Bila Saatnya Tiba bag 12 by Sally Diandra. Malam itu di malam penganten Jalal dan Jodha, dimana biasanya para penganten baru mulai saling malu malu untuk mengenal lebih jauh lagi satu sama lain, Jalal dan Jodha malah seperti layaknya orang asing yang tidak peduli satu sama lain, apalagi ketika dering ponsel Jodha berbunyi sangat kencang, Jalal tidak ingin mencari tahu siapa yang malam malam begini menelfon istrinya yang baru dinikahinya beberapa jam yang lalu, sementara Jodha sedikit bingung begitu mengetahui kalau Suryaban kekasihnya yang menelfonnya “Hallo selamat malam, Moti … ada apa ?” Jodha berusaha meninggikan suaranya agar Jalal mengira bahwa yang menelfonnya saat itu adalah Moti sahabatnya, sementara diujung sana Suryaban malah bingung dengan ucapan Jodha “Jodha, ini aku … Suryaban, bukan Moti “ namun Jodha tidak menggubrisnya sambil terus berjalan keluar kamarnya dan melanjutkan obrolannya diluar kamar sampai sekiranya Jalal tidak mendengar, “Jodha ! kamu kok jadi aneh gini sih ? ini aku …” Jodha segera memotong ucapan Suryaban “Iya aku tau, ini kamu … maaf tadi aku pas lagi mikirin Moti jadi terlontar begitu saja nama Moti” , “Kamu baik baik saja kan ?” tanya Suryaban penasaran, “Aku baik baik saja, jangan khawatir, kenapa ?” , “Nggak papa, aku hanya merasa perasaanku kurang enak saja hari ini, tiba tiba aku merasa kangen yang luar biasa sama kamu” ~maafkan aku Suryaban, aku telah menghianati kesetiaanmu tapi aku janji aku akan kembali kepelukkanmu, bathin Jodha~ “Aku juga kangen sama kamu, bagaimana studymu disana ? semuanya lancar kan ?” , “Lancar, malah pas liburan semester besok sebenarnya aku berencana untuk pulang tapi ada teman disini yang mengajak aku untuk kerja part time, katanya hasilnya lumayan, jadi kupikir kenapa tidak ? nanti libur summer saja aku bisa pulang ke kamu” sesaat Jodha menghela nafas panjang ~untunglah Suryaban pulangnya masih lama, jadi masih ada waktu untuk menyiapkan semuanya, bathin Jodha~ “Jodha, kamu kok diam saja ? sudah ngantuk yaa ? sebenarnya aku mau video call sama kamu via skype, masih bisakah ?” ~aduhh Suryaban mau video call via skype ! gawat, laptopku kan dikamar, aduuh gimana ini ???” bathin Jodha~, “Sorry banget, Surya … laptopku lagi diservice, kemaren, kudu restart ulang gitu” , “Oooh gitu, ya udah gak papa, kapan jadinya ?” , “Seminggu lagi, iyaaa seminggu lagi” , “Okee kalo gitu minggu depan pas aku telfon, dipastikan laptopmu sudah beres ya” Jodha berpura pura menguap, agar Suryaban tau kalau dia sudah mengantuk. “Ya udah kalo gitu, besok aku telfon lagi” , “Besok kalo telfonnya agak pagian bisa kan, yaa jam 9 malam gitu waktu di Indonesia ?” , “Kenapa ?” , “Yaa … aku ngerasa ngantuk saja kalau ngobrol jam segini, lagian aku juga mulai sibuk beberapa hari ke depan karena harus menyiapkan sksripsi, gak papa kan ?” kata Jodha manja, “Baiklah … kalo gitu udahan dulu ya, kamu sudah mengantuk kan ?” , “Oke, sampai ketemu lagi” , “I miss you …” , “Iya miss you too” ujar Jodha sambil memencet tombol off diponselnya. “Siapa dia ?” suara Jalal langsung terdengar dari arah belakang, sesaat Jodha tersentak “Dia … Suryaban” , “Suryaban pacarmu itu ? yang kuliah di LN ?” , “Ya memangnya kenapa ?” ujar Jodha tanpa merasa bersalah sedikitpun sambil melangkah menuju kamarnya lagi, namun Jalal langsung memegangnya lenganya “Kamu menyakitiku” ujar Jodha merintih kesakitan, Jalal segera melonggarkan cengkramannya namun masih digenggamnya lengan Jodha “Rule number 2 … tidak boleh lagi berhubungan dengan mantan pacar karena kamu sudah bersuami !” bisik Jalal dengan nada marah, “Kamu pikir hubungan suami istri kita ini normal ? kamu kan sudah menyetujuinya dalam surat perjanjian tersebut bahwa kamu tidak akan mengganggu gugat semua aktifitasku !” bisik Jodha lagi dengan ketus, “Tapi aktifitas untuk bermesraan dengan laki laki lain didepan suami, itu tidak masuk dalam perjanjian itu, Jodha !” Jalal mulai meninggikan nada suaranya “Kamu pikir, buat apa aku meminta satu tahun kita menikah lalu bercerai ? itu semua karena dia, karena aku ingin kembali padanya dan mewujudkan semua mimpi mimpi kami dulu !” Jalalpun semakin murka mendengarnya, tangannya hampir saja hendak menampar Jodha, namun segera diurungkan niatnya, diturunkan tangannya dan Jalal berusaha meredakan amarahnya sendiri yang sudah hampir meledak tadi, segera dilepaskan genggaman tangannya di lengan Jodha, kemudian dia berjalan keluar pintu menuju mobil Jaguar hitamnya yang terparkir disana dan berdiam diri didalam mobilnya, sementara itu Jodha tidak menggubrisnya, dia segera berjalan kearah kamarnya sendiri dan melanjutkan tidur malamnya dengan tenang. Keesokan hari ketika Jodha bangun dari tidurnya, Jodha bergegas menuju ke kamar mandi, ketika Jodha melintas di ruang keluarga, dilihatnya Jalal sedang ngobrol dengan ibunya “Kamu sudah bangun rupanya … “ suara Jalal terlihat riang begitu melihat Jodha, seolah olah tidak terjadi apa apa diantara mereka berdua semalam “Kamu seharusnya malu, Jodha … karena suamimu bangun terlebih dahulu ketimbang kamu, seharusnya sebagai istri, kamu bangun lebih dulu baru suamimu … maafkan Jodha ya, nak …” kata bu Meinawati sambil memegang bahu Jalal, “Tidak apa apa, bu … mungkin Jodha belum terbiasa bangun pagi” , “Enak saja, aku selalu bangun pagi !” ujar Jodha ketus sambil mengambil segelas air putih yang tersedia diatas meja makan yang bersebrangan dengan ruang keluarga, “Dan lagi kalau aku perhatikan, dia ini bukannya bangun pagi, ibu … tapi tadi malam dia tidak tidur semalaman”, “Jodha ! kalau kamu tahu suamimu tidak tidur semalaman, kamu tidak boleh membiarkannya, kalian ini sudah menjadi sepasang suami istri, sudah seharusnya saling peduli satu sama lain, kalian sudah tidak lajang lagi, jangan hanya memikirkan diri sendiri, Jodha ! mulai sekarang kamu harus memperhatikan semua kebutuhan suamimu !” bu Meinawati berusaha untuk menasehati Jodha, sementara Jodha hanya manyun didepan ibunya, sedangkan Jalal tersenyum menang melihat tingkah Jodha, Jodha sungguh merasa tidak nyaman dirumah karena ternyata ibunya lebih memihak ke Jalal ketimbang ke dirinya.
Beberapa jam kemudian setelah selesai mengepak semua barang barang yang mau dibawanya ke rumah Jalal, bu Meinawati kembali mendekati Jodha “Jodha, mulai hari ini kamu akan tinggal dirumah suamimu, jaga diri baik baik ya, jaga nama baik keluarga kita dan mulai hari ini kamu tidak hanya memperhatikan dirimu sendiri tapi kamu juga harus memperhatikan laki laki yang telah berbagi hatinya dengan dirimu, berbagi kamarnya denganmu, yang akan selalu senantiasa melindungimu, ibu yakin … kamu pasti bisa” ujar bu Meinawati sambil menatap wajah Jodha haru, Jodha hanya diam saja menatap ibunya yang mulai berkaca kaca matanya, sebenarnya dirinya merasa berat harus meninggalkan ibunya saat ini dan ikut dengan Jalal kerumahnya, namun bagaimana lagi Jodha tidak mungkin melanggar norma yang berlaku didaerahnya ketika seorang gadis yang telah dipinang oleh seorang laki laki maka gadis itu harus meninggalkan rumah orang tuanya dan mengikuti kemana sang suami pergi membawanya. Akhirnya setibanya dirumah Jalal, sesaat Jodha merasa kagum dengan rumah besar yang mewah yang bergaya arsitektur Eropa, ruangan didalamnya tampak sangat besar cukup untuk bermain bulu tangkis pikir Jodha, ruangan yang dhiasi dengan lemari lemari kaca yang indah dimana terdapat ornament ornament yang lucu yang berasal dari berbagai macam negara itu ditengah tengahnya terdapat kursi kursi tamu yang megah dan mewah, pemandangan di rumah keluarga Jalal, berbandig terbalik dengan pemandangan dirumahnya sendiri yang kecil. “Selamat datang, Jodha” begitu sapa ibu Hamida, begitu tahu kalau Jodha sudah datang dirumahnya, “Sekarang rumah ini, adalah rumahmu sendiri … jangan sungkan sungkan disini, karena kamu telah ibu angkat sebagai anak ibu sendiri” kata ibu Hamida sambil memegang bahu Jodha, “Terima kasih, ibu” ujar Jodha sambil memeluknya ibu mertuanya, lalu beralih ke adik iparnya Bhaksi “Selamat datang Jodha, akhirnya aku punya teman dirumah ini” ujar Bhaksi, Jodha hanya tersenyum “Ayooo … aku antar kamu ke kamarmu sendiri” ajak Bhaksi sambil segera menggandeng tangan Jodha, ibu Hamida sangat senang melihatnya. Sesampainya dikamar Jodha, Jodha langsung jatuh cinta pada pandangan pertama dengan kamar yang ada didepan matanya saat ini, kamar yang berukuran tidak begitu besar yang terletak dilantai dua itu pemandangannya langsung mengarah pada kebun bunga dibelakang rumah, dari sana Jodha bisa melihat pemandangan yang sungguh indah dari balkon luar kamarnya. “Kamu suka kamar ini ?” Tanya Bhaksi seperti tau apa yang sedang dipikirkan Jodha, Jodha hanya menggangguk, “Kamar ini pemandangannya indah sekali” , “Tapi kamu tidak akan tidur dikamar ini, Jodha !” suara Jalal tiba tiba terdengar dari arah pintu, “Kenapa tidak boleh ? kakak sendiri juga punya dua kamar, kakak juga sering ketiduran dikamar kerja kakak, iya kan ?” bela Bhaksi, “Itu kan dulu, waktu aku belum punya istri, sekarang aku sudah punya istri, aku ingin tidur bersama istriku” tegas Jalal, “Hmmm … kalau berdebat dengan kakak aku memang nggak pernah menang !” ujar Bhaksi sambil ngeloyor pergi keluar kamar, sementara Jodha masih asyik menikmati pemandangan diluar kamarnya, angin yang berhembus sepoi sepoi membuat rambut Jodha yang terurai lepas itu bergerak kian kemari membuat Jalal tak kuasa ingin memeluknya, didekatinya Jodha secara perlahan lahan, namun ketika jarak keduanya sudah cukup dekat, tiba tiba Jodha berbalik dan tepat pada saat itu Jalal sudah ada didepan matanya … Bila Saatnya Tiba bag 13