Rendezvous bag 17 by Sally Diandra. “Aku serius, Jodha ... aku akan menutup semua aksesmu untuk berhubungan dengan orang orang disekitarku” ancaman Jalal menyadarkan Jodha bahwa hanya melalui Jalallah dia bisa mengumpulkan pundi pundi emas untuk membantu keuangan kedua orangtuanya, hanya melalui Jalal dia bisa berkenalan dengan orang orang yang berpengaruh yang mungkin bisa saja merubah hidupnya kelak, Jodha sadar saat ini uang sangat berperan penting dalam kehidupan dan cintanya “Harus kuakui kalau saat ini aku membutuhkan orang orang itu untuk langkahku selanjutnya, mencari pekerjaan lain dengan gajiku saat ini rasanya sangat sulit kudapatkan kecuali bertemu kembali dengan dewa penolong seperti Jalal dan parahnya lagi aku sangat menginginkan laki laki ini menjadi milikku, aku akui kalau aku juga mencintainya, sementara dia sebentar lagi mau bertunangan dengan Rukayah, huuufffttttt ...” Jodha menatap Jalal dengan tatapan gamang, dicarinya sebuah kebenaran di kedua bola mata laki laki ini, kebenaran akan kata katanya, Jalal memang tidak pernah main main, dia selalu serius dalam segala hal, tekadnya selalu kuat dan ambisius “Baiklah ... kalau itu maumu tapi aku juga punya penawaran untukmu” Jalal tersenyum nakal “Apa itu ? Katakan saja ?” Jodha berusaha mencari kata kata yang tepat yang hendak diutarakannya “Kamu adalah seorang ahli keuangan, pakar finansial terkenal dan aku sangat yakin kalau kamu pasti bisa memberikan solusi atas permasalahan keuangan yang menimpa setiap klienmu yang membutuhkan nasehat” Jalal terus memperhatikan raut wajah Jodha dengan penuh selidik “So ... sekarang aku ingin kamu membantu permasalahan keuangan kedua orangtuaku, yaaa anggaplah kalao mereka itu adalah klienmu” Jalal mengernyitkan dahinya “Maksudmu, aku harus mengatasi beban finansial mereka ?” Jodha menganggukkan kepalanya mantap “Yup ! Tepat, tuan Jalal ... tapi tidak dengan uangmu, yang aku inginkan dengan otakmu” ujar Jodha sambil menunjuk dahi Jalal sebelah samping “Jadi maksudmu, aku harus bisa memberikan saran atau solusi pada orangtuamu untuk mengatasi beban hutang mereka ?” ujar Jalal sambil tersenyum nakal dengan matanya yang jenaka.
“Yaaa ... tepatnya agar mereka bisa terbebas dari lilitan hutang mereka saat ini, agar mereka bisa menikmati hari tuanya dengan tenang tanpa kepanikan yang terus mendera mereka setiap bulannya, bagaimana ? Kamu sanggup ?” dagu Jodha terangkat keatas seperti menantang Jalal, Jalal tertantang dengan penawaran Jodha, ternyata selain ciumannya yang begitu menggairahkan, Jodha juga sangat cerdas, sebuah permintaan yang membutuhkan pemikiran matang, Jodha memang bukan wanita biasa, bukan hanya seorang asisten Madam Benazir atau pengawas proyek rumahnya, ada sesuatu dalam dirinya yang belum keluar, semuanya masih tertahan, menunggu saat yang tepat untuk meletup dan parahnya Jalal sangat tergila gila pada perempuan ini “Oke deal ! Apakah itu artinya kamu menerima cintaku ?” Jodha segera menggelengkan kepalanya “No no no ! Sampai kamu bisa membuktikan semuanya, membuktikan bantuan saranmu untuk orang tuaku, baru aku akan menjadi milikmu sepenuhnya” Jodha sangat berharap hal ini bisa mengulur waktunya untuk sedikit demi sedikit menjauh dari Jalal, agar dirinya tidak begitu berharap akan pesona laki laki yang memang begitu menggodanya ini “Aku setuju ! Aku akan buktikan padamu my Queen bee !” Jodha bingung “Queen Bee ?”, “Yes, you are ! You are my Queen Bee ! Sejak pertama kali kita bertemu kamu telah menyengat diriku !” Jodha tersenyum sambil teringat sepenggal bait lagu Lorde yang berjudul Royal : Let me be your ruler (Biarkan aku jadi penguasamu) You can call me queen bee (Kau boleh memanggilku ratu lebah) And baby I'll rule, I'll rule, I'll rule, I'll rule (Dan aku kan berkuasa sayang) Let me live that fantasy (Biarkan kuhidupkan fantasi itu) “Mari kita mainkan permainan ini tuan Jalal” bathin Jodha dalam hati.
Seharian itu Jodha habiskan dengan bercengkrama bersama keluarga Jalal, Jodha mulai bisa berbaur dengan mereka terutama dengan saudara perempuan Jalal, Bhaksi dan Zhannas juga cucu cucu ibu Hamida. Tidak jarang Jalal dan Jodha sering curi curi pandang ketika mereka sedang berkumpul bersama keluarga Jalal, Jodha sangat menikmati kebersamaannya bersama keluarga Jalal apalagi ketika Raavi dan Sujamal juga ikut bergabung bersama mereka, suasana menjadi semakin seru. Satu moment yang sempat membuat keluarga Jalal berdecak kagum ketika Jodha menyanyikan sebuah lagu didepan mereka, tanpa sengaja ketika Jodha mencoba mengajari keponakan Jalal bermain gitar tiba tiba ayah Jalal, pak Humayun memintanya untuk menyanyikan sebuah lagu “Kamu bisa main gitar juga, Jodha ?”, “Yaa baru lumayanlah, pak” saat itu hari sudah menjelang sore dan keluarga besar Jalal sedang menikmati lezatnya durian dikebun mereka “Kalau begitu nyanyikan satu lagu buat kami” tiba tiba pak Humayun meminta Jodha untuk menyanyikan sebuah lagu untuk mereka, kebetulan saat itu Jalal sedang asyik membuka buah durian ditemani oleh Rukayah dan ibu Hamida, sedangkan Jodha sedang berkumpul dengan anak anak dari Adam dan Bhaksi “Iyaa tante, nyanyikan satu lagu buat kami, jangan papa terus yang nyanyi, bosen !” celetuk salah satu anak Adam yang bernama Haidar, semua yang mendengar tertawa, Jalal malah tidak begitu peduli dengan obrolan mereka. Akhirnya Jodha mencoba menyanyikan sebuah lagu dari Diana Ross yang berjudul When You Tell Me That You Love Me, lagu itu memang sengaja dipilih Jodha untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya yang dia rasakan hari ini ke Jalal.
Jodha mulai memetik dawai dawai gitar dan menyanyikan lagu tersebut, semua yang sedang hadir disana mulai terusik oleh suara Jodha yang merdu terutama pak Humayun yang langsung suka dengan penampilan Jodha, sementara yang lainnya juga ikut menikmati alunan gitar Jodha, sementara Jalal hanya menatap Jodha dari kejauhan dengan penuh cinta sambil menikmati buah durian yang baru saja dikupasnya, apalagi ketika pada bait reffrain tedengar kedua mata mereka saling bertatapan, Jodha sengaja melirik kearah Jalal yang terus memandanganya ketika dia menyanyikan bait “Everytime you touch me (setiap kali kau menyentuhku) I become a hero (aku merasa seperti seorang pahlawan) I’ll make you safe (Aku akan membuat kamu merasa nyaman) No matter where you are (tidak peduli dimana kamu berada) And bring you (dan membawamu) Everything you ask for (semua yang kamu minta) Nothing is above me (tidak ada yang menyulitkan aku) I’m shining like a candle in the dark (aku bagaikan cahaya lilin ditengah kegelapan) When you tell me that you love me (ketika kamu mengatakan bahwa kamu mencintai aku)” Jalal tersenyum senyum sambil terus memperhatikan Jodha sementara saudara saudara lainnya langsung memberikan applause dan pujian ke Jodha tidak terkecuali ibu Hamida yang juga mengakui kepiawaian Jodha dalam bermain gitar dan menyanyi.
Malam harinya sekitar pukul 10 malam, Jodha tiba dirumahnya bersama Jalal, ketika Jalal hendak turun dari mobilnya, Jodha segera memegang tangan Jalal “Nggak usah ! Aku bisa turun sendiri dan lagi kamu nggak usah ikutan turun, sudah cukup disini saja, terima kasih”, “Jangan lupa katakan pada ayahmu untuk datang kekantorku besok selasa, aku tunggu”, “Oke, pasti nanti akan aku sampaikan, terima kasih buat semuanya” Jalal menatap Jodha dengan penuh cinta “Hanya itu ?” Jodha tau maksud Jalal “Yaa, hanya itu, selama kamu belum bisa membuktikan ke ayahku kalau kamu bisa mengatasi persoalan finansialnya, kamu tidak boleh menciumku seperti tadi pagi” Jalal tertawa nakal “Kalau aku memaksa ?”, “Aku akan menamparmu !” ujar Jodha ketus “Ternyata kamu galak juga ya, tapi aku suka ratu lebah yang galak tapi terus terang tadi pagi kamu sangat menggairahkan, jujur aku belum pernah sangat bergairah seperti tadi, kamu bikin aku ketagihan !” Jodha langsung menghindar begitu Jalal hendak mendekatkan wajahnya “Eiitsss ! No no no tuan Jalal ! Ingat perjanjian kita dan kalau kamu ketagihan, kamu harus menikahi aku dulu !”, “Aku pasti akan melakukannya nona Jodha ! Tunggu saja nanti, aku pasti akan melamarmu dan membawamu ke dalam guaku !” Jodha mengernyitkan dahinya “Gua ?” Jalal mengangguk mantap sambil tersenyum menggoda.
“Yaa ... asal kamu tahu saja, setiap melihatmu, naluri manusia guaku selalu muncul, aku selalu ingin menikmati dirimu didalam guaku, seperti manusia purbakala jaman dulu, dimana para laki laki manusia gua selalu bisa membawa gadis pilihannya untuk dinikmatinya sendiri didalam rumah guanya dan itu pernah ingin kulakukan ketika kamu pingsan setelah kamu dipecat oleh Benazir” ujar Jalal dengan senyuman mautnya.
“Kamu sinting !” Jalal tertawa terpingkal pingkal melihat raut muka Jodha yang lucu “Sudah malam, terima kasih buat semuanya, see you” Jalal segera meraih tangan Jodha ketika Jodha hendak membuka pintu mobil kemudian langsung diciumnya tangan Jodha dengan lembut, Jodha hanya bisa diam membisu “Aku selalu serius dengan ucapanku” Jodha hanya menatapnya dengan pandangan ketus “Kamu memang aneh, freak !” senyum maut Jalal kembali terukir diwajahnya “Tapi kamu suka kan ?” Jodha segera melepaskan tangannya dari tangan Jalal “Jangan lupa besok kamu akan aku antar ke teman translantorku, aku sarankan lebih baik kamu pakai baju yang berwarna dan jangan coklat ! Aku juga lebih suka kalau rambutmu diurai, lebih sexy” ujar Jalal sambil menatap Jodha dengan sorotan tajam mata elangnya “Oke, akan aku ingat itu, jangan coklat, thanks ! Selamat malam” Jodha segera membuka pintu mobil dan bergegas masuk kerumahnya tanpa membalikkan badan untuk melihat Jalal, sementara Jalal terus memperhatikan Jodha hingga menghilang dibalik rumahnya. Rendezvous bag 18 by Sally Diandra