Deja Vu bag 13 by Sally Diandra. Keesokan harinya kedua sahabat Jodha langsung mengatur pertemuan Jodha dengan Jalal, akhirnya di ambil kata sepakat mereka akan bertemu di pantai, tempat favourite Jodha.
“Apa ? Pantai ? Ngapain ketemu di pantai sih ? Kenapa nggak di kampus saja atau di kantin gitu !” kedua bola mata langsung melotot begitu mendengar kabar dari Rukayah dan Moti tentang pertemuannya dengan Jalal nanti
“Yaeeelah, Jodha ,,, kampus atau kantin itu nggak romantis banget, pantai adalah tempat yang tepat apalagi sore hari gitu menjelang sunset kan kesannya gimana gitu” ujar Rukayah sambil memeluk bahu Jodha dan membimbingnya menuju ke tempat parkir
“Betul ! Apalagi ini merupakan pertemuan kalian yang special jadi tempatnya juga harus special dooong, apalagi kamu suka laut juga kan jadi klop banget gitu !” Moti juga ikut menimpali
“Udah sekarang, nggak usah banyak alasan ! Sekarang kita ke salon, kita kudu make over kamu biar kelihatan lebih oke !” Rukayah langsung menyorong tubuh Jodha kedepan namun Jodha segera menolak
“Eeeeh ,,, nggak mau aah, nggak pake ke salon salon segala, emangnya mau pesta ?” suara Jodha terdengar lantang
“Ya ampun, Jo ,,, paling nggak kan cuci rambut n blow dikit aja kenapa sih ? nggak lebih kok, nggak macem macem ! Sweaaar !” Rukayah langsung menunjukkan kedua jarinya, diikuti oleh Moti yang juga menunjukkan kedua jarinya membentuk huruf V dengan muka memelas
“Biar kamu juga lebih fresh gitu, biar Jalal tambah kesengsem” Rukayah dan Moti langsung tertawa geli sambil menutupi mulut mereka
“Tuh kan ! Kalian sukanya begitu, aku nggak mau !” Jodha langsung memasang muka cemberut, Rukayah dan Moti semakin tertawa geli
“Iiiih gitu aja marah, maaf deh ,,, iya deh iya, kami janji, say ,,, kami nggak bakal macam macam, kita berdua kan cuma pengin dandanin kamu supaya lebih oke, biar pertemuan kalian kali ini mengesankan buat kalian berdua, gimana ? Kamu setuju kan ?” Moti menggelanyut manja di tangan Jodha
“Beneer ya ! Nggak macem macem ,,, aku nggak mau berlebihan, aku mau yang biasa biasa aja” ancam Jodha pada kedua sahabatnya itu, Moti dan Rukayah mengangguk angguk kemudian mereka segera masuk ke dalam mobil Maserati merah Rukayah dan langsung melesat ke salon favourite mereka.
Sore harinya sekitar pukul setengah 5 ,,,
Jodha dan kedua sahabatnya sudah sampai di tepi pantai yang mereka janjikan, dari dalam mobil Rukayah, Jodha sudah bisa melihat mobil land rover putih Jalal yang bertengger di tepi pantai, namun mereka tidak melihat Jalal ataupun ketiga temannya yang lain dimanapun di dekat mobil
“Hai !” tanpa mereka sadari tiba tiba suara Aziz muncul di jendela mobil depan di dekat Rukayah, ketika Rukayah mulai memarkirkan mobilnya dekat mobil Jalal
“Hai ! Jalal mana ?” Aziz langsung menunjuk kearah sebuah bangku panjang di tepi pantai begitu mendengar pertanyaan Rukayah
“Kalian sudah lama ya ?” Jodha dan kedua sahabatnya segera keluar dari mobil Maserati merah Rukayah
“Nggak juga kok, baru setengah jam, sudah cepat sana temui Jalal, kasihan dia manyun terus dari tadi” Jodha menghela nafasnya kemudian melirik ke arah Rukayah dan Moti yang langsung menganggukkan kepalanya memberikan dukungan ke Jodha, tak lama kemudian Jodha segera melangkah menuju ke tempat Jalal dengan perasaan tidak menentu, debaran di jantungnya berdebar sangat kencang saat itu dilihatnya Jalal sedang duduk di sebuah bangku panjang dengan pandangannya menatap lurus ke depan, sementara kakinya yang retak yang masih di balut dengan gips diletakkannya lurus ke depan, kruk penyangga tubuhnya dihamparkannya di samping bangkunya
“Haiiii ,,, sudah lama ya ?” ujar Jodha ketika sudah hampir didekat Jalal, Jalal segera menengok ketika di dengarnya suara Jodha
“Lumayan ,,, tapi asyik juga berdiam diri sendiri, sambil mendengar deru ombak, sepertinya mereka menyanyikan lagu selamat datang untukku” ujar Jalal sambil kembali memandang ke arah laut yang ada didepan mereka
“Aku minta maaf, kalau aku datang terlambat ,,, tapi aku sangat berterima kasih karena kamu mau memenuhi undanganku” Jalal tertawa nakal sambil memperhatikan Jodha dari atas hingga ke bawah
“Kenapa kamu diam saja di situ ?” Jodha segera beringsut duduk di sebelahnya sambil memperhatikan kaki Jalal yang dibalut gips
“Kakimu masih sakit ? Berapa lama harus di balut gips seperti itu ?” ujar Jodha dengan nada sedih sambil terus memperhatikan kaki Jalal
“Kamu kan seorang calon dokter, harusnya tahu dong berapa lama penyembuhan fraktur tulang ?” ujar Jalal sambil melirik ke arah Jodha
“Dari literatur yang aku baca prosesnya kurang lebih 3 sampai 4 bulan, benar begitu ?” Jalal mengangguk anggukkan kepalanya sambil tersenyum
“Apa yang membuatmu ingin menjadi dokter ?” pertanyaan Jalal membuat senyum Jodha mengembang, Jalal baru melihat senyum Jodha yang tulus
“Aku suka ! Dari kecil aku sudah mempunyai impian untuk menjadi seorang dokter dan kebetulan aku juga suka anak anak jadi nantinya aku ingin jadi dokter anak” suara Jodha terdengar riang di telinga Jalal, tidak ketus seperti biasanya dan Jalal hanya manggut manggut sambil mendengarkan cerita Jodha tentang impiannya menjadi seorang dokter
“Kalau kamu ? Kenapa kamu juga ingin menjadi dokter ?” pertanyaan Jodha mengagetkan Jalal
“Apa ? Aku ? Kenapa aku ingin jadi dokter ?” Jalal tertawa terkekeh, Jodha merasa heran dengan tingkah Jalal
“Kenapa tertawa ? Apanya yang lucu ? Apakah cita cita menjadi seorang dokter itu lucu ?” Jodha mulai memasang muka cemberut begitu Jalal mentertawakan pertanyaannya
“Bukan ,,, bukan begitu maksudku, Jodha ,,, aku bukannya mentertawakan kamu, tidak, sungguh ! Aku hanya mentertawakan diriku sendiri” ujar Jalal sambil tertawa renyah
“Maksudmu apa ?” pertanyaan Jodha membuat Jalal sedikit demi sedikit menghentikan tawanya dan terdiam sesaat, Jodha merasa aneh dengan sikap Jalal, tadi tertawa terbahak bahak sekarang malah terdiam membisu sambil memandang debur ombak di kejauhan
“Ini semua karena ayahku, ayahku ingin agar anaknya juga menjadi dokter bahkan profesor seperti dirinya dan perintah ayah tidak boleh dibantah ! Ayahku sangat kolot dan ortodok tapi aku menyayanginya” Jodha bisa melihat ada sebuah luka yang tersirat di mata Jalal
“Tapi kamu tidak menyukainya kan ? Kamu tidak ingin menjadi dokter ?” Jalal langsung menoleh kearah Jodha dengan tatapan tertegun kemudian menganggukkan kepalanya
“Kamu bisa melihatnya ? Baru kamu yang mengatakan hal itu selain ibuku” Jodha tersenyum tipis
“Aku bisa melihatnya dari ekspresi wajahmu dan mendengarnya dari ucapanmu, kamu sebenarnya tidak menyukainya” Jalal menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Jodha
“Aku lebih suka travelling, berpetualang menaklukkan alam liar, selepas SMA aku ingin masuk jurusan pariwisata tapi ayahku menentangnya, ayahku bilang kalalu kakakku Bhaksi Bano tidak bisa menjadi dokter maka akulah yang harus menjadi dokter untuk meneruskan perjuangannya, tadinya aku tidak mau tapi ibuku membujukku demi sebuah harga diri keluarga katanya, aku tidak tahan melihat ibuku menangis, maka aku menyetujui permintaan ibuku” Jodha bisa merasakan ada kekecewaan yang mendalam dalam ucapan Jalal
“Sepertinya kamu lebih dekat dengan ibumu ?” Jalal mengangguk lagi lalu berkata
“Sepertinya kamu juga lebih dekat dengan ibumu ?” pertanyaan Jalal membuat Jodha heran
“Maksud kamu ?” Jodha semakin penasaran dengan ucapan Jalal
“Siapa sih yang nggak kenal dengan tuan Bharmal Singh, pengusaha kelapa sawit, rumahnya di Balikpapan, punya anak tiga perempuan semua yaitu Jodha, Sukaniya dan Shivani, sedangkan istrinya ibu Meinawati” Jodha langsung memicingkan matanya kearah Jalal menunggu ucapan Jalal selanjutnya, Jalal melirik sekilas ke arah Jodha sambil tertawa nakal
“Kamu nggak nanya dari mana aku tahu semua ini ? Oke aku bakal terus terang sama kamu, kemarin pas aku naik ke gunung Raung, waktu itu aku kenalan dengan seorang pendaki dari Balikpapan, namanya Rohit dan ketika kita liburan selama sebulan kemarin, jujur aku kangen sama kamu, lalu aku minta tolong sama Rohit untuk mencari tahu tentang kamu, aku hanya memberikan alamat rumahmu, lalu dari dialah aku tahu semuanya tentang keluargamu” ujar Jalal
“Jadi kamu memata matai aku ?” suara Jodha terdengar kesal, Jalal hanya tertawa kecil sambil melirik ke Jodha
“Iyaa, karena aku kangen sama kamu” tiba tiba jantung Jodha berdegup sangat kencang begitu Jalal mengucapkan kata tersebut
“Oh iyaaa, dari tadi kita ngomong ngelantur kesana kemari, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan dengan mengundangku kemari ?” Jodha tersentak kaget begitu Jalal mengingatkan tujuannya mengundang Jalal ke pantai tersebut
“Aaa ,,, aaaa ,,,, aku ,,, aku mau bilang terima kasih untuk hadiah boneka bear pink yang kamu berikan kemarin” Jalal tersenyum mendengar ucapan Jodha yang polos
“Kamu suka dengan hadiahnya ?” Jodha langsung mengganggukkan kepalanya seperti anak kecil di depan Jalal
“Bagaimana bisa kamu tahu aku suka warna pink ?” Jalal tertawa kecil dan berkata “Karena aku mencintai kamu, ketika seseorang mencintai orang yang cintainya, maka dia rela untuk mencari tahu semua yang berkaitan dengan diri orang tersebut, meskipun dia tidak membalas cintanya” ujar Jalal sambil menatap kembali ke deburan ombak didepan mereka, saat itu sunset mulai turun, matahari mulai kembali ke peraduannya
“Aku tahu kalau kamu mencintai aku, aku bisa merasakannya” Jalal langsung menengok ke arah Jodha dengan tatapan penuh harap
“Apa yang ingin kamu katakan ketika aku pura pura mati di kamar jenazah ?” Jodha hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Jalal, degup jantungnya berdetak semakin kencang, jemari tangannya terasa dingin
“Aku tahu kalau aku sudah keterlaluan waktu itu, aku minta maaf ,,, aku hanya ingin mengetahui bagaimana perasaanmu kalau aku mati” Jodha segera menutup mulut Jalal dengan matanya yang berkaca kaca kemudian menggelengkan kepalanya “Jangan berbuat seperti itu lagi dan jangan bilang tentang mati” Jodha kembali menggelengkan kepalanya sambil menatap Jalal penuh haru
“Kenapa ?” ujar Jalal sambil memegang dan menurunkan tangan Jodha untuk tidak menutupi mulutnya namun Jodha hanya terdiam sambil menatap Jalal dengan mata berkaca kaca, tak terasa pipinya basah oleh airmata
“Karena kamu mencintai aku ?” pertanyaan Jalal membuat dada Jodha berdegup sangat kencang, Jodha tidak bisa menjawab pertanyaan Jalal, dirinya hanya terdiam membisu, suasana petang saat itu dengan semburat lembayung berwarna orange di atas laut membuat Jodha semakin terbawa suasana
“Kenapa kamu tidak menjawabnya ?” ujar Jalal sambil masih memegang tangan Jodha, Jodhapun tidak menolak ketika Jalal tidak melepaskan genggaman tangannya
“Kadang kata kata tidak hanya mewakili sebuah jawaban, karena dari perbuatan kita juga bisa melihat jawaban itu pula” Jalal terperangah tidak percaya mendengar ucapan Jodha
“Apa ?” Jalal benar benar penasaran dengan ucapan Jodha, kedua bola matanya berbinar terang “Jadi maksudmu ? Kamu juga punya perasaan yang sama seperti aku ?” Jodha menganggukkan kepalanya malu malu “Itu bener, Jo ?” Jalal seolah olah tidak percaya dengan apa yang di isyaratkan Jodha barusan “Aku mencintaimu, Jodha ! I love you, Jodha !” ujar Jalal sambil mengembangkan tangannya kemudian memeluk Jalal erat, Jodha membalas pelukkan Jalal, namun sejurus kemudian Jodha segera melepaskan pelukkannya dan berkata
“Tapi ada syaratnya !” Jalal tertegun “Syarat ? Syarat apa lagi ?” Jodha tersenyum dan berkata
“No kiss lips !” Jalal terkejut sesaat namun kemudian menganggukkan kepalanya sambil mengangguk anggukakan kepalanya
“Baiklah no kiss lips ! Tapi tangan boleh kan ?” ujar Jalal sambil mencium tangan Jodha, Jodha hanya bisa tersenyum geli melihat ulah Jalal yang suka menggodanya
“Oh iya, aku mau menunjukkan sesuatu sama kamu” Jalal segera mengeluarkan tabletnya ke depan Jodha lalu memutar sebuah video rekamannya
“Nah, ini bener kan rumah kamu ? Ini adik kamu kan yang paling kecil, siapa namanya ?”, “Shivani !” Jodha segera memotong ucapan Jalal sambil melihat video rekaman tersebut, dimana memuat kebersamaan dirinya bareng keluarga besarnya pas liburan kemarin
“Jadi temenmu yang namanya Rohit itu sempet ambil video tentang keluargaku ?” Jalal menganggukkan kepalanya sambil menyeringai senang
“Iiiiih kamu jahat banget sih” Jodha segera mencubit perut Jalal, Jalal menggelinjang kegelian “Ya abis, aku kan kangen sama kamu, aku kan juga pengin lihat rumahmu seperti apa disana, gimana keluargamu, gimana kegiatan kamu disana, wajar kan ?” ujar Jalal sambil menyeringai senang dan meminta Jodha untuk menghentikan cubitannya yang beralih menjadi gelitikan geli di perutnya
“Udah, udah, udah dooong ,,, ampun ampun daaaah, aku nyerah, Jo ,,, aku nyerah” Jodha segera menghentikan gelitikkan tangannya di perut Jalal, kemudian mereka berdua tertawa bersama sama sambil saling memandang
“Kalau boleh aku tahu, kelas berapa adik adikmu itu ?”, “Kalau yang kecil tadi Shivani baru kelas 6 SD dan kalau yang satunya Sukaniya kelas 1 SMA, kalau kamu sendiri berapa bersaudara ?” Jodha segera memotong ucapan Jalal dan balik bertanya
“Kalau kamu sendiri berapa bersaudara ?”, “Sama seperti kamu, aku juga bersaudara, kakakku perempuan Bhaksi Bano, saat ini dia sudah kerja di perusahaan sebagai finance dan lagi ambil S2, lalu aku dan satu adikku cowok kelas 3 SMA” sesaat mereka terdiam kemudian Jalal memberanikan diri menanyakan hal yang paling krusial bagi Jodha “Kalau boleh aku tahu, kenapa aku nggak boleh cium bibirmu ?” Jodha langsung menggeleng keras
“Terus terang, sebenarnya aku belum boleh pacaran sama ayahku, ayahku takut kalau aku nggak bisa menjaga diri, ayahku takut kalau aku terlibat pergaulan bebas karena gimanapun juga dia nggak bisa memantau aku seperti dulu, sebenarnya aku nggak boleh kuliah jauh jauh seperti ini tapi karena aku ngotot dan kebetulan kemarin aku masuk lewat jalur undangan dari universitas, jadi aku diperbolehkan” Jodha menghela nafas panjang sambil melirik ke Jalal yang memandanginya terus dari tadi
“Sebenarnya aku nggak pengin pacaran sama kamu tapi jujur ,,, aku merasa tersiksa dengan perasaanku sendiri, semakin aku ingin melupakan kamu, aku malah semakin inget sama kamu, aku memang nggak boleh munafik dengan diriku sendiri, perasaanku juga selalu seperti roller coaster kalau ada di dekatmu” Jalal tersenyum sambil mencium tangan Jodha lembut
“Jadi aku minta, kalau kamu serius mau pacaran sama aku, syaratnya no lips kiss agar kita bisa menjaga diri kita masing masing dan satu lagi, kalau aku tahu kamu ternyata selingkuh di belakangku, maka kita langsung putus !” Jalal menganggukkan kepalanya dan langsung merangkul bahu Jodha dan mencium keningnya lembut dan tiba tiba dari arah belakang mereka, semua sahabat mereka berdua mendekat ke arah mereka sambil menggoda
“Ciiie cieee cieee ,,, ada yang udah jadian niiih rupanya” teriak mereka serempak, Jalal tersenyum senang, sementara Jodha hanya tersenyum malu malu didepan mereka.
Sejak saat itu hubungan Jodha dan Jalal semakin hari semakin kuat, mereka berdua saling mendukung satu sama lain dan tak ayal kedekatan mereka menjadi gosip yang paling hangat dan selalu menjadi trending topik di kampus, banyak yang memperkirakan kalau masa pacaran mereka hanyalah seumur jagung, namun segera terbantahkan ketika masa itu telah mereka lalui, karena bagaimanapun juga jejak rekam pacaran Jalal selama ini di kampus tidak lebih dari 3 bulan.
Namun begitu dekat dengan Jodha, Jalal cukup serius membina hubungannya dengan Jodha hingga dirinya di wisuda dan mendapat predikat co-as atau dokter muda, mereka berdua masih merajut jalinan kasih diantara mereka berdua, bahkan kedua orang tua Jalal terutama dosen killer profesor Humayun merestui hubungan mereka karena rupanya diam diam Jodha adalah mahasiswa favourite profesor Humayun karena kepintarannya di kampus.
Hingga akhirnya ketika hubungan mereka berdua menginjak tahun ke dua atau tahun terakhir Jalal menjadi co-as, badai itu datang ,,, seseorang dari masa lalu tiba tiba mengusik kebersamaan mereka berdua.