First Kiss bag 9 by Tatah Bunda Qirania. Jodha dan Jalal siang itu menjadi hari yang sangat sibuk untuk mereka. Jodha datang ke Akbar Company untuk menandatangani kontrak. Banyak yang berbisik karena Jodha hanya memakai kaos dan Jeans. Insiden penelantaran di jalan membuatnya harus datang lebih lama dan tidak sempat berganti pakaian kantor.
Jodha menaiki lift dan langsung menuju ke Ruang rapat. Para investor memberikan salam ketika Jodha memasuki ruangan rapat.
“ Oh nona Jodha, AH maaf salah Nyoya Akbar. Anda lebih terlihat fress memakai pakaian itu” Jodha tidak tahu ucapan investor dari Dubai ini memuji atau mengejek. Yang Jodha lakukan hanya tersenyum membalas nya.
Jodha duduk dan Rapat pun di mulai.
Ruqaiyah dengan berlinang air mata dia kembali ke rumah. Dia membanting seluruh benda yang ada di kamarnya.
“ ternyata kaku juga mempermainkan ku Jalal, aku tidak menyangka kau begitu kejam, KAU KEJAM JALAL” Ruqaiyah berteriak dan menangis terseduh-seduh. Dia tidak bisa membayangkan akan kehilangan Jalal dengan cara menyakitkan seperti ini. Dia yang dulu kekasih Ruqaiyah kini berubah menjadi Anak Tiri nya, lelucon macam apa ini Ruqaiyah pun tidak tahu apa siasat Jalal. Kini Ruqaiyah mempunyai ambisi lain. Ambisi yang sudah terlewat batas.
Jalal dan Jodha keluar dari ruang rapat setelah 3 jam bedebat tentang rencana pembukaan wahana wisata. Jodha sudah sangat lelah dan lapar Jalal yang melihatnya langsung menggandeng tangan Jodha dan membawanya pergi.
“ Kau mau makan apa? Akan aku antar” Tanya Jalal kepada Jodha. Dia agak sedikit merasa bersalah karena menelantarkannya. Tapi Jodha tidak menanggapinya, Jodha hanya menyandarkan kepalanya ke jendela mobil dan memejamkan matanya. Jalal pun akhirnya diam dan melajukan mobilnya menuju ke rumah.
Sesampai di rumah Jodha keluar dari mobil dan berjalan ke kamarnya tapi tiba-tiba Jodha pingsan. Jalal yang melihat itu langsung bergegas membawa Jodha ke tempat tidur
“ Jodha.. Jodha aku mohon bangun lah.” Jalal membelai wajah Jodha yang pucat. Badannya pun sekarang sedang demam.
“ CEPAT PANGGILKAN DOKTER!” Jalal berteriak kepada pelayannya. “ Maafkan aku, aku sangat keterlaluan tadi aku mohon bangun lah” Jalal merasa sangat menyesal dengan perlakuannya tadi. Dan akhirnya air mata sang Jalaludin pun terjatuh.
30 menit dokter pun akhirnya datang. Dokter itu terlihat sudah sangat tua. Dia adalah dokter pribadi keluarga Jalal.
“ Bagimana dokter apa dia baik-baik saja?” tanya Jalal
“ Kau ini suaminya bagaimana bisa kau itu membiarkannya terlalu stress dan tidak makan seharian?” Dokter itu memarahi Jalal. Jalal hanya menundukkan kepalanya.
“ Dia terlalu stres dan kelelahan di tambah lagi pola makan yang asal, aku akan berikan obat dan juga ini obat untuk kesuburan. Jika dia terlalu stress dia juga tidak bisa hamil” Jalal terkejut mendengar ucapan dokter itu.
“ kau ini terlalu cerewet dokter” oceh Jalal yang hanya di tanggapi dengan senyuman oleh dokter itu. Setelah memberikan resep, dokter itupun kemudian pergi. Jalal menyuruh Mrs Khan untuk menyiapkan bubur buat Jodha.
matahari sudah berada di ufuk barat. Jodha akhirnya tersadar, Jalal yang melihatnya pun langsung mendekati Jodha.
“ Kau sudah bangun?” Sapa Jalal yang sudah duduk di ujung tempat tidurnya. Jodha hanya memegangi kepalanya dan tak berniat sekali pun menjawab pertanyaan Jalal.
“ ini makanlah. Kau tidak makan seharian tadi “ Jalal memberikan suapan sesendok bubur kepada Jodha tapi Jodha tetap tidak bergeming. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Jalal tau kalau Jodha benar-benar marah padanya. Jalal memutuskan untuk keluar kamar dan meninggalkan Jodha sendiri.
Didalam kamar Jodha tidak menyentuh makanan itu sampai akhirnya terdengar suara ketukan pintu. Jodha menyuruhnya masuk dan ternyata dia adalah Ibu Jalal. Jodha dengan bingung menatap perempuan itu. Dia berniat untuk berdiri tetapi Ibu Jalal melarangnya.
“ tidak sayang, jangan berdiri kamu masih sakit” larangnya. Ibu Jalal yang biasa dipanggil Ami Ja’an itupun duduk dan di sebelah Jodha dan menyuapi Jodha. Jodha merasa tak enak hati.
“ Aku ini ibunya Jalal. Anak nakal itu baru saja menelpon ku agar bisa merawatmu karena ibu berada di sini mulai dari kemarin. Maaf ya ibu gak mengikuti pernikahan kalian. Anak itu terlalu mendadak , masa besok kalian menikah dah baru hari ini ibu di kabari? Dasar anak nakal.” Oceh Ami Ja’an itu. Jodha hanya tersenyum sambil menerima suapan dari nya.
“ Tidak ibu akulah yang harus minta maaf, maaf tidak memperkenalkan diri harusnya setelah resepsi aku berkunjung ke ibu.” Sesal Jodha.
“ Baiklah kalau kalian memang ingin meminta maaf ibu akan maafkan tapi dengan satu syarat” ucap Ami Ja’an dengan senyum simpul di wajahnya.
“ Syarat? Apa itu syaratnya?” Jawab Jodha dengan raut wajah yang bingung.
“ Kau dan Jalal harus menuruti keinginan ibu untuk bulan madu ke Swiss” mendengar ucapan itu Jodha langsung ingin menolaknya tapi melihat kemarahan Ami Ja’an nyali Jodha menciut.
Ruqaiyah kali ini duduk berhadapan dengan seseorang perempuan di salah satu restoran. Entah apa yang mereka bicarakan. Perempuan itu menyerahkan beberapa dokumen kepada Ruqaiyah. Sejenak Ruqaiyah membacanya dan senyum misterius mulai terpancar di wajahnya.
Jodha sudah dua hari harus istirahat di rumah. Jalal melarang keras dia keluar rumah apalagi untuk bekerja. Moti Bai kali ini mengunjungi Jodha. Dia sangat senang bisa bertemu Jodha.
“ Jodha gimana keadaan mu sekarang?”
“ Aku baik-baik saja, oh ya apa ada tugas kampus? Sini berikan padaku apa saja tugasnya” Jawab Jodha sambil menyeruput secangkir teh di meja tamu yang luas.
“ kau ini masih memikirkan kampus saja. Eh penggemarmu selalu menanyakanmu apa yang harus aku lakukan?” ujar Moti sambil menunjukan ekspresi protesnya.
“ Penggemar?” Tanya Jodha dengan alis berkerut
“ Iya si calon dokter itu” jawab Moti “ dia selalu menanyakanmu dan yang terakhir dia malah tanya nomo Hp mu ketika dia tahu kalau kamu sakit”
“ HAH? Kamu gak memberi nomor ku kan?” Jodha mengintrogasi Moti. Sahabatnya satu itu bisa terbilang bermulut nyi-nyir.
Moti hanya tersenyum ketika ditanya Jodha. Sontak Jodha langsung memukul wajahnya dengan bantal dengan kesal dia memarahi temannya itu “ KAU INI YA SELALU MEMBUAT MASALAH!”
Di kantornya, Jalal menatap layar kecil itu. Berapa hari yang lalu Jalal menemukan hp Jodha ketika Jodha pingsan. Jalal akhirnya menghidupkannya. Beberapa menit kemudian HP Jodha mulai menunjukkan aktifitasnya. Beberapa sms mulai masuk, Jalal ragu akan membukanya. Tapi akhirnya ego mengalahkannya. Tampak di sana Sms dari Sekretarisnya yang melaporkan pekerjaannya. dan juga Moti yang melaporkan tentang tugas kuliahnya. Jalal merasa lega sepintas terlukis senyum tipis di wajahnya.
Jalal meletakkan Hp itu kemudian melanjutkan pekerjaannya. Sang sekretaris memasuki ruangannya dan melaporkan kalau rapat akan segera dimulai. Jalal mengangguk dan kemudian berjalan meninggalkan kantornya tapi langkahnya terhenti ketika terdengar suara asing Jalal mencari sumber bunyi itu dan ternyata berasal dari Hp Jodha. Alisnya berkerut mendapati nomor tidak dikenal di sana. Jalal akhirnya menekan tombol YES
“ Hallo Jodha” sapa seseorang di seberang
Muka Jalal berubah menjadi keras ketika mengetahui itu adalah seorang laki-laki
“ siapa?” jawab Jalal dingin
“ Oh maaf, benar ini nomor Jodha?” tanya pemuda itu
“ iya, kamu siapa?”
“ saya Mirza, saya dengar katanya Jodha sakit, saya cuma mau tanya alamat nya dimana saya mau menjenguknya”
Jalal terdiam ketika mendengarkan penjelasan dari Mirza, dia bingung mau menjawab pertanyaan itu. Terdengar suara Mirza yang memanggil “ Halo, halo tuan, anda ini siapa? halo.. halo”
“ Saya... Suami Jodha” jawaban Jalal mengakhiri sambungan Telp itu.
Mirza termenung mendengarnya. “ Suami? Tidak mungkin” itu sepenggal kata yang ada di benak Mirza.
Ruqaiyah berjalan dengan langkah lebar. Menyusuri lorong-lorong Rumah Sakit. Hari ini dia mendapatkan kabar bahwa Ayahnya telah sadar.
“ Ayah” sapa Ruqaiyah setelah sampai pada kamar perawatan. Ayah Ruqaiyah Mr. Pratap menyunggingkan senyum ketika mengetahui Ruqaiyah.
“ Maaf Ayah membuatmu menderita nak” ucap nya lemah
“ Tidak ayah, ayah harus kuat dan sehat terus aku akan mengembalikan posisi ayah ke semula, aku sudah memegang dokument yang bisa melemahkan komisaris sombong itu” ucap Ruqaiyah dengan bangga “ sudah cukup aku dan ayah tertindas dengan ini mereka akan tunduk dengan kita”
“ dokumen apa itu nak?” tanya sang ayah tak mengerti
“ ayah tidak perlu tahu, ayah cukup istirahat dan sehat seperti dulu” Ruqaiyah mencoba menenangkan Mr. Pratap yang cemas dengan rencananya.
Hari sudah petang 19.00 Jalal sudah sampai di rumahnya. Dia memasuki kamar dan bertemu Jodha yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.
“ Kau sedang apa?” tanya Jalal yang baru masuk dan meletakkan tas di mejanya.
“ Aku menyelesaikan tugas kuliah ku, kau cepat mandi lah, ibu sudah menunggumu untuk makan malam” ucap Jodha tanpa mengalihkan pandangannya dari buku-buku.
“ Lalu kau” Tanya Jalal
“ Aku akan menyusul nanti” jawab Jodha singkat. Jalal berjalan kearah jodha lalu mengambil bulpointnya. Jodha yang kaget akhinya melotot ke Jalal.
“ Turunlah kita makan bersama, kau tidak boleh telat makan” ucap Jalal enteng lalu berlalu ke kamar mandi.
Jodha terhenyak mendengar perkataan Jalal itu. Jalal yang dia kenal sangat usil tapi kali ini dia jauh lebih pendiam. Jodha memutuskan untuk turun ke Ruang makan dan menunggu Jalal di sana. Jalal sudah selesai mandi dan langsung ikut bergabung dengan ibu dan Jodha untuk makan malam.
“ Jalal aku sudah memesankan tiket kalian di Swiss kalian akan berangkat hari sabtu besok” Ujar Ami Ja.an
“ Ke Swiss buat apa ibu?” Jalal dengan bingung menatap Jodha. Tapi Jodha hanya tertunduk.
Ami Ja’an merasa kesal dengan Jalal “ Ya Tentu saja buat bulan madu kalian, kau ini jangan terlalu memikirkan pekerjaan saja”
“ Tapi Jodha baru sembuh dia belum pulih, kita pergi habis lounching project saja ibu” Tolak Jalal dengan tegas. Sang ibu akhirnya menelan kekecewaannya. Jodha menatap keduanya dengan pandangan sedih. Di satu sisi dia tidak membahagiakan mertua, di sisi lain dia membuat Jalal tidak menuruti ibu nya.
“ apa kau tidak bisa saja menerima permintaan ibu mu?” ujar Jodha setelah sampai ke kamar bersama Jalal.
“ kenapa? Apa kau menginginkan bulan madu dengan ku” goda Jalal yang langsung dibalas pukulan bantal oleh Jodha.
“ Bukan seperti itu, aku tidak ingin mengecewakan ibu. Apalagi kita belum meminta restunya” ucap Jodha meyakinkan Jalal
“ kau baru sembuh. Swiss sangat dingin kau bisa demam lagi” tolak Jalal
“ kalau begitu kita ke Paris saja, aku ada sesuatu yang harus aku ambil di sana” sepintas Jalal menatap Jodha sebal karena Jodha sangat keras kepala. Tapi akhirnya dia menuruti kemauan Jodha. Ami Ja’an pun tidak keberatan dengan rencana itu. First Kiss bag 10 by Tatah Bunda Qirania