Rendezvous bag 31 by Sally Diandra

Rendezvous bag 31 by Sally Diandra. Ketika dalam perjalanan menuju ke mansion tuan Humayun tiba tiba ponsel Jodha kembali berdering “Dari siapa lagi ?” kali ini Jalal selalu panik begitu ponsel Jodha berbunyi “Ini dari Bella, aku angkat dulu ya, “Hallo Bella”

“Hallo Jodha, kamu sudah dengar kabar tentang Kevin ?” suara Bella terdengar parau diujung sana, Jodha merasa iba karena sebenarnya Bella sangat mencintai Kevin namun Kevin tak membalas cintanya

“Aku sudah tahu, Bella ... ini aku baru pulang dari kantor kepolisian, kamu sudah pulang dari Lombok ?” Jodha berusaha setenang mungkin menjawab pertanyaan Bella

“Sebenarnya aku masih ada job disana tapi begitu temenku ngasih kabar soal Kevin, aku segera balik ke Jakarta, ini aku sudah dirumah sakit, aku baru saja dari kamar mayat melihat jenazahnya” Bella mulai menangis

Redenvouz“Bella, tenang, Bel ... aku turut berduka atas apa yang terjadi pada Kevin, lalu apakah keluarganya sudah tahu ?” Jodha jadi merasa nggak enak dengan Bella karena bagaimanapun juga kematian Kevin ada hubungannya dengan dirinya

“Pihak kepolisian sudah memberitahu keluarganya, kabarnya besok mereka baru bisa datang dan langsung membawa jenazah Kevin pulang ke Perancis” ujar Bella dengan suara paraunya sambil terisak

“Jadi Kevin dimakamkan di Perancis ?”, “Jodha, siapa yang telah membunuh Kevin ? Seingatku Kevin itu nggak punya musuh, dia itu orang baik bahkan terlalu baik menurutku, kenapa dia bunuh, Jo ?” Bella menangis pilu diujung sana, Jodha semakin merasa bersalah terhadap almarhum Kevin dan Bella, dua orang yang telah melihat membantu kesuksesannya dari awal Jodha meniti karier

“Bella, aku juga nggak tahu siapa yang membunuh Kevin, aku juga sedih tapi aku sangat berharap orang itu bisa segera tertangkap dan dipenjara seumur hidup kalau perlu ! Sudah Bel, jangan menangis ... aku tau kamu sayang banget sama Kevin, aku harap kamu ikhlas dan sabar yaa, besok aku usahakan untuk datang mengantar kepergian Kevin, nanti kamu bisa sms aku alamatnya, oke ?” tepat pada saat itu mobil Jalal sudah memasuki pelataran rumah tuan Humayun

“Bella, sorry banget ini aku sudah sampai, nanti ngobrolnya kita lanjutin lagi ya”, “Baiklah, see you” terdengar suara telfon terputus. Sesampainya digarasi mobil, Jodha segera keluar dari mobil Jalal, tiba tiba saja jantungnya berdetak sangat kencang, sesaat Jodha berhenti merasakan irama jantungnya yang mulai menari

“Ada apa ?” Jodha hanya menggelengkan kepalanya ketika Jalal melihat kearahnya dan memberikan kode untuk masuk kedalam rumah, Jodha segera menghampirinya dan menyambut tangan Jalal yang kemudian menggandengnya masuk kedalam rumah tuan Humayun.

Sesampainya didalam rumah tepatnya diruang keluarga, Jodha bisa melihat semua keluarga Jalal hadir disana, ayah, ibu berserta kakak dan adiknya “Ayah, ada ingin aku sampaikan, bisakah kita bicara empat mata ?” ujar Jalal sambil menggandeng tangan Jodha, sementara tuan Humayun menatapnya dengan pandangan dingin

“Apa yang mau kamu katakan, Jalal ? Katakanlah disini, mereka ini semua kan keluargamu, ayah rasa tidak jadi masalah kalau mereka juga ikut mendengarkannya” Jalal memandangi wajah kedua orang tuanya dan saudara saudaranya satu per satu, sementara Jodha tertunduk disebelah Jalal, Jalal segera merangkul Jodha dari samping dan berkata

“Ayah, ibu, kami berdua akan menikah” saudara saudara Jalal terperangah sementara tuan Humayun dan nyonya Hamida menatap mereka berdua masih dengan pandangan dingin

“Apakah kamu sudah tahu bagaimana latar belakang gadis ini ? Apakah kamu mengenalnya cukup dekat ? Apakah kamu juga tahu peristiwa semalam yang menyangkut dirinya ?” suara tuan Humayun terdengar datar dan dingin “Jalal, aku dengar ... kalau Jodha ini ...” Adam Khan tidak melanjutkan kata katanya

“Jodha ini apa, kak ? Aku harap gunakan mulutmu itu untuk kata kata yang baik, kak !” hardik Jalal ke kakaknya sendiri sambil mengacungkan tangannya kearah Adam Khan, sementara Jodha berdiri dibelakangnya dengan posisi masih tertunduk “Keadaan seperti inilah yang tidak aku inginkan” bathin Jodha dalam hati

“Jalal ! Cukup ! Bicara yang sopan pada kakakmu !” nyonya Hamida mulai tidak tahan dengan ucapan Jalal “Ibu, aku harus mengatakan hal ini karena kak Adam juga tidak sopan terhadap Jodha ! Aku tahu betul bagaimana Jodha, jadi lebih baik jangan berkata yang tidak tidak kalau kalian tidak mengenalnya dengan baik !” rahang Jalal mengeras, egonya mulai berontak, dirinya tidak terima bila Jodha dilecehkan didepannya terlebih lagi oleh keluarga terdekatnya sendiri

“Tapi jangan lupa Jalal, bukti bukti menunjukkan kebenaran yang nyata, jelas jelas dia melakukan hal yang tidak pantas untuk dilihat !” suara nyonya Hamida juga ikut meninggi sambil berdiri mendekati Jalal

“Apa yang ibu tahu tentang itu ? Apakah ibu melihatnya sendiri ?”, “Ibu memang tidak melihatnya dengan mata kepala ibu sendiri tapi ibu melihatnya di Youtube, Jodha begitu liar menari di meja bar itu persis seperti ...” nyonya Hamida tidak melanjutkan perkataannya

“Seperti apa ibu ? Seperti apa ? Seperti pelacur ? Begitu maksud ibu ?” semua yang hadir disana tercengang memandang Jalal, sementara tuan Humayun hanya diam membisu memperhatikan Jalal dan Jodha dari tempatnya duduk

“Jalal ... sudah ... hentikan, aku tidak ingin kamu bertengkar dengan keluargamu” Jodha mulai ikut angkat bicara “Tidak, Jodha ! Kita harus menjelaskan semua ini pada mereka, agar mereka mengerti bahwa kamu tidak seperti yang mereka kira selama ini” Jalal berusaha menguatkan Jodha dengan memegang kedua bahunya

“Kenapa kamu bersikeras menikahi gadis ini, Jalal ?” nyonya Hamida mulai merasa kesal dengan Jalal “Karena aku mencintainya, ibu ... Jodha hanya korban dari situasi ini ... dan dengan penuh rasa hormat aku katakan bahwa sebenarnya Jodha juga korban dari keegoisanmu, ibu” Jodha terperanjat mendengar ucapan Jalal “Jalal ! Berani beraninya kamu berkata seperti itu pada ibumu sendiri !” Adam Khan ikut kesal terhadap Jalal

“Jalal ... aku mohon ...” Jodha mencoba mencegah Jalal yang mulai menentang ibunya namun Jalal hanya menggelengkan kepala “Tidak Jodha, aku harus katakan hal ini ...” Jalal tetap bersikeras dengan pendiriannya

“Bila ibu tidak memintanya untuk menunjukkan jati diirinya, Jodha pasti tidak akan seperti ini, ibu ... aku kenal Jodha, Jodha itu hanya korban dan aku rasa cukup sudah ibu mengujinya, ibu bisa lihatkan wajahnya ada disemua majalah, walaupun dia belum begitu terkenal seperti model yang lain tapi aku rasa apa yang dia lakukan itu sudah lebih dari cukup ! Dan aku akan segera menikahinya dengan ataupun tanpa restu dari kalian berdua !” semua yang hadir disana terperanjat mendengar ucapan Jalal, tiba tiba terdengar tepukkan tangan tuan Humayun cukup keras sambil berjalan kearah Jalal dan Jodha

“Bagus ! Bagus Jalal ! Ayah suka dengan caramu mempertahankan cintamu ini tapi dari tadi kami belum mendengar pembelaan dari Jodha, bukankah seorang tersangka juga perlu membela dirinya, bagaimana Jodha ?” tuan Humayun menatap Jodha dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan mata elangnya yang diwariskan ke Jalal

“Bagaimana Jodha ? Apa pembelaanmu terhadap kasus semalam ?” tuan Humayun menatap tajam kearah Jodha, Jodha segera menengadahkan kepalanya menatap tuan Humayun “Jodha kamu harus berani menghadapi semua ini, kamu harus berani menunjukkan pada mereka kalau kamu tidak seperti yang mereka kira” Jodha menghela nafasnya dalam, sementara Jalal menggenggam tangannya kuat memberikan dukungan untuk Jodha

“Semalam saya memang mabuk, tuan ... tapi itu adalah mabuk saya yang pertama karena selama ini saya tidak pernah minum minuman seperti itu, saya memang bodoh dan tidak bisa mengontrol diri saya hingga saya melakukan hal yang memalukan semalam, saya sendiri menyesal, tuan ... saya minta maaf karena telah melakukan tindakan yang bodoh” sesaat suasana hening, Jodha semakin gelisah karena tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut tuan Humayun yang masih berdiri didepannya

“Kalau begitu dimana rumahmu ? Agar kami bisa mengantar iring iringan pengantin kerumahmu ?” Jalal dan Jodha saling berpandang pandangan seakan akan tidak percaya “Maksud ayah ... ?” Jalal menatap ayahnya dengan tatapan tidak percaya, sementara tuan Humayun hanya menatapnya dengan tersenyum

“Maksud ayah, kapan kamu akan melamar Jodha pada kedua orangtuanya ?” ibu Hamida juga ikut menimpali pembicaraan mereka, sementara saudara saudara Jalal yang lain mulai bergerak mendekati mereka sambil tersenyum bahagia

“Ibu ? Jadi ... ?” tuan Humayun dan nyonya Hamida saling tersenyum dan menganggukkan kepalanya bersamaan “Iya sayang, ibu dan ayah merestui pernikahan kalian” ujar nyonya Hamida sambil memeluk Jalal

“Lalu tadi itu ... ?” Jalal masih tidak percaya dengan tindakan kedua orang tuanya yang menguji mereka berdua “Cinta itu harus diperjuangkan Jalal, ayah dan ibu ingin melihat seberapa besar cintamu ke Jodha dan seberapa besar keinginanmu untuk menikahi pacarmu ini ?” Jalal menyeringai tak percaya pada ayahnya

“Itu benar yang dikatakan oleh ayahmu dan lagi kami juga sudah melihat profil Jodha, ibu lihat Jodha memang pekerja keras dan kamu benar ... apa yang sudah dia lakukan selama 6 bulan ini, ibu rasa itu cukup membuktikan keseriusannya” ujar nyonya Hamida sambil mengusap lengan Jodha kemudian memeluknya erat, Jodha tersenyum dan membalas pelukkan nyonya Hamida

“Terima kasih, nyonya ...” nyonya Hamida segera melepaskan pelukkannya ke Jodha “Mulai sekarang kamu harus memanggil kami ayah dan ibu bukan tuan dan nyonya”, “Baik, ibu ...” semua yang hadir disana tersenyum senang kemudian satu per satu saudara saudara Jalal memberikan selamat ke Jodha dan Jalal “Tapi sebentar, mulai hari ini, berapa tarifmu sejam Jodha ?”, “Kak Adam !” suara Jalal mulai meninggi kembali, sedangkan Adam Khan tertawa terbahak bahak “Jangan marah dulu adikku, maksudku berapa tarifnya per jam kalau dia jadi penterjemah kami, apa beda ? Kan dia sudah menjadi bagian keluarga kita” ucapan Adam Khan mencairkan suasana dirumah itu hingga membuat semua orang tertawa terbahak bahak

“Tapi sebentar ... apakah ayah dan ibu tidak terganggu dengan pemberitaan Jodha yang lagi jadi trending topik saat ini ?” tuan Humayun menepuk bahu Jalal dan berkata “Semua orang pernah melakukan kesalahan, Jalal ... ayah anggap ini hanyalah kenakalan remaja yang bisa terjadi pada siapa saja, ayah dan ibumu juga pernah muda dulu, kami bisa menerimanya tapi yang perlu kamu ingat juga buat kamu Jodha, jangan jatuh pada lubang yang sama, jangan kalian ulangi lagi kesalahan yang sama, kalian mengerti ? Ayoo sini peluk ayah” tuan Humayun merenggangkan tangannya memeluk Jodha dan Jalal, mereka berduapun membalas pelukkan tuan Humayun “Terima kasih, Tuhan ... Engkau telah memberikan aku keluarga yang bisa menerima aku apa adanya, terima kasih ya Allah” bathin Jodha dalam hati.

Seminggu kemudian keluarga Jalal memenuhi janjinya meminang Jodha, pak Bharmal tidak percaya ketika mengetahui kalau Jalal adalah anak tuan Humayun dan nyonya Hamida pemilik Agra Holding Group sebuah induk usaha terbesar yang memiliki banyak anak perusahaan mulai dari sektor properti, kuliner, rumah sakit hingga kelapa sawit, dari kesepakatan bersama akhirnya ditetapkan 3 bulan lagi adalah waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan Jalal dan Jodha diranch kuda milik tuan Humayun.

Baju pengantinpun segera dipesan di butik Reesham Khan, sementara untuk wedding plannernya Jodha sengaja tidak mau menggunakan jasa WO manapun, dengan bekal pengalamannya bekerja sebagai asisten Madam Benazir, Jodha menggarap sendiri semua persiapan pernikahannya dibantu oleh Salima, Moti dan Sukaniya adik Jodha juga Mirza Hakim. Selama 3 bulan persiapan pernikahan tersebut, Jodha benar benar off dari semua kegiatannya didunia model, namun satu bulan sebelum hari H, tiba tiba Salima menawarkan sebuah proyek besar ke Jodha yang bernilai miliaran rupiah yaitu menjadi menjadi brand ambasador sebuah produk kosmetik internasional berlabel Lamour’ dan pagi itu Salima dan Jodha sudah berada dikantor perusahaan tersebut.

“Selamat pagi, nona Jodha ... kenalkan saya Atifa, pasti nona Salima sudah menceritakan proyek apa yang kami tawarkan pada anda” Jodha dan Salima saling berpandang pandangan sambil tersenyum

“Nyonya Atifa ini, branch manager produk kosmetik Lamour’, Jodha” ujar Salima “Baik, sebelum penandatangan MoU, ada baiknya anda membaca persyaratan yang kami ajukan dalam kontrak kami” nyonya Atifa memberikan seberkas map ke Jodha, Jodha dan Salima membacanya dengan seksama namun kemudian Jodha segera meletakkan kertas kontrak kerja itu dimeja

“Maaf, saya tidak bisa melaksanakan proyek ini, nyonya” nyonya Atifa tidak mengerti apa maksud Jodha “Maaf maksud anda ?”, “Bukankah pada point nomer lima ini disebutkan bahwa selama kontrak ini berlangsung, saya tidak boleh menikah, maaf sekali nyonya Atifa ... sebulan lagi saya akan melangsungkan pernikahan” alis nyonya Atifa langsung terangkat keatas

“Sebentar ... tunggu disini” tiba tiba nyonya Atifa melangkah keluar dari ruang kantornya dan kembali lagi 15 menit kemudian menemui Jodha dan Salima yang masih menunggunya disana

“Baiklah, nona Jodha ... bagaimana kalau point nomer lima kita ganti dengan persyaratan anda tidak boleh hamil dulu jadi anda masih bisa melangsungkan pernikahan anda, bagaimana anda setuju ?” Jodha dan Salima saling berpandang pandangan satu sama lain.. Rendezvous bag 32 by Sally Diandra.