Rendezvous bag 2 by Sally Diandra. Begitu Jalal dan Sujamal keluar dari toilet, dilihatnya disana Jodha sedang duduk disebuah sofa yang terletak dilorong menuju ke toilet sambil memijat mijat dahinya dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain memegangi kacamatanya yang terjuntai kebawah dengan mata terpejam sementara headsetnya masih berada ditelingannya “Kamu sakit kepala ?” Jodha segera mendongak dan langsung berdiri kemudian dikenakannya lagi kacamata minusnya “Tidak, saya tidak pusing, bagaimana tuan ... apa harus saya cuci baju anda ini ?” Jodha mencoba mengalihkan pembicaraan dan menunjuk ke kemeja Jalal yang agak basah sebagian “Tidak usah, sudah aku bersihkan nodanya, tidak apa apa”, “Maaf, kalau saya terburu buru tadi ...” tiba tiba headsetnya berbunyi, suara Maan Sigh kembali terdengar “Jodha, kamu dimana ? Madam Benazir mencari kamu dan lagi acara puncak 10 menit lagi, cepat kepanggung !” Jodha mengangguk anggukkan kepalanya sambil memegangi headset ditelinganya “Oke, aku segera kesana” Jalal tau kalau Jodha harus segera meninggalkannya “Maaf, tuan ... saya harus kedalam tapi sungguh saya minta maaf atas ketidak sengajaan saya tadi”, “Maafmu aku terima, ini hanya masalah kecil tapi kita bisa bertemu lagi kan ?” Jodha bisa melihat dari raut muka Jalal, Jalal sepertinya berharap banyak “Saya tidak tahu, maaf ... saya harus pergi dulu, permisi” Jodha segera berbalik dan berlari kearah hall, sementara Jalal dan Sujamal saling berpandang pandangan “See ? Adrenalinku semakin terpacu untuk menaklukkannya” Sujamal tertawa kecil karena biasanya tidak ada seorang wanitapun yang menolak tawaran Jalal.
Sementara itu begitu Jodha sampai dibelakang panggung, Madam Benazir sudah menantinya disana “Darimana saja kamu ? Kenapa lama sekali ?” Jodha meminta maaf sambil menunduk nundukkan kepalanya “Maaf, Madam ... saya tadi baru saja dari toilet sekalian mengecek balon yang buat acara puncak nanti”, “Tapi semuanya beres kan ? Awas ! Jangan sampai ada yang terlewat sedikitpun”, “Iya Madam ... semuanya lancar” hingga akhirnya acara puncakpun berlangsung meriah, semua tamu merasa puas dengan event kali ini, beberapa tamu yang tahu event ini garapan team Madam Benazir segera memberikan selamat ke Madam Benazir bahkan ada beberapa yang langsung membooking untuk event yang mau mereka selenggarakan “Jojo, tolong layani mereka ini yang mau booking untuk event mereka” Jodha yang sudah siap sejak tadi dibelakang Madam Benazir segera mendekati tamu tamu yang ditunjuk Madam Benazir dan mulai berbasa basi dengan mereka sambil meminta kartu nama mereka untuk difollow up lebih lanjut.
Tuan Abdullah sang tuan rumah acara malam itu juga tersenyum puas ke Madam Benazir dan menyalaminya sebagai tanda terima kasih atas hasil kerja teamnya “Untuk pelunasannya, aku urus besok ya dikantormu”, “Baik, dengan senang hati tuan Abdullah, aku akan menanti anda besok tapi nanti urusannya langsung ke Jojo saja” tuan Abdullah hanya tersenyum sambil melirik ke arah Jodha yang masih sibuk melayani tamu tamu yang lain. “Jojo, nanti kamu antar aku pulang ya, badanku pegal semua, nanti biar mobilnya kamu bawa pulang tapi besok pagi harus kamu bawa ke kantor” Jodha segera menganggukkan kepalanya tepat pada saat itu Jodha melihat sosok Jalal dan temannya tadi yang hendak mendekat kearahnya bukan mendekat ke Madam Benazir, menyadari hal tersebut Jodha segera menghindar setelah mohon ijin terlebih dulu ke majikannya untuk membereskan perlengkapan pesta, sementara Jalal hanya bisa terbengong begitu melihat Jodha menghilang dari sisi Madam Benazir dan langsung memutuskan untuk pulang kerumahnya.
“Bagaimana kalau kita minum minum kopi dulu di kafe biasa, bro ?” Jalal menggelengkan kepalanya sambil memikirkan sesuatu “Aku mau pulang saja, Sujamal dan lagi besok ada beberapa klien penting yang harus aku tangani jadi aku ingin tidur cepat biar fresh besok”, “Baiklah, ayooo kita pulang” tak lama kemudian merekapun berlalu ke arah parkir mobil dan berpisah disana tapi sebenarnya yang sangat menyesakkan dada Jalal adalah penolakan dari Jodha yang selalu dilakukannya “Kenapa dia selalu menghindar dari aku ? Apakah dia takut padaku ? Tapi apa yang harus ditakutkan ?” sepanjang perjalanan menuju ke apartemennya, Jalal terus memikirkan Jodha, pertemuannya malam ini benar benar mengusik pikirannya. Sementara itu setelah mengantarkan Madam Benazir kerumahnya, Jodha segera melarikan mobil Madam Benazir menuju kerumahnya sendiri, sesampainya disana, rumahnya sudah sepi, ayah dan ibunya biasa tidur lebih cepat. Begitu memasuki kamarnya, Jodha segera membuka gelung rambutnya dan mengurai rambutnya yang hitam lebat panjang hingga sepinggang, pening dikepalanya sudah sedikit berkurang karena tadi Jodha sudah menyempatkan diri minum aspirin yang sering dibawanya untuk berjaga jaga karena Jodha tahu bagaimana kondisi tubuhnya, yang terkadang bisa merasakan pusing secara tiba tiba bila tubuhnya mulai lelah, setelah membersihkan mukanya dan berganti piyama tidur, Jodha mencoba memejamkan matanya namun bayangan Jalal kembali memenuhi otaknya “Maafmu aku terima, ini hanya masalah kecil tapi kita bisa bertemu lagi kan ?” permintaan Jalal untuk bertemu lagi kembali terngiang dalam benaknya “Kenapa aku harus mengingatnya terus ? Apakah aku sudah gila ?” bathinnya berontak, Jodha sangat berharap bisa mengenyahkan bayangan Jalal dari benaknya, segalanya tentang Jalal membuat Jodha jengah namun bagian terburuknya adalah fakta yang tidak bisa Jodha sangkal sendiri bahwa dia sebenarnya merasakan ketertarikan fisik terhadap si pemilik rambut gondrong berwarna merah itu, Jodha tidak munafik karena bagaimanapun juga laki laki itu memang sangat menarik dan jantan, tapi justru hal itu semakin membuat Jodha membenci Jalal karena menginginkan sesuatu yang tidak mungkin akan dimilikinya, Jodha hanya bisa menggerutu dalam hati hingga akhirnya tertidur.
Selama beberapa hari kemudian, Jodha semakin disibukkan oleh event event yang digarap oleh Madam Benazir bahkan beberapa kali dia harus bolak balik ke luar negeri demi menemani majikannya yang menggarap event sesi foto pre wedding salah satu anak pejabat ternama sekelas menteri, hal ini tentu saja membuat Jodha sedikit demi sedikit bisa melupakan pertemuannya dengan Jalal. Sementara Jalal sendiri juga semakin sibuk dengan klien kliennya yang juga butuh perhatiannya secara serius, banyak acara acara pesta yang Jalal abaikan begitu saja, namun ketika mantan pacarnya Salima peragawati ternama ibukota mendatangi kantornya siang itu, Jalal merasa tidak enak kalau menolak undangannya “Kamu bisa datang kan, Jalal ... aku sengaja membawa undangan ini khusus untuk kamu, yaaa ini semacam launching soft opening sekolah kepribadianku, aku harap kamu bisa datang” Jalal hanya diam saja sambil memandangi undangan yang berwarna peach itu ditangannya “Siapa yang menggarap eventmu ?” tiba tiba saja entah mengapa Jalal jadi ingin tahu siapa EO yang mengurusi event Salima kali ini “Madam Benazir, kenapa ?” Jalal langsung tersentak senang begitu mendengar EOnya Madam Benazir “Tidak apa apa ... aku cuma ... Ingin tahu saja karena tempo hari aku pernah berselisih paham dengan salah satu EO, siapa tahu dia EO yang kamu pakai untuk event ini” Jalal pura pura berbohong didepan Salima padahal sebenarnya hatinya berbunga begitu tahu EOnya adalah Madam Benazir, itu artinya dia bisa bertemu dengan Jodha kembali setelah 1 bulan ini tidak bertemu “Lalu, apakah EO Benazir termasuk salah satu diantaranya ?”, “Ooooh tidak tidak tidak ... fine, aku nggak ada masalah dengan mereka, aku usahakan datang kesana” Salima tersenyum senang “Terima kasih, Jalal ...aku akan menunggumu, oh iya Rahim titip salam untuk kamu, kapan kamu bisa main kerumah kami ?” Jalal tersenyum kearah Salima “Sampaikan salamku juga padanya, kapan kapan aku pasti akan main kesana, untuk saat ini aku sibuk”, “Yaa aku tahu, kalau begitu aku pulang dulu yaa, sampai ketemu nanti” Jalal segera berdiri dan mengantarkan Salima hingga pintu ruang kantornya “Hati hati dijalan ya, sampai ketemu nanti” Salima hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan Jalal dengan anggunnya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hubungannya bersama Salima seorang peragawati ternama yang juga seorang single parent, namun begitu Salima menuntut lebih, menuntut semua perhatian Jalal karena sifatnya yang posesif, Jalal langsung melangkah mundur dan tidak melanjutkan hubungan ini, padahal keakrabannya dengan Rahim anak Salima yang baru berusia 5 tahun itu telah begitu dekat, bahkan Rahim sudah menganggap Jalal sebagai ayahnya sendiri, hanya Jalal yang belum siap untuk semua komitmen tersebut, dirinya masih ingin bebas.
“Jodha !” sore itu ketika Jodha menyempatkan diri untuk membeli beberapa keperluan rumah termasuk sayuran dan buah buahan untuk kedua orang tuanya sepulang kantor, Jodha mendengar namanya dipanggil ternyata Moti sahabatnya sejak SMA juga sedang berbelanja ditoko tersebut “Apa kabar, Mo ? Gimana kabarnya si kecil ?” ujar Jodha sambil mengelus elus perut Moti yang mulai membuncit “Baik, kami baik baik saja, kamu kok nggak pernah main kerumah sih ? Sekarang setelah temennya seleb seleb jadi jarang nongol ya” Jodha menghela nafas panjang sambil tersenyum ke sahabat kentalnya itu “Waktu 24 jam rasanya kurang, Mo ... kalau pas ada event, maklumlah kaum hedonisme, maunya banyak” Moti tersenyum, Moti bisa melihat ada gurat gurat kelelahan diwajah Jodha “Kadang aku iri sama kamu kamu, Mo ... kamu bisa dengan santai dirumah, menikmati kehidupanmu sebagai ibu rumah tangga, aku pengin seperti kamu, kelak kalau aku menikah nanti, aku cuma ingin diam dirumah sambil membesarkan anak anakku”, “Kalau begitu ayooo buruan nikah, usia kamu itu sudah masuk injury time lho !” Jodha langsung mendelik kearah Moti memainkan bola matanya hingga seakan akan mau melotot “Enak aja masuk injury time, belum aaah .... aku kan baru 27 tahun, masih aman” ujar Jodha sambil terus melangkah disepanjang lorong toko kelontong tersebut memilih milih bahan bahan makanan yang dia butuhkan “Dan lagi mana ada sih laki laki yang mau sama aku, seorang wanita yang sederhana, biasa dan punya banyak hutang, hahahaha ...” Jodha menertawai dirinya sendiri “Husss ! kamu itu ngomongnya ... setiap orang itu sudah ditentukan jodohnya masing masing oleh Yang Maha Kuasa, aku yakin suatu saat nanti kamu akan menemukan belahan jiwamu, yakin saja !” Jodha cuma tersenyum sambil merangkul bahu Moti “Aamiin ...” Jodha mengamini ucapan Moti.
“Heiii ... Kalau sama Suryaban gimana ? Kabarnya dia juga belum menikah lho, sejak SMA kan dia sudah suka sama kamu cuma bingung aja mau ngomongnya ke kamu” Jodha kembali membelalakkan matanya yang bulat “Kok kamu tahu dia belum menikah ? Bukannya dia kerja di Papua ?”, “Hmmm ... Gini nih, ketinggalan berita, dia sudah balik sejak 3 bulan yang lalu, dia balik kekantor pusat, tempo hari Todar Mal suamiku sempet ketemu sama dia, dia nanyain kamu begitu tau kalau Todar Mal itu suamiku” Jodha hanya tersipu malu. Jodha memang termasuk orang yang tidak mudah jatuh cinta begitu saja, masa SMA nya saja dihabiskan dengan membaca buku dan pergi ke perpustakaan dimana teman teman sebayanya pada pergi kebioskop dengan pacar mereka masing masing, begitu pula ketika kuliah Jodha hanya bisa sangat dekat dengan seorang laki laki yang bernama Farhan yang dipacarinya selama 5 tahun kemudian meninggal dunia karena penyakit leukimia yang dideritanya, setelah wisuda Jodha sempat bekerja dibeberapa perusahaan dan hanya sedikit juga laki laki yang berusaha mendekatinya karena sikap introvert dan konservatifnya itu sehingga tidak ada yang benar benar dekat dihati Jodha, Jodha memang termasuk tipe wanita yang sangat susah didekati, namun begitu Moti menyadarkannya akan usianya yang sudah masuk masa injury time, sejenak membuat Jodha berfikir, namun lagi lagi ketika Moti menyodorkan Suryaban teman SMA mereka sebagai salah satu alternatif pilihannya, mau tidak mau Jodha mencoba membandingkannya dengan Jalal si Mr. Everything, mereka berdua memang sangat jauh berbeda bagaikan bumi dan langit. “Kenapa aku selalu memikirkannya ?” NEXT