kedalam ruangan di mana Ranvir di dampingi 2 orang petugas medis sedang menjalani terapi. Ranvir melihat Rekha an Jodha. Dia melambaikan tangan kearah keduanya dan tertawa. Melihat itu Jodha menitikan air mata.
Rekha berkata, “kau pasti tidak percaya kalau keajaiban itu ada. Ranvir yang keadaannya memprihatinkan, setelah perawatan intensif yang di lakukan oleh dokter-dokter ahli yang di datangkan dari luar negeri pelan-pelan mulai pulih. Dia sudah hampir pulih seperti sedia kala, tapi para ahli ingin memastikan kalau Ranvir dapat kembali bekerja secara normal lagi seperti semula. Semua ini berkat Jalal..” Jodha menatap Rekha tak percaya mendengar kalimat terakhirnya, “Jalal? Apa hubungan semua ini dengan Jalal?”
Rekha tersenyum, “Jalal yang membuat Ranvir menderita, dia pula yang membantu penyembuhannya. Dialah yang memanggil dokter-dokter ahli itu datang kesini untuk membantu menyembuhkan Ranvir. Jodha, selama ini aku telah salah paham padanya. Dia bukan pria kejam tak berperasaa tapi adalah orang yang bertanggung jawab. Dia mungkin membuat kesalahan…setiap orang membuat kesalahan. Tapi hanya sedikit orang yang kalau telah membuat kesalahan. Orang bijak bukanlah orang yang tidak pernah membuat kesalahan, tapi adalah mereka yang berbuat salah dan berusaha memperbaikinya..”
Mendengar kata-kata Rekha, airmata penyesalan jatuh menetes di pipi Jodha. Jodha sama sekali tidak menyangkah kalau Jalal akan beruat sejauh itu dengan membantu menyembuhkan Ranvir. Dia menyesal karena telah berburuk sangka pada Jalal. Jodha ingat bagaimana dia mengatakan kalau Jalal berpikiran picik, sempit dan tidak bijaksana. Hati Jodha terasa sakit membayangkan bagaimana sakitnya perasaan Jalal saat mendengar kata-kata itu terucap dari mulutnya. Jodha ingin segera bertemu Jalal dan meminta maaf padanya. Tanpa membuang waktu lagi, Jodha bergegas pergi. Teriakan Rekha yang memanggil namanya tidak di hiraukannya. Dia keluar rumah sakit dan mencegat taksi. Dan dengan suara pasti, dia meminta sopir taksi mengantarnya ke kantor Singhania Corp…..Takdir bag 46