Bila Saatnya Tiba bag 13 by Sally Diandra. Ketika Jodha berbalik tiba tiba didepan matanya Jalal sudah berdiri persis dihadapannya, jarak mereka sangat dekat sekali hingga mampu membuat jantung Jodha berdegup sangat kencang, Jodha selalu merasa aneh bila menatap mata Jalal yang menurut Jodha liar, tapi entah kenapa mata itu terasa seperti memanggil Jodha untuk terus memandangnya, sesaat mereka saling diam saling memandang satu sama lain, debaran jantung didada Jodha begitu kencang ketika Jalal semakin dekat, perasaan ini belum pernah dirasakannya ketika bersama dengan Suryaban, “Suryaban … “ tiba tiba nama itu terlintas dalam benak Jodha, Jodha segera mendorong bahu Jalal dan berlari menjauhi Jalal, sementara Jalal tersenyum nakal begitu Jodha berlalu dari hadapannya. Jodha segera masuk ke kamar mandi yang terletak dikamarnya, nafasnya tersengal sengal tidak beraturan, dibukanya kran air dari wastafel lalu dibasuhnya wajahnya yang tiba tiba terasa dingin, diraba bibirnya sendiri yang juga terasa dingin “Ada apa aku ini ???” Jodha benar benar tidak mengerti dengan keadaan dirinya sendiri, setelah beberapa lama didalam kamar mandi. Jodha merasa diluar keadaan sudah aman, tidak terdengar suara apa apa lagi disana, Jodha segera membuka pintu kamar mandi dan dilihatnya kamarnya sudah sepi, tidak ada siapa siapa disana, Jodha merasa sangat lega sekali, segera Jodha menutup pintu kamarnya dan langsung bebenah semua barang barangnya. Jodha baru keluar dari kamarnya ketika jam makan malam tiba, ketika turun kebawah keruang makan, dilihatnya disana sudah ada ibu mertuanya dan Bhaksi “Dimana Jalal ?” entah mengapa tiba tiba saja dalam pikirannya terlintas nama Jalal, “Untung nggak ada Jalal” bathinnya kemudian , Jodha langsung duduk didepan Bhaksi Bano, disebelahnya ada seorang pria muda “Itu pasti suaminya” bathin Jodha, “Jodha, kenalkan ini Syarifudin, bapaknya bayi ini !” ujar Bhaksi sambil menunjuk kearah perutnya sambil tertawa, sementara suaminya tersenyum riang sambil menyodorkan lengannya kearah Jodha “Syarifudin” , Bhaksi Bano memang sangat beruntung mendapat suami seperti Syarif, orangnya terlihat ramah, perhatian dan menyenangkan, Bhaksi pasti sangat mencintai Syarif, mereka memang merupakan keluarga kecil yang sangat berbahagia “Ayooo … kita makan, bu” , “Tunggu kakakmu, Bhaksi sebentar lagi dia datang” ujar ibu Hamida dan benar sekali tak lama kemudian Jalal sudah muncul didepan mereka “Selamat malam, sudah lengkap rupanya” , “Iyaa … kami sedang menunggumu Jalal” ujar ibu Hamida, Jalal langsung duduk disebelah Jodha, ketika mereka sedang asyik menikmati menu makan malam, tiba tiba ibu Hamida memecah keheningan diantara mereka “Jodha, aku dengar dari ibumu kalau kamu pintar memasak” Jodha langsung terperanjat dan salah tingkah didepan ibu mertuanya “Eee …. saya cuma bisa memasak makanan makanan yang biasa bu” , “Justru itulah, kami ingin merasakan makanan biasamu itu, Jodha … ibu yakin masakanmu itu pasti sangat enak, kapan kapan kamu mau kan memasakannya untuk kami ?” Jodha hanya mengangguk lemah “Oh iyaa, ibu punya sesuatu buat kamu Jodha … ibu punya kado special buat kamu” , “Apa itu, ibu … ?” tanya Jalal penasaran, ini bukan buat kamu, Jalal … tapi buat istrimu, ibu pikir sudah sepantasnya Jodha mendapatkan hadiah ini” ujar bu Hamida sambil menyodorkan sebuah kunci mobil kearah Jodha “Waaah … ibu curang ! dulu waktu aku menikah aku nggak dikasih hadiah special seperti itu !” rajuk Bhaksi ketika melihat ibunya memberikan kunci mobil Beetle untuk Jodha “Bhaksi, dulu kan kamu sudah keliling Eropa sebagai hadiah bulan madu dari ibu, impas kan ?” Bhaksi cuma bisa cemberut melihat ibunya “Jodha, ibu tidak tahu apa warna kesukaanmu jadi ibu pilihkan warna silver buatmu, nih ambil … kamu bisa lihat mobilnya di garasi” bu Hamida langsung menyerahkan kunci mobil Beetle tersebut ke Jodha, “Ibu, terima kasih tapi … maaf, mungkin saat ini saya belum membutuhkannya, karena saya lebih suka menggunakan motor saya, mungkin Bhaksi bisa menggunakannya terlebih dahulu” ujar Jodha, “Oh yaa … Jodha, kamu baik sekali” teriak Bhaksi girang, “Tidak Bhaksi ! mobil itu tetap milik Jodha, walaupun Jodha tidak memakainya” , “Tidak apa apa, ibu … lagian saya juga belum bisa mengendarai mobil” , “Kamu bisa minta tolong sama Jalal untuk mengajarimu, iya kan Jalal” Jalal yang saat itu sedang menikmati makan malamnya hanya mengangguk angguk saja, “Tapi kapan kapan, kalo aku ingin pinjam mobilmu, bolehkan Jodha ?” Jodha menganggukan kepalanya dengan mantap sambil tersenyum kearah Bhaksi.
Malam itu setelah selesai makan malam, Jodha langsung pamitan menuju kamarnya sendiri, segera dibukanya beberapa makalah pendukung yang menjadi sumber bahan skripsinya, Jodha langsung hanyut menyusun semua bahan bahan skripsinya tersebut hingga tiba tiba pintu kamarnya diketuk, Jodha segera bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamarnya, didepannya telah berdiri Jalal dengan dua mug kecil ditangannya, dari aroma wanginya Jodha bisa mencium bau kopi yang kelihatannya enak untuk dinikmati “Aku buatkan kopi buatmu” ujar Jalal sambil menyodorkan mug tersebut ke Jodha, “Tumben banget orang ini baik sama aku” bathin Jodha, “Terima kasih” jawab Jodha sambil terus berdiri didepan pintu kamarnya “Tidak bolehkah aku masuk ?” sesaat Jodha menghela nafas “Silahkan …” Jalal langsung masuk ke kamar Jodha begitu Jodha membuka pintu kamarnya lebih lebar “Bagus juga kamu menata ruanganmu ini, ooh … aku lupa, kenapa kamu tidak bilang kalau kamu butuh sebuah meja ? paling tidak kamu tidak mengerjakan tugas tugasmu diatas tempat tidur seperti itu kan” ujar Jalal sambil melihat lihat ke sekeliling kamar Jodha dan melihat berkas berkas tugas Jodha yang berserakan ditempat tidur lalu sesekali meminum kopinya “Aku suka mengerjakan tugasku ditempat tidur, lebih terkesan santai menurutku” , “Tapi dengan cara duduk seperti itu, akan cepat lelah, besok biar aku suruh orangku untuk membawakan meja kerja untukmu” , “Terserah … “ ujar Jodha sambil menikmati kopi buatan Jalal yang ternyata memang enak seperti dugaan Jodha, setelah puas melihat lihat kamar Jodha, Jalal segera beringsut kearah pintu kamar yang masih terbuka lebar, tiba tiba langkahnya terhenti persis didepan Jodha “Oh iya, kamu masih punya satu pekerjaan rumah yang lain” , “Apa itu ?” tanya Jodha penasaran “Kamar kita belum kamu bereskan, aku ingin kamu yang merapikannya” pinta Jalal sambil berjalan kearah pintu kamar kemudian sesaat dia menoleh kembali kearah Jodha “Jangan lupa jam 10 malam” ujar Jalal sambil menunjuk kearah jam tangannya lalu bergegas menghilang dari depan Jodha, Jodha segera menutup kamarnya , “Huuuh jam 10 malam !” rutuk Jodha dalam hati. Akhirnya tepat pada jam 10 malam, Jodha segera bergegas menuju ke kamar Jalal yang ada diujung ruangan, sesaat diketuknya pintu kamar Jalal, namun tidak ada sahutan dari dalam, lalu Jodha memberanikan diri untuk membuka kamar Jalal, disana memang tidak ada siapa siapa, sepi “Kemana Jalal ?” bathin Jodha tapi Jodha malah bersyukur karena Jalal tidak ada dikamarnya, sesaat setelah menutup pintu kamar, Jodha melihat lihat kamar Jalal yang begitu luas, kalo dihitung hitung bisa 2 kali luasnya dari kamar Jodha, dipojok sebelah kanan dekat dengan jendela terdapat tempat tidur yang cukup besar, kalau dipikir pikir empat orang bisa tidur ditempat tidur ini, nuansa biru dengan penerangan cahaya lampu kamar tidur yang cukup redup cukup menentramkan hati bagi siapa saja yang melihatnya, didepan tempat tidur Jodha melihat seperangkat alat alat elektronik terpapar disana, mulai dari TV LED yang terpajang di dinding, satu set audio, satu set console game, DVD player, beberapa rak yang berisi kepingan CD semuanya sudah tertata rapi disana, “Apalagi yang harus dirapikan ? semuanya sudah rapi” bathin Jodha dalam hati, lalu dilihatnya disisi yang sebelah kiri terdapat sofa yang warnanya senada dengan dinding kamar yang tersandar dilemari besar berbentuk letter U yang tingginya menyamai dengan tinggi dinding kamar Jalal, Jodha penasaran dengan isi lemari Jalal yang sangat besar tersebut, dilihatnya beberapa jas, baju dan dasi juga accessories semuanya berjejer rapi disisi sebelah kiri namun tidak semuanya terisi, sementara diujung lemari terdapat kaca rias yang cukup besar, sedangkan disisi sebelah kanan terisi beberapa koleksi sepatu laki laki yang mungkin jumlahnya mencapai puluhan, dan itu juga hanya terisi sebagian “Kenapa hanya sebagian yang terisi ? sayang sekali lemari sebesar ini tidak terisi penuh” bathin Jodha, “Kamu bisa menaruh barang barangmu disitu Jodha” terdengar suara Jalal dari arah belakang seperti tau apa yang Jodha pikirkan “Apakah dulu disini terisi barang barang mantan istrimu ?” tanya Jodha penasaran, Jalal hanya mengangguk perlahan lalu berjalan menuju tempat tidurnya “Aku punya sesuatu untukmu !” teriak Jalal dari tempat tidurnya, Jodha segera keluar dari balik lemari letter U Jalal “Apa ??” , “Kemarilah …” pinta Jalal sambil menyuruh Jodha duduk disebelahnya diatas tempat tidur sambil memegang sebuah lukisan, begitu Jodha sudah dekat dengan Jalal “Lihat apa yang aku bawa untukmu” , “Apa itu ?” tanya Jodha semakin penasaran, “Bukalah” Jalal hanya tersenyum memandang Jodha, bergegas Jodha merobek bungkus lukisan tersebut dan dilihatnya disana lukisan dirinya sendiri yang sedang menari tarian Bali, sesaat Jodha terheran heran “Darimana ….” Jalal segera memotong ucapan Jodha, “Darimana aku mendapatkannya ? itu tidak penting, sekarang mau ditaruh dimana lukisanmu ini ?” tanya Jalal sambil memandang kearah Jodha, sementara Jodha juga membalas tatapan Jalal “Mata itu … Ya Tuhan jangan biarkan aku tenggelam dalam mata itu, kuatkan aku Tuhan … kenapa jantungku kembali berdegup kencang ??? Jodha kembali merasakan debaran jantungnya yang berdetak sangat cepat seperti peristiwa tadi pagi … Bila Saatnya tIba bag 14