Rendezvous bag 39 by Sally Diandra. Jalal segera mengambil kotak transparant berwarna pink yang ditemukannya tadi siang dan ditunjukkannya ke Jodha “Kamu tahu apa ini ? Bisa katakan padaku ?” Jodha terperangah melihat Jalal membawa kotak transparant itu “Kenapa kotak itu bisa ada ditangan Jalal ?” bathin Jodha dalam hati, saat itu Jalal bangun dan bergeser ke tepi ranjang kemudian berdiri, sementara Jodha masih tetap pada posisinya duduk ditepi ranjang “Jalal ... biar aku jelaskan” Jodha mulai memberanikan diri membuka pembicaraan
“Apa yang harus dijelaskan, Jodha ? Kenapa penjelasan selalu datangnya terlambat setelah semuanya terbongkar ? Kenapa tidak dari dulu kamu mengatakan padaku buat apa pil KB itu ? Kenapa ? Kenapa ? Kenapa, Jodha ?” suara Jalal mulai meninggi, rahangnya mengeras dengan mata melotot membuat Jodha bergidik ketakutan, Jodha tahu kalau Jalal sedang marah akan sangat menakutkan dan malam ini Jodha bisa merasakan hal itu.
“Aku ... aku .. aku minta maaf, Jalal ... aku akui aku memang salah dengan memutuskan secara sepihak dengan meminum pil KB itu” belum juga selesai Jodha menjelaskan duduk persoalannya, Jalal sudah memotong dengan teriakannya yang lantang “Jadi benar kamu meminum pil KB itu ? Jadi benar kamu ingin menunda kehamilanmu ? Apakah ini semua ada hubungannya dengan pekerjaanmu ? Jadi kamu lebih memperioritaskan pekerjaanmu ketimbang keluarga baru kita ?” teriakan Jalal menggelegar diseluruh ruangan, Zakira yang berada dibawah di ruang makan bersama Shivani dan Tejwan hanya bisa bertanya tanya
“Apakah mereka berdua sedang bertengkar, Shivani ? Kamu dengar kan suaranya ?” Zakira mencoba memasang telinga lebih tajam untuk mendengarkan pembicaraan Jodha dan Jalal dilantai atas “Iyaaa, aku hanya mendengar suara tuan Jalal lamat lamat, memang terdengar agak keras “Apakah kita perlu kesana untuk merelainya, Zakira ?”, “Jangan !” Tejwan langsung memotong ucapan Shivani “Kita tidak usah ikut campur urusan mereka, aku yakin mereka bisa mengatasi sendiri persoalan mereka” Zakira menganggukkan kepalanya “Iya benar, seperti yang dikatakan Tejwan, kita disini saja menunggu sampai semuanya reda tapi apa yang menyebabkan tuan Jalal marah begitu hebat ?” ujar Zakira sambil menikmati es sirop buatan Shivani “Iyaa, walaupun kita nggak begitu jelas mendengar pembicaraan mereka tapi kedengarannya tuan Jalal marah sekali, apakah mungkin gara gara pil KB itu ya ?” Shivani terlihat cemas sambil teringat apa yang Jalal temukan tadi siang ketika membongkar laci laci di lemari buffet diruang tengah.
“Pil KB ?” Tejwan dan Zakira bertanya berbarengan dengan rasa penasaran yang sama “Pil KB apa, Shivani ?” akhirnya Shivani mulai menceritakan penemuan Jalal tadi siang pada Zakira dan Tejwan, keduanya terperangah begitu mendengar cerita Shivani. Sementara itu di kamar Jodha dan Jalal “Jalal, tenang dulu ... aku akan jelaskan semuanya, iya memang aku meminum pil KB itu, iya memang aku bermaksud menunda kehamilanku, itu semua memang ada hubungannya dengan kontrak kerjaku dengan Lamour’” tiba tiba tanpa Jodha duga Jalal berteriak sangat keras “Aaarrrgggghhhhh !!!!” teriak Jalal sambil membanting kursi dan meja yang ada dikamar mereka.
Jodha semakin ketakutan namun dikuatkan dirinya agar mampu menghadapi kemarahan Jalal “Kamu keterlaluan, Jodha !” teriak Jalal dengan emosi yang semakin meningkat mendekat kearahnya dan melemparkan Jodha ke dinding kamar, Jodha jatuh tersungkur, Jodha tidak mengira kalau Jalal akan seperti ini marahnya, Jodha menangis namun tetap dikuatkannya hatinya untuk menjelaskan persoalan yang sebenarnya
“Jalal, aku mohon kendalikan emosimu, semua ini kulakukan bukannya tanpa alasan, aku melakukannya dengan sebuah alasan” ujar Jodha sambil menangis dan terduduk dilantai, sementara Jalal duduk ditepi ranjang dengan nafasnya yang tersengal sengal “Aku melakukan itu untuk pemulihan nama baikku diluar, kamu tahu kan namaku selama ini bagaimana diluaran setelah insiden diskotik Cassanova ? Terus terang aku merasa risih dengan pemberitaan di media itu yang mengkait kaitkan namaku dengan sesuatu yang kotor seperti jaringan Jakarta Undercover, kamu tahu kan kalau telfonku selalu berdering hanya dari orang orang yang menanyakan berapa tarifku semalam kalau menemani mereka tidur” Jodha masih terus menangis sambil menjelaskan alasan sebenarnya
“Tapi semua itu akan sirna setelah kamu menikah denganku, Jodha !” suara Jalal terdengar datar dan dingin saat ini “Yaa, memang aku akui begitu aku menikah denganmu, presepsi orang selama ini tentang aku sedikit demi sedikit mulai sirna tapi aku juga ingin membuktikan melalui karierku, aku ingin mereka tidak memandangku sebelah mata karena brand yang aku bawa ini adalah produk luar negeri, produk yang sudah sangat terkenal di dunia dimana mantan brand ambasadornya saja adalah model model ternama, aku merasa ini merupakan titik balik kebangkitkanku”
Jodha menyeka airmata yang mulai membasahi pipinya “Dan untuk mencapai semua itu, kamu harus mengorbankan aku suamimu ?” mata elang Jalal menatap kearah Jodha tajam “Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu, karena aku pikir kalau aku tidak hamil selama setahun, itu masih bisa dimaklumi tapi ...”, “Tapi kamu tidak mengatakannya padaku terlebih dulu ! Itu masalahnya ! aku tidak menyangka, Jodha .... kamu bisa tega seperti itu” Jodha menggeleng gelengkan kepalanya menatap ke arah Jalal yang masih menatapnya tajam sambil menahan amarah.
“Aku minta maaf ... aku minta maaf, sayang ...” Jalal mendekat ke arah Jodha “Seharusnya kamu menceritakan semuanya padaku, Jodha ! Karena bagaimanapun juga keputusanmu itu berhubungan dengan aku suamimu ! Aku suamimu, Jodha ! Seharusnya kamu meminta pendapatku terlebih dulu ! Kamu benar benar mengecewakan aku !” suara Jalal kembali terdengar meninggi
“Aku minta maaf, Jalal ... aku menyesal, aku sangat menyesal telah berbohong sama kamu selama ini dan aku lebih menyesal lagi ketika tahu kalau ada seseorang yang memanfaatkan surat kontrakku itu” mata Jalal menyalang menatap Jodha “Tidak usah mengalihkan pembicaraan !” teriak Jalal, Jodha masih terisak disela tangisannya dan berkata “Aku mengatakan yang sebenarnya, Jalal ... tadi sore aku bertemu dengan tuan Abumali, dia meminta aku untuk mengambil berkas berkas tender ibumu dan sebagai balasannya dia akan menutup rapat perjanjian rahasiaku dengan Lamour’, aku benar benar tidak percaya ternyata ada yang memanfaatkan kelemahanku ini, ini yang membuat aku semakin menyesal, kenapa aku mau begitu saja menuruti keinginan mereka, kalau akhirnya begini” ujar Jodha dengan nada sedih
“Tapi itu semua tidak ada gunanya lagi, Jodha ! Karena kamu telah membohongi aku suamimu ! Rumah tangga seperti apa yang akan kamu bangun kalau diawali dengan sebuah kebohongan ! Aku benar benar kecewa padamu, Jodha !” suara Jalal kembali meninggi “Sekarang lebih baik kamu pergi dari sini ! Untuk sementara waktu aku tidak ingin melihat wajahmu !” Jodha terperangah menatap kearah Jalal yang kembali duduk ditepi ranjang
“Jalal ... aku ...” Jalal langsung menunjuk ke arah pintu kamar “Keluar dari sini, Jodha ! Jangan sampai aku mengatakan kata kata yang tidak ingin kamu dengar ! Pergi !” Jodha segera menyeka air matanya, tidak ada gunanya merayu Jalal saat ini, Jodha tau kalau Jalal begitu terluka akibat perbuatannya, Jodha segera berdiri dan melangkah keluar menuju ke pintu kamarnya sambil menyambar tas yang teronggok dilantai sedari tadi, begitu sampai dipintu kamar, kembali Jodha menoleh kearah Jalal yang masih termenung kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang, Jodha menghela nafas dalam, bergegas keluar kamar menuju ke ruang makan, dilihatnya Zakira masih berada disana “Zakira, ayo ikut denganku” Zakira bergegas mendekati Jodha “Tejwan, mobilnya aku bawa dulu” Shivani dan Tejwan sesaat terperangah melihat Jodha yang hendak pergi malam itu juga.
“Nyonya Jodha, anda mau kemana ?” pertanyaan Shivani menghentikan langkah Jodha “Aku pergi sebentar, nanti aku kembali” Jodha segera menuju ke garasi diikuti oleh Zakira, Shivani dan Tejwan. Tejwan bergegas membuka pintu gerbang, sementara Zakira dan Shivani menunggunya diluar pintu gerbang, sedangkan Jodha mulai memundurkan mobil Porche Macan hitamnya yang dibelinya dari honornya menjadi brand ambasador Lamour’, begitu sampai dijalan didepan rumahnya, Zakira menyusul duduk disebelah Jodha dan tak lama kemudian mobil Porche Macan hitam Jodha segera melesat menembus pekatnya malam.
Sepanjang perjalanan Jodha hanya diam saja, tidak ada kata kata yang keluar dari mulutnya, sesekali tangannya menyeka air mata yang membasahi pipinya, Jodha masih teringat bagaimana Jalal marah padanya, bagaimana Jalal membanting tubuhnya ke dinding, semuanya masih membekas di ingatan Jodha, Zakira yang duduk disebelahnya bisa melihat Jodha sedang menahan kesedihannya, ingin rasanya Zakira bertanya tapi diurungkan niatnya, Zakira tidak ingin ikut campur dengan permasalahan Jodha kalau Jodha sendiri tidak mau membuka diri untuk menceritakannya ke Zakira sebagai asisten pribadinya.
Sesampainya di rumah Zakira “Terima kasih, Jo” Jodha hanya mengangguk tanpa berkata apa apa namun ketika Zakira hendak membuka handle pintu mobil, Jodha menelungkupkan wajahnya di setir mobil, tangis Jodha mulai pecah, Jodha menangis sesenggukkan menahan sakit didadanya, Zakira benar benar merasa iba dengan apa yang dialami Jodha, rasanya ada penderitaan yang begitu mendalam “Jo, aku rasa lebih baik kamu menginap dirumahku dulu, hari sudah malam, tidak baik kalau kamu berada diluar seperti ini, apalagi dengan keadaanmu yang seperti ini” Jodha mendongakkan wajahnya menoleh ke arah Zakira sambil menyeka air matanya “Aku tidak apa apa, Zakira ... aku baik baik saja” Zakira menggelengkan kepalanya
“Tidak ! Kamu tidak baik baik saja ! Aku tidak mengijinkan kamu pergi sendirian, kalau kamu mau pergi, aku ikut ! Aku memaksa, Jo ! Karena bagaimanapun juga keselematanmu adalah tanggung jawabku ! Aku akan sangat menyalahkan diriku sendiri kalau sampai terjadi sesuatu padamu !” Jodha hanya tersenyum sambil kembali menyeka air matanya “Kamu memang keras kepala, Zakira” Jodha berusaha tertawa didepan Zakira
“Kamu juga ! Kamu juga suka sekali keras kepala ! Aku mohon Jodha, menginaplah dirumahku, tidak ada siapa siapa yang ada di rumah hanya ibuku saja, ayooolah ...” pinta Zakira sambil memegang tangan Jodha. Jodha menghela nafas panjang “Baiklah kalau kamu memaksa, aku turuti keinginanmu dan lagi aku juga sudah mengantuk” Zakira tersenyum ketika Jodha akhirnya menuruti keinginannya. Rendezvous bag 40 by Sally Diandra.